.
Sunday, December 15, 2024

Mengikuti Diskusi Hasil Presidensi G20 Indonesia di Bali (Habis)

Konsumsi Domestik Naik Rp 1,7 Triliun, Serap 33.000 Tenaga Kerja

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA – KTT G20 di Bali terbilang sukses. Pelayanan Presidensi Inonesia sangat memuaskan para kepala negara yang hadir. Ekonomi di Bali pun terdongkrak naik. Namun masih ada pertanyaan, bagaimana hasil KTT G20 menyentuh semua daerah di Indonesia?

Prof. Hikmahanto Juwana, S.H., L.L.M., PH.D. Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia menegaskan beberapa indikator keberhasilan Presidensi G20 Indonesia. Pertama, hampir semua kepala negara dan kepala pemerintahan serta pimpinan  organisasi internasional hadir. Kedua, selama penyelenggaraan KTT G20 keamanan terkendali dan keselamatan kepala negara dan kepala pemerintahan terjamin. Dan ketiga, berbagai program dari tiga fokus tema yang diusung oleh Indonesia ‘Recover Togheter Recover Stronger’ selama satu tahun berhasil disepakati sebagai terobosan bagi pertumbuhan perekonomian dunia.

‘’Presiden Jokowi mendapat apresiasi dari dunia terkait upaya untuk menyelesaikan perang di Ukraina meski hingga saat ini masih berlangsung. Banyaknya bilateral meeting yang dilakukan di sela-sela KTT G20 yang menjadi bilateral meeting terpenting adalah pertemuan antara Presiden AS Joe Biden dan Presiden China Xi Jin Ping yang berkomitmen untuk bersaing tanpa melibatkan penggunaan senjata dan kekerasan,’’ jelas Rektor Universitas Jenderal Achmad Yani ini.

Hikmahanto juga menegaskan, tidak ada negara yang kehilangan muka dalam Leaders’ Declaration meski Rusia mendapat kecaman sebagian anggota G20 yang merujuk pada Resolusi Majelis Umum mengingat dalam deklarasi disebutkan bahwa forum G20 bukan tempat pembahasan masalah politik.

‘’Berbagai agenda untuk mengeluarkan dunia dari krisis ekonomi, resesi dan stagflasi tidak bermakna bila perang di Ukraina terus berlangsung. Pertemuan KTT G20 penting saat PBB gagal untuk meredam perang di Ukraina baik melalui Dewan Keamanan maupun Majelis Umum. Nasib dunia ke depan ditentukan dan bergantung pada pertemuan KTT G20,’’ jelasnya.

Ditambahkan Hikmahanto, Indonesia memiliki kresdensi untuk berperan dalam percaturan Ekonomi-Politik global. Itu dibuktikan dengan Indonesia mampu memunculkan ide ide kreatif dan inovatif dengan memperhatikan kemaslahatan dunia, tidak pada kelompok negara atau kawasan. Indonesia juga juga mampu membuat terobosan-terobosan yang tidak pernah terpikirkan oleh negara-negara di dunia.

‘’Semisal menghentikan perang dengan mengingatkan krisis besar akan dihadapi dunia. Di sinilah kepiawaian Presiden Jokowi dalam memilih kata-kata. Bukan hentikan perang, tapi bila perang tidak berhenti maka dunia akan menghadapi beragam krisis besar,’’ ungkapnya.

Dalam berdiplomasi, Indonesia juga dianggap sangat piawai dan diapresiasi dunia. ‘’Presiden Jokowi tanpa sungkan langsung mengontak kepala negara dan kepala pemerintahan agar hadir. Suasana G20 pun dibikin sangat rileks sehingga antar kepala negara dan kepala pemerintahan dapat berinteraksi secara formal. Maka kita patut berbangga, Indonesia mampu menggelar KTT G20 dengan sukses, aman dan lancar dan diapresiasi dunia,’’ tegasnya.

Ida Bagus Agung Partha Adnyana Chairman of Bali Tourism Board menjelaskan, tahun 2019 tepatnya bulan April kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali masih menyentuh angka 476.327 ribu sampai sempat mencapai puncak pada Agustus di tahun yang sama 616.706 ribu wisatawan mancanegara.

Namun pandemik Covid-19 membuat semua berubah. April tahun 2022 kunjungan wisatawan mancanegara hanya 58.000 ribu, saat itu PPLN tanpa karantina. Tapi kemudian terus naik-naik hingga mencapai puncak pada bulan Oktober mencapai 327.573 dan turun kembali pada November 311.760 ribu. ‘’Artinya selama KTT G20, pariwisata di Bali terdongkrak naik,’’ jelasnya.

Menurut Ida Bagus Agung, ada beberapa manfaat G20 bagi pariwisata di Bali. Pertama, reputasi. Keberhasilan pelaksanaan event ini diperkirakan dapat meningkatkan level of confidence wisman untuk berkunjung ke Bali. Kedua manfaat infrastruktur. Pemerintah pusat sudah menghabiskan dana untuk memperbaiki dan mempercantik kawasan Nusa Dua, Kuta, Sanur, dan Ubud sebagai lokasi utama penyelenggaraan KTT G20.

‘’Hampir 90 persen anggaran G20 untuk perbaikan infrastruktur di Bali. Berdasarkan keterangan Kementerian Keuangan, pemerintah menggelontorkan anggaran Rp 674 miliar untuk persiapan dan pelaksanaan rangkaian pertemuan G20 di Bali,’’ jelasnya.

Manfaat ketiga Ekonomi. Kontribusi G20 diperkirakan mencapai USD 533 juta atau sekitar Rp 7,4 triliun terhadap produk domestic bruto (PDB) Indonesia pada 2022. Sebagian besarnya akan berdampak bagi perekonomian Bali. Konsumsi domestik yang didorong oleh rangkaian G20 diperkirakan naik sampai Rp 1,7 triliun serta menyerap tenaga kerja hingga 33.000 orang. Terutama tersebar ke sektor transportasi, akomodasi, usaha mikro kecil menengah (UMKM) dan MICE atau Meeting, Incentive Conference Exhibition. ‘’Apa yang bisa diambil pelajaran dari G20? ‘Fokus MICE sampai 2025 dan Bali Tourism Hub 2030,’’ tandasnya.

Sukses KTT G20 yang dipaparpak para pemateri, ternyata ditanggapi kritis oleh para peserta yang terdiri dari para pejabat pemerintahan, pegawai Bank Indonesia dari berbagai perwakilan di Indonesia, akademisi dan juga media. Mayoritas peserta mempertanyakan secara kongkrit, apa manfaat kongkret Hasil KTT G20 bagi daerah.

Pertanyaan itu disampaikan peserta dari Kalimantan, Sulawesi, Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur, dan Sumatera. ‘’Tanpa KTT G20 Bali sudah maju dan sudah berkembang pariwisatanya. Kenapa semua harus digelar di Bali. Kenapa ASEAN Summit yang akan datang tidak digelar di Labuhan Bajo saja. Kalau bicara pemulihan ekonomi, maka bukan hanya Bali saja yang butuh pulih. Semua daerah juga butuh pulih. Termasuk Labuhan Bajo,’’ ujar salah satu peserta dari NTT dengan nada tegas.(abdul halim/habis)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img