MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Diawali dari diskusi dari kegiatan ‘ngopi’ di sebuah warung, siapa sangka kemudian menjadi titik awal dari lahirnya Malang Creative Center (MCC). Sebuah fasilitas bagi pelaku industri ekonomi kreatif (Ekraf) di Kota Malang untuk berkreasi dan berinovasi.
“Awalnya kita itu ngopi dan kita berpikir bahwa di Kota Malang itu tidak ada wadah atau tempat khusus yang memfasilitasi industri ekonomi kreatif. Harus sewa disitu, sewa disini, padahal potensinya besar. Dari situ kemudian dibahas dan tercetus MCC,” terang Komite Ekonomi Kreatif Didik Wahyu ketika berkumpul dengan awak media beberapa hari lalu.
Bangunan tujuh lantai itu pun kini telah mulai difungsikan untuk mewadahi pelaku ekraf di Kota Malang. Soft launching MCC juga telag dilakukan pada pertengahan Desember kemarin dan bertepatan dengan dua event besar yakni Festival Mbois-7 dan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Fest 2022.
Kepala Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kota Malang Eko Sri Yuliadi mengatakan semua pelaku ekonomi kreatif diberi waktu dan ruang untuk beraktifitas di MCC. Sebab, di MCC sendiri terbagi menjadi dua, yakni untuk keperluan pemberdayaan tau layanan publik dan keperluan komersil. Ditegaskan Eko, layanan publik tetap diutamakan sebagai bentuk pemberdayaan kepada masyarakat.
“Sesuai dengan yang disampaikan Pak wali, 58 persen untuk pemberdayaan, 42 persen untuk komersil. Jadi lebih luas ya untuk area publik,” tegasnya.
Terpisah Wali Kota Malang, Drs H. Sutiaji, menilai bahwa uji coba penggunaan Malang Creative Center (MCC) sukses. Hal itu tercermin event Dekranasada dan Festival Mbois ke-7 bertepatan saat soft launching.
Dalam event tersebut, mulai dari lantai dua MCC hingga lantai delapan, dipenuhi oleh beragam UMKM. Mulai dari kuliner, kriya, batik dan lain lainnya. Jumlahnya mencapai ratusan UMKM. Yang luar biasa, nilai transaksinya mencapai ratusan juta untuk satu hari saja.
“Jadi seperti yang beberapa kali saya sampaikan, bahwa beberapa even di MCC ini sebenarnya adalah check sound, dimana yang namanya check sound itu akan mengetahui apakah masih ada yang kurang atau perlu diperbaiki sebelum nanti diresmikan. Saya tidak ingin gedung yang memakai uang rakyat ini tidak ada manfaatnya,” tuturnya.
Sutiaji menyebut, event seperti ini merupakan bagian dari pembinaan dan inkubasi untuk para UMKM. Selanjutnya akan dicarikan support pendanaan hingga termasuk pemasaran produknya.
“Ini masih pengenalan dulu, sudah ada beberapa transaksi yang dilakukan. Selanjutnya channeling pendanaan, yang sudah mau ini OJK (Otoritas Jasa Keuangan), perbankan, bisa komunikasi langsung dengan UMKM dan startup yang ada disini,” sebut Sutiaji.
Menurut Sutiaji, melalui event ini juga bisa dilihat animo dan ketertarikan masyarakat melalui transaksi yang dilakukan oleh buyer. Dikatakannya UMKM di Kota Malang begitu menarik minat mereka.
“Sudah dicoba dan memang banyak yang berminat dan terus bergulir. Jadi ini juga seperti ‘check sound’,” tandasnya. (ian/aim)