.
Wednesday, December 11, 2024

Efikasi Diri dalam Student Agency

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Oleh: Ihda Khairun Nisa

Calon Guru Penggerak Angkatan 5

SMPN 3 Tumpang Satu Atap

              Siapakah yang seharusnya memegang kendali terhadap proses pembelajaran murid? Pertanyaan ini sangat menggelitik dan tentunya muncul ragam jawaban dalam benak kita. Sebelum menjawab pertanyaan pemantik tersebut, seorang guru dapat menilik nilai-nilai dan perannya dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Salah satunya adalah peran guru sebagai pemimpin pembelajaran. Artinya, guru harus dapat menginternalisasi filosofi among Ki Hajar Dewantara yaitu Ing Ngarsa sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, dan Tut Wuri Handayani. Kapan dan bagaimana seorang guru dapat bertindak sesuai dengan sistem among tersebut dan mampu mengadopsi kerangka berpikir inkuiri apresiatif dalam memprakarsai perubahan dalam pembelajaran.

              Hal ini tentunya dapat disesuaikan dengan kondisi dan peristiwa yang terjadi di lingkungan sekolah masing-masing. Intinya, seorang guru harus memiliki kepekaan dalam menganalisa situasi yang terjadi di lingkungan sekolah masing-masing.

              Seorang guru sebagai pemegang kendali proses pembelajaran bukan berarti pembelajaran yang dilakukan berpusat pada materi (material oriented) melainkan berpusat pada murid (student centered). Dalam hal ini seorang guru lebih berperan sebagai motivator, inspirator, dan fasilitator bagi murid-muridnya.

              Murid-murid diberi kesempatan seluas-luasnya untuk menentukan alur pembelajaran yang mereka inginkan, sehingga potensi jiwa kepemimpinan murid dapat berkembang dengan baik. Ketika seorang murid mampu menyuarakan opini, berani membuat pilihan-pilihan, dan berkontribusi pada proses pembelajaran, maka dapat dikatakan murid memiliki kepemimpinan murid (student agency).

              Jika kepemimpinan murid telah terwujud maka secara bersamaan seorang guru sedang menumbuhkembangkan karakter murid sesuai enam profil pelajar Pancasila. Enam karakter tersebut antara lain beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.

              Seperti yang dijelaskan Samudera, dkk (2022) dalam jurnal ilmiahnya berjudul “Analisis karakteristik kepemimpinan karismatik siswa di SD Lab School Muhammadiyah 1 Candi Sidoarjo” memberikan contoh penerapan dalam proses kepemimpinan murid. Yaitu setiap murid bergantian memimpin barisan sebelum masuk kelas, menyanyikan lagu Indonesia Raya, dan mengucapkan janji pelajar.

              Aksi nyata ini bertujuan agar setiap murid merasakan dan berkesempatan memimpin temannya sendiri. Dari contoh penerapan tersebut dapat dikatakan bahwa kepemimpinan murid dapat diimplementasikan dalam contoh terkecil, asalkan dilaksanakan secara konsisten dan berkesinambungan.

Voice, Choice, dan Ownership

              Dalam membangun kepemimpinan murid perlu dicermati tiga hal pendukungnya, yaitu suara (voice), pilihan (choice), dan kepemilikan (ownership). Yang dimaksud suara (voice) di sini adalah memberikan kebebasan kepada murid untuk menyuarakan gagasannya dan berpartisipasi aktif dalam melakukan suatu perubahan pembelajaran yang lebih baik lagi.

              Contoh konkritnya adalah murid mampu berpartisipasi bagaimana membuat keyakinan kelas sebelum memulai pembelajaran. Keyakinan atau kesepakatan kelas ini bertujuan menciptakan situasi pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan.

              Selanjutnya yang dimaksud pilihan (choice) adalah peluang yang diberikan kepada murid untuk memilih kesempatan-kesempatan dalam ranah sosial, lingkungan, dan pembelajaran (marzanoacademies.org). Tujuannya adalah meningkatkan motivasi dan otonomi murid, serta dapat memberikan dampak positif pada efikasi diri murid (Thibodeaux et al, 2019). Efikasi adalah keyakinan dan kepercayaan diri atas kemampuan/ keahlian mengelola dan mengorganisir kegiatan.

              Yang ketiga adalah kepemilikan (ownership), yaitu rasa memiliki untuk terlibat aktif baik secara fisik, kognitif, dan afektif serta berlangsung secara berkelanjutan. Tiga hal ini saling berkaitan satu sama lain dalam menumbuhkembangkan kepemimpinan murid.

              Program kegiatan yang dapat dilakukan untuk membangun kepemimpinan murid dapat berupa kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler. Salah satu contoh program yang telah diterapkan di sekolah penulis adalah program intrakurikuler proyek membuat video prosedur untuk mata pelajaran bahasa Inggris.

              Program ini diperuntukkan untuk kelas 9 yang disesuaikan dengan silabus dan program semester satu. Tujuan kegiatan ini selain menumbuhkan soft skills murid seperti berkolaborasi dengan anggota kelompoknya juga life skill (kecakapan hidup) yang akan bermanfaat bagi murid di masa depannya.

              Dalam proyek ini setiap murid merdeka memilih kelompoknya sendiri dan menyuarakan idenya dalam membuat produk yang diinginkan. Produknya dapat berupa makanan atau minuman dan sesuai dengan kemampuan murid dalam proses pembuatannya.

              Hasil akhirnya mereka dapat memiliki kreativitas dalam membuat video prosedur melalui media editor yang dikuasainya, memiliki keterampilan berbicara bahasa Inggris yang baik, dan memiliki jiwa kewirausahaan atas produk yang mereka buat. Tentunya program ini dapat di ATM-kan (Amati, Tiru, dan Modifikasi) sesuai dengan kondisi sekolah masing-masing.

              Tindak lanjut dari program di atas, guru terkait dapat berkolaborasi dengan rekan sejawatnya, terutama guru Prakarya, IPS, Bahasa Indonesia, dan Matematika untuk membuat program kegiatan kokurikuler yaitu Pasar Ceria, Pasar Ekspresi, atau istilah lain.

              Kegiatan intrakurikuler pada masing-masing mata pelajaran tersebut dapat digabungkan menjadi kegiatan kokurikuler sebagai pengejawantahan aksi nyata produk atau pelajaran yang telah murid pelajari. Murid-murid dapat berbagi tugas menjadi penjual, pembeli, petugas kebersihan, dan yang lainnya.

              Kegiatan ini dapat melibatkan pengurus OSIS atau perwakilan kelas dan dilaksanakan pada akhir semester. Kegiatan tersebut tentunya dapat digabung dalam serangkaian kegiatan class meeting pasca ujian semester disesuaikan dengan kondisi sekolah masing-masing.

Lingkungan sekolah yang kondusif

         Salah satu syarat membangun kepemimpinan murid adalah lingkungan sekolah yang kondusif. Artinya, lingkungan sekolah yang mampu memerdekakan murid dalam hal positif apapun, baik itu dalam pembelajaran di kelas maupun kegiatan di luar kelas seperti kegiatan ekstrakurikuler. Hubungan positif dengan teman lain dan keadaan emosional yang terarah mampu menunjukkan bahwa murid tersebut memiliki student agency yang baik.

Pentingnya kolaborasi dan refleksi

         Kepemimpinan murid tidak akan terwujud tanpa adanya kolaborasi antar warga sekolah. Karena sejatinya, murid yang telah memiliki student agency mampu mengajak teman-temannya dalam mengorganisir program kegiatan yang diinginkannya. Hal ini dapat dikatakan murid telah memiliki efikasi diri yang tinggi.

         Tentunya, dalam melaksanakan terobosan program kegiatan yang dilakukan, murid akan mengalami tantangan dan hambatan. Keterlibatan teman, guru, wali kelas, dan warga sekolah lainnya sangat dibutuhkan dalam menganalisa hambatan beserta solusinya.

         Karena itu perlu dilakukan refleksi dalam setiap tahapan program kegiatan. Refleksi ini berguna untuk memaksimalkan dan menonjolkan potensi atau aset yang ada untuk perbaikan pada tahapan kegiatan selanjutnya. Pada akhirnya, kepemimpinan murid yang telah berkembang pada setiap murid telah berkontribusi dalam menyukseskan visi sekolah masing-masing.(*)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img