MALANG POSCO MEDIA – Tak bisa dipungkiri meniadi jurnalis mengantarkan saya menjadi seorang pembelajar. Yang mana, nyaris setiap hari menjajal pengalaman baru dan bertemu dengan orang baru. Bahkan menjajal liputan keluar kota dan lintas pos liputan tak jarang harus saya lakukan. Sebuah kesempatan untuk memperkaya pengalaman ketika bertugas meliput kegiatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Malang selama tiga hari, Rabu-Jumat (30/11-2/12) kemarin.
Yogyakarta yang berjuluk kota istimewa menjadi jujugan. Di mana saya, Muhammad Prasetyo Lanang, sebagai salah satu dari jurnalis yang ikut serta bersama OJK menerima materi dan menambah kapasitas diri. Sembari melakukan perjalanan menikmati Kota Jogja dari beberapa sisi.
Ini adalah kali kedua saya bertugas ke luar kota. Sejujurnya saya cukup terkejut lantaran tugas untuk ikut serta agenda OJK saya terima tepat pada hari di mana wartawan Malang Posco Media yang pos di Kabupaten Malang disibukkan dengan liputan hari jadi.
“Kamu tanggal 30 November sampai 2 Desember ikut acara OJK ke jogja ya.”
“Acara apa itu mbak?”
“Acara jalan-jalan.”
begitulah kira-kira percakapan saya pada, Senin, 28 November 2022 lalu dengan Kak Dinda (Noer Adinda Zaeni) Manager Marketing Malang Posco Media. Kurang dari 24 jam sebelum keberangkatan, saya pun baru mengisi form online peserta. Yang terpikirkan di benak, ini sebuah kesempatan menambah relasi, mengenal banyak orang baru dan mengukir pengalaman yang berharga di kota Gudeg. Yang saya yakini ada banyak manfaat yang bakal saya terima di sana.
Keberangkatan diawali dari Kantor OJK Malang dengan rombongan bus, Rabu (2/12) pagi. Setidaknya lebih dari tujuh jam perjalanan menuju Hotel Santika Premiere Jogja, tempat di mana agenda utama dilangsungkan. Disambut tuan rumah Kepala OJK Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Parjiman bersama Direktur Humas OJK Darmansyah dan Kepala OJK Malang Sugiarto Kasmuri sebagai narasumber.
Usai perjalanan jauh sebelumnya, pembahasan mengenai masalah finansial, angka dan grafik mengenai literasi keuangan dan inklusi langsung menjadi santap sore saya. Tentu hal baru bagi saya, membiasakan diri mencerna materi mengenai kesadaran literasi keuangan. “Kalau wartawan tidak paham bagaimana tulisan-tulisan berita bisa mengedukasi orang lain?,” gumam saya sembari mencoba mengikuti apa yang disampaikan ketiga narsum.
Apa boleh buat, yang saya yakini tugas ke luar kota tentu tak serta merta hanya ‘jalan-jalan’ seperti yang Kak Dinda katakan. Isi kepala lantas terisi dengan wawasan yang jarang saya peroleh. Tentang bagaimana literasi keuangan, inklusi, dan perlindungan konsumen fintech.
Seakan kepala saya nyaris berasap berupaya memahami materi. Sambil forum yang berjalan cair itu menurut saya sangat bermanfaat. Saya juga tak ragu untuk mengajak diskusi, bertanya dengan yang sudah berpengalaman.
Banyak wartawan lain yang lebih berkapasitas dalam pos ekonomi saya temui. Salah satunya Choirul Anam, wartawan dari media Bisnis Indonesia itu sudah di luar kepala jika membicarakan ekonomi makro dan mikro. Apalagi soal keuangan, dia lantas juga ditunjuk oleh panitia untuk menjadi pembawa acara sebagai salah satu wartawan senior.
Menurut saya, Pak Anam benar-benar menginspirasi sebagai seorang wartawan bisnis,berdaya analisa kuat dan komunikatif. Wartawan ekonomi dengan ciri khas kaca mata dan buku catatan di tangan itu jika membicarakan ekonomi layaknya perbincangan kongkow di warung kopi.
Saya senang, karena para senior tak pelit ilmu. Di sela-sela beberapa kegiatan juga kerap berbagi pengalaman. Tentu dengan kelakar mereka yang berbagai sudut pandang. Lingkungan dan interaksi itu tak boleh saya sia-siakan sebagai yang termuda di antara para peserta.
Lepas dari materi, dilanjutkan dengan gala dinner di Resto Ratu Boko Sleman. Bersama pimpinan OJK Malang, kami ber ramah tamah menghabiskan separo malam sebelum akhirnya kembali ke hotel dan acara bebas.
Saya juga menyempatkan menemui beberapa kenalan di malam itu sambil menikmati titik nol Jogja hingga habis malam dan bersiaga kamera. Menikmati kopi jos ala angkringan asli Jogja tak boleh terlewat.
Kembali ke hotel, saya beristirahat untuk mempersiapkan perjalanan selanjutnya. Hari kedua dilanjutkan dengan mengunjungi berbagai destinasi. Kota Jogja terasa kembali hidup dan bangkit dari keterpurukannya semasa pandemi. Macetnya jalanan Jogja tak bisa dihindari di setiap perjalanan.
Kami diajak napak tilas di Kaki Gunung Merapi. Dengan menggunakan jeep wisata, adrenalin terpacu selama kurang lebih dua jam dengan beberapa kali berhenti di tempat tempat unik. Perjalanan itu merupakan agenda Merapi Lava Tour. Kami diajak ke tempat-tempat yang bersejarah mengenai cerita peristiwa bencana erupsi Merapi 2010 lalu.
Dari Bunker Kaliadem, tempat di mana ruangan perlindungan sementara dari erupsi saat gunung meletus. Tempat itu dibangun 2001 dan selesai 2005. Namun, ruangan bawah tanah yang berkapasitas 40-50 orang itu sekaligus menceritakan kisah kelam tewasnya relawan penyelamat pekerja dan masyarakat dari semburan lahar panas.
Setelah itu dilanjutkan dengan seru-seruan dengan aksi menantang jeep di medan yang berbatu dan berair. Dilanjutkan dengan museum Ullen Sentalu. Museum yang menyimpan benda benda bersejarah budaya Jawa dan keraton Yogyakarta serta Solo. Kami mendapatkan wawasan yang kaya dengan sejarah bagaimana perjalanan peradaban mataram Islam dan keraton hingga sekarang.
Lepas dari sana, kami diajak ke beberapa tempat oleh-oleh Jogja. Mulai dari Jogja T-shirt yang menyuguhkan kaos-kaos dengan ornamen budaya Jogja, batik rumah yang menjual aneka batik dengan harga bervariasi. Perjalanan dilanjutkan ke Kampung Pathuk, sentra Bakpia Jogja yang legendaris. Malamnya, ditutup dengan makan malam di Sate Pak Pong di Bantul lalu kembali ke hotel.
Saya yang belum puas memutuskan menghabiskan malam lagi di pusat kota. Beruntungnya saya, malam itu semakin berkesan bisa bertemu dengan salah satu kawan lama yang menempuh kuliah S2 di Universitas Negeri Yogyakarta. Dia yang merupakan kawan lama saya di Malang itu merupakan salah satu aktivis yang konsisten dengan segala macam kegiatan aktivismenya hingga kini.
Ia menemui saya di angkringan dan menghabiskan malam dengan obrolan tentang banyak hal. Ditambah lagi, kawan saya menghadiahi sebuah buku bacaan untuk saya bawa pulang ke Malang.
Esoknya, kami cek out dari hotel dan kembali perjalanan pulang ke Malang. Saya merasa setiap momen kemarin sudah sangat berkesan dan bermanfaat. Saya berterima kasih kepada Direksi dan Manajemen Malang Posco Media yang sudah mempercayakan kesempatan emas ini.
Serta kepada OJK Malang yang memfasilitasi dengan luar biasa dan menjalin kerja sama yang baik dengan para insan media. Perjalanan ini akan menjadi bekal memperkaya pengalaman saya sebagai jurnalis.(m. prasetyo Lanang/lim)