MALANG POSCO MEDIA, MALANG- Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Malang kembali menorehkan prestasi. Penghargaan Satuan Terbaik diraih dalam upaya mengimplementasikan integritas. Hal tersebut merupakan kali kedua OJK Malang meraih Integrity Awards setelah tahun 2021 lalu juga mendapatkan predikat serupa.
Integrity Awards 2022 kategori Kantor Regional dan Kantor OJK itu diraih lima satuan kerja OJK mulai OJK Provinsi Bengkulu, OJK Provinsi Sumatera Barat, OJK Regional 2 Jawa Barat, OJK Provinsi DIY dan OJK Malang. Dari 5 kantor OJK itu, OJK Malang menjadi satu-satunya satuan kerja tingkat kabupaten/kota.
Penganugerahan tersebut merupakan rutinan dalam rangka Hari Anti Korupsi Sedunia (Hakordia) yang digelar OJK di Jakarta pada Selasa (20/12). Kepala OJK Malang Sugiarto Kasmuri merasa bersyukur atas penghargaan tersebut. Ia mengaku hanya menjalankan semua tugas dengan mengedepankan integritas. Hal itulah yang menurutnya menjadi kunci OJK Malang kembali meraih Integrity Awards 2022. “Penghargaan itu merupakan penilaian dari 75 satuan kerja OJK. Ini merupakan wujud upaya jajaran menerapkan komitmen integritasnya,” jelas Sugiarto kepada Malang Posco Media, Rabu (28/12).
Kepada jajarannya, kata Sugiarto, juga menekankan kepada eksternal bahwa lembaga kami tidak mentolerir adanya suap dan korupsi. Selain itu, pihaknya juga menanamkan komitmen kepada semua pegawai OJK Malang. Komitmen dalam hal ini adalah komitmen untuk melayani masyarakat dengan segenap hati.
“Jadi tidak hanya bicara kami tidak menerima suap dan korupsi. Tapi kami juga menanamkan komitmen dalam diri ketika bekerja. Bekerja bukan untuk mencari gaji tapi untuk melayani masyarakat dan tidak ada toleransi untuk suap,” tutur pria yang disapa Sugik itu.
Tak hanya itu, OJK Malang juga disebut terus berusaha mengedepankan transparansi dalam penggunaan anggaran. Dikatakan, transparansi adalah prinsip utama. Kedepan, Sugiarto mengatakan bahwa OJK Malang akan tetap berusaha menjunjung tinggi nilai nilai integritas. Sebab menurutnya, OJK merupakan lembaga yang memiliki wewenang dan risiko yang besar. Termasuk risiko tersendiri hal-hal yang mencoba memengaruhi integritas jajarannya dan harus dihindarkan.
“Satu hal yang tak kalah penting, kami memegang teguh budaya bekerja dengan menanamkan dalam diri bahwa bekerja adalah kewajiban. Kita menerima hak tentu ada kewajiban. Kalau tidak seimbang, maka sisanya adalah milik Tuhan,” ujarnya. (tyo/udi)