.
Thursday, December 12, 2024

Anjas, Tuna Daksa Warga Kehormatan Omaha Amerika Serikat

Bikin Aplikasi untuk Difabel, Orasi Ilmiah di White House

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Karyanya mendapat perhatian berbagai kalangan dalam negeri dan luar negeri. Anjas Pramono Sukamto, seorang difabel membuat sejumlah aplikasi. Sebagian besar untuk penyandang disabilitas. Karena karyanya, ia menjadi warga kehormatan  Omaha Amerika Serikat.

=======

Anjas tak terbelenggu oleh keterbatasannya.  Alumnus Program Studi Teknik Informatika Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya (UB) ini membuat lima aplikasi. Karena karyanya ini, dia  langsung mendapat perhatian di mata nasional dan internasional.

“Pertama waktu  tahun 2018 masih kuliah buat aplikasi yang saya namakan Difodeaf. Sederhana saja itu aplikasi berbasis android intinya itu kamus untuk bahasa isyarat. Bisa diakses siapa saja,” cerita Anjas yang mengidap kelainan penyakit tulang yang disebut Osteo Genesis Imperfecta sejak SD.

Aplikasi tersebut merupakan kamus pintas bahasa isyarata yang  mampu mengubah Bahasa Inggris maupun Indonesia menjadi gambar bahasa isyarat. Dengan aplikasi tersebut, orang normal dan disabilitas bisa berkomunikasi dengan mudah.

Aplikasi yang dibuatnya pertama kali ini diikutkan di sebuah lomba. Hasilnya sangat menggembirakan. Meraih medali emas dari University of Malaysia.

“Prestasi itu membuat saya kembali tergugah untuk terus punya karya. Jadi terus buat yang lain. Aplikasi kedua yang saya buat  aplikasi Locable. Kepanjangannya dari Location for Difable,” kata kelahiran Kudus ini.

Aplikasi itu dibuat tahun 2019. Dibuat untuk menjawab kebutuhan sekaligus kendala  penyandang disabilitas saat mengakses layanan publik. Khususnya tempat-tempat wisata. Bisa menunjukan tempat mana yang ramah disabilitas atau tidak.

Aplikasi ini  lanjutnya, dibuat karena ia sendiri sering merasakan susahnya mengakses tempat wisata. Khususnya yang tidak memilki fasilitas dan alat-alat yang ramah diakses kalangan disabilitas.

“Jadi waktu ke tempat wisata, tak bisa ngapa-ngapain. Seperti nganggur,” ceritanya. Tidak lama setelah itu ia juga membuat aplikasinya yang ketiga. Yakni aplikasi Jubilitas atau Jual Beli Disabilitas. Ini adalah aplikasi yang dijadikan ruang digital bagi penyandang disabilitas untuk berwirausaha.

Pertimbangannya sederhana. Bagi Anjas, sampai saat ini ruang bagi kaum disabilitas tidak banyak untuk bisa bekerja seperti di kantor atau lembaga-lembaga prestis lainnya. Maka wirausaha menjadi pilihan tepat.

Pemuda 24 tahun ini meneruskan karyanya. Kedua karya terakhirnya ia dedikasikan untuk bidang pendidikan secara umum.

“Ada aplikasi berkaitan transportasi. Aplikasi ini bia dipasang di angkot. Angkot bisa bersaing lebih mudah. Bisa buat kita tahu rute-rute angkot, di mana saja, keberadaannya saat itu dimana. Bagi disabilitas bisa lebih mudah dapat informasi angkot, dan sebaliknya,” jelas putra pasangan Sukamto dan Sri Susilowati ini.

Aplikasi lainnya yang juga ia buat belum lama ini adalah Aplikasi Guru Ngaji. Bisa dimanfaatkan  orang tua memilih guru ngaji untuk anaknya. Ini dihadirkan demi menghindari ajaran radikal masuk lewat guru ngaji.

Maka di aplikasi tersebut akan detail dijelaskan informasi siapa guru ngaji tersebut. Berasal dari mana, latar pendidikannya, asal pondok pesantren mana dan sebagainya.

Karena berbagai prestasinya ini pada  tahun 2019 lalu ia berkesempatan menjadi satu dari tiga mahasiswa Indonesia yang memberikan orasi ilmiah mengenai konsep sosial filosofi, di White House atau Kantor Kepresidenan Amerika Serikat di Washington DC.

“Saya sempat sampaikan konsep pendidikan Gusjigang. Akronim dari Akhlak Bagus, Pintar Mengaji, dan Berdagang. Konsep yang terus diterapkan di sistem-sistem pendidikan khususnya ponpes di Indonesia. Ini akan saya kembangkan kedepan masuk di aplikasi juga,” jelas Anjas.

Tidak itu saja, selama satu bulan lamanya pada tahun 2019, Ia dipercaya mengikuti program Civic Engagement di University of Nebraska Omaha. Sebuah program yang konsen pada pencarian solusi terhadap isu-isu sosial. Ia kerap menjadi pembicara untuk berbagi pengalaman dengan mahasiswa dari seluruh dunia.

Tidak lama pula, ia mendapat gelar warga kehormatan Kota Omaha. Diberikan oleh City Council Member of Omaha Amerika Serikat.

“Yang memberikan gelar adalah Mr Pete Festersen, dia Ketua parlemennya saat itu,” tegas Anjas.

Sejak saat itu hingga saat ini, Anjas bisa meraih sembilan medali internasional dan 17 sertifikat internasional dari berbagai negara. Seperti Singapura, Taiwan, India, bahkan lembaga riset Uni Eropa. Atas karya-karya dan dedikasi Anjas terhadap kaum disabilitas dan isu sosial lainnya.

Di tingkat nasional, pada tahun  2019 lalu ia juga mendapat gelar kehormatan dari MPR RI dan mendapat predikat Pemuda Hebat dari Kemenpora. Sampai saat ini Anjas juga masih memenuhi berbagai undangan dari berbagai lembaga nasional maupun internasional membagi pengalaman dan karyanya.

“Saat ini tengah mengembangkan startup. Akan mengembangkan lebih banyak aplikasi dan melibatkan banyak teman-teman disabilitas. Ada kerjasama dengan provider telekomunikasi ternama di Indonesia,” terang Anjas yang saat ini memperkerjakan 15 orang karyawan untuk bisnis startupnya. (sisca angelina/van)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img