spot_img
Thursday, July 3, 2025
spot_img

Kesadaran Kolektif Saat Bencana Alam

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Jelang penghujung tahun 2022, masyarakat Indonesia telah diuji oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan gempa bumi 5,6 SR di kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat tepat pada atanggal 21 November 2022 lalu. Gempa bumi tersebut sampai dengan hari ini telah menelan korban 327 korban jiwa meninggal dunia (kompas.com, 29 Nov 2022), dan ratusan korban luka berat, serta tidak sedikit 108.720 orang mengungsi.

Memasuki pekan ke 2 pasca gempa Cianjur, upaya pencarian korban hilang dan tertimbun bangunan serta longsoran tanah juga masih tetap diupayakan oleh BPBD Provinsi Jawa Barat serta semua relawan di lokasi bencana. Keterpanggilan para relawan, pemberian bantuan kepada korban bencana alam dihampir semua titik kebencanaan di Indonesia, tidak lepas dari kepedulian semua komponen masyarakat Indonesia untuk meringankan beban saudara-saudara kita yang terdampak bencana alam, tak terkecuali dalam gempa bumi di kabupaten Cianjur.

Fakta yang tidak dapat dinafikan dalam kondisi kebencanaan, hampir semua korban mengalami kondisi psikologis yang tidak stabil akibat bencana semisal rasa takut dan cemas sampai dalam kondisi yang akut, rasa sedih dan bersalah yang kronis, serta munculnya perasaan hampa. Bahkan tidak sedikit yang merasa bersalah, menarik diri, mudah marah, apatis, sulit berkonsentrasi, kekhawatiran berlebihan, serta trauma berat.

Hal ini memang tidak dapat dipungkiri sebagai kondisi umum korban bencana alam yang sering menjadi bahasan akademisi dan praktisi kebencanaan. Pengalaman-pengalaman hal tersebut menjadi pembelajaran terbaik untuk memberikan layanan bagi para korban, oleh semua expertise dan relawan kebencanaan. Sehingga, selain dukungan dalam bentuk bantuan bahan makanan, pakaian, kebutuhan sehari-hari, tenda, perlengkapan mandi, dan lain-lain, hal yang penting dalam memperkuat kondisi korban secara individu maupun kelompok adalah dukungan psikososial, kesehatan dan spiritual.

Dukungan psikososial perlu didahului dengan layanan Psychological First Aid (PFA), yang difokuskan pemberian dukungan psikologis awal kepada korban baik secara individu maupun komunitas yang menjadi korban bencana alam dan dimungkinkan berpotensi mengalami masalah kesehatan fisik ataupun mental, sehingga korban tidak terpuruk kondisinya selama hidup darurat di pengungsian dan proses recovery kebencanaan

Kesadaran Kolektif Saat Bencana

Harus disadari pada kondisi situasi bencana, semua korban dalam kondisi panik dan bahkan abai dengan kesehatannya. Hal ini wajar karena memang individu, keluarga, bahkan komunitas dalam kondisi cemas, khawatir, stres menerima kenyataan tersebut, memaksa seseorang harus berubah secara drastis, rumah ambruk, aset hanyut, dokumen hilang, kendaraan rusak, sanitasi terputus, dan sebagainya.

Pada satu pekan pasca gempa Cianjur, penulis mengikuti salah satu flyer menarik yang dipublish oleh Dewan Pengurus Pusat Independen Pekerja Sosial Profesional Indonesia (IPSPI), terkait “Tetap Sehat & Bertahan Di Situasi Darurat Bencana.”

Flyer tersebut sepertinya memantik kita untuk kemudian melihat bencana tidak pada kondisi yang meski terpuruk, namun sebagai upaya membagun kesadaran kolektif untuk saling membantu antar korban dan melihat potensi-potensi lainnya, sehingga mampu survive.   Beberapa hal yang perlu dilakukan selama kondisi bencana agar tetap sehat dan bertahan, antara lain (IPSPI, 2022), Pertama, Jaga Diri dan Keluarga. Artinya kita perlu waspada terhadap bahaya di lingkungan sekitar, termasuk menjaga anak-anak, keluarga terutama kelompok rentan, perlu berobat apabila luka atau sakit dengan mengakses fasilitas kesehatan terdekat di lokasi bencana. Selain itu, usahakan cukup makan-minum serta menggunakan MCK umum dengan hati-hati.

Kedua,Kenali Perasaan. Maknanya bahwa bukan hanya anda saja yang merasakan kondisi tersebut namun juga orang lain di sekitar anda. Sebagaimana orang lain kita berduka, marah, sedih, kehilangan harta, kehilangan orang tercinta, takut, lingkungan berantakan, kotor, dan tidak aman. Bahkan atas kondisi itulah semakin menambah kegelisahan dan lelah diri kita.

Belum lagi kualitas tidur yang tidak nyaman, nafsu makan yang berkurang, oleh karena itu apabila kita mengalami hal-hal tersebut maka tidak tepat untuk menuntut sesuatu lebih baik seperti sedia kala sedangkan di sekitar kita masih dalam situasi dan kondisi yang sama. Dalam bahasa lain perlu mengendalikan perasaan kita secara baik dan bijak.

Ketiga, Perhatikan Perubahan. Artinya adanya perubahan cara berpikir selama kondisi bencana sebagai sebuah kewajaran. Apabila anda mengalami perubahan cara berpikir, merasakan, dan berbuat dan mulai mengganggu kegiatan harian, kemudian mengganggu hubungan dengan orang-orang di sekitar kita, jangan ragu untuk membicarakan dengan orang terdekat atau mencari bantuan Pekerja Sosial di lokasi bencana.

Keempat, Pertahankan Stamina. Selama dalam situasi bencana dengan tidur dan istirahat yang cukup, olahraga ringan, tidak melepaskan diri dari Tuhan YME dengan beribadah serta berdoa, silaturrahim dengan sesama korban, hal ini juga akan meringankan beban psikis dan meningkatkan stamina.

Kelima, Cermati Informasi. Artinyakita perlu cermat dan update informasi yang diberikan oleh petugas kebencanaan, keluarga, dan teman, sebagai sumber kekuatan untuk mendapatkan informasi situasi terkini bencana di lokasi tersebut dan mengakses bantuan-bantuan bencana, namun penting tidak menyebarkan hoax.           Keenam, Layanan Dukungan Sosial. Korban bencana dan seluruh relawan bencana dapat mengakses layanan dukungan sosial yang hadir di lokasi bencana dari semua profesional. Bahkan hadirnya layanan Profesi Pekerja Sosial dapat diakses sebagai wujud komitmen Pekerja Sosial menjalankan mandat Undang-Undang Nomor 14 tahun 2019 tentang Pekerja Sosial.

          Berkaca dengan hal di atas, semua pihak perlu menjaga ritme layanan sosial, kesehatan, spiritual korban bencana selama dalam pengungsian dan proses recovery pasca bencana. Dan tidak lupa memperkuat relawan bencana agar tetap sehat, tidak stres, dan juga mendapatkan pelayanan terbaik sehingga mampu memberikan dukungan komprehensif kepada korban bencana.

          Mendorong semua pihak baik pemerintah, masyarakat, dan profesional serta NGO agar tetap mengatur “napas” dan skema bantuan kepada korban bencana sampai pada tahap pemulihan psikis. Serta kita perlu juga hindari euforia bencana di awal-awal terjadinya bencana, untuk mendukung keberlanjutan pasca bencana lebih baik dan tepat.

          Semoga Allah SWT menjadikan setiap bencana yang menimpa negeri kita sebagai refleksi dan hikmah terbaik kehidupan, sehingga menuntut kita untuk melakukan perbaikan pencegahan dan penanganan kebencanaan di kemudian hari.(*)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img