Malang Posco Media-Sebagai bentuk perhatian terhadap penyandang tuna netra, mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran, mengadakan kegiatan sosial di UPT Rehabilitas Sosial Bina Netra Malang.
Kegiatan ini berupa, pendampingan dan pelatihan merawat diri pada penyandang tuna netra, selama tiga hari, sejak 12-14 Desember. Dan diikuti 18 mahasiswa-mahasiswi dari berbagai daerah di Indionesia, seperti Medan, Padang, Makasar, NTT dan Jakarta yang mengikuti program pertukaran mahasiswa selama satu semestet, dalam pelaksanaan kurikulum merdeka.
“Awalnya kami akan melakukan pendampingan anak jalanan. Tapi Dinsos Jatim menyarankan pendampingan pada penyandang tuna netra saja. Luar biasa, di sini anak-anak senang mendapat pengalaman baru,” kata Egan Amriel, dosen Modul Nusantara yang juga pembina unit pemberdayaan masyarakat.
Ia menyampaikan selama ini kegiatan pendampingan dilakukan pada anak jalanan yang ada di wilayah Surabaya dan sekitarnya saja. Pendampingan untuk penyandang tuna netra ini yang pertama. Awalnya ia sempat bingung pendampingan apa yang bisa dilakukan. Mengingat kemampuan penyandang tuna netra sangat terbatas. Namun, setelah melakukan diskusi dan melihat antusias mahasiswa, Egan berniat melakukan penelitian, guna mengembangkan kemampuan penyandang tuna netra selain, memijat, bermusik dan membuat keset.
Sementara Nur Fazhirah Azis, mahasiswi asal Universitas Negeri Makasar, mengaku sangat senang bisa bertemu dengan saudara tuna netra di Malang. Hingga hari perpisahan mereka saling berpelukan. “Bertemu mereka, membuat saya bersyukur diberi kesehatan. Kita yang biasanya mengeluh ini-itu. Jadi semangat melihat mereka yang penuh keterbatasan tapi tetap semangat dan mau berusaha ” ceritanya.
Amina, salah seorang peserta tuna netra mengaku senang ada teman baru. “Jangan pulang dulu kakak, disini lebih lama bersama kami, ” ucapnya dalam acara pisah kenang.
Anantya Wulandari, staf bagian fungsional UPT Netra, menyampaikan, turut terbantu dengan kedatangan peserta program tersebut. Terutama untuk mensosialisasikan keberadaan tuna netra di masyarakat. Untuk menghargai jasa pekerjaanya.
“Umumnya setelah keluar dari sini, mereka berprofesi sebagai tukang pijat. Sebagian besar tinggal di desa, orang desa kurang menghargai tenaga mereka. Kalau pijat bayar seikhlasnya. Kasian kan, “ceritanya.(jon)