Tanpa terasa seminggu sudah Desember 2022 sudah berlalu, Tahun 2023 sudah kita jalani sembilan hari ini. Saya justru merasa bingung, apa yang sudah saya kerjakan di tahun 2022 lalu? Dan apa yang akan saya kerjakan di tahun 2023 ini? Perasaan yang tadinya senang, tiba-tiba serasa terhenti.
Apakah benar saya sudah melakukan dan mengerjakan yang terbaik di tahun 2022 lalu? Kalau belum apa yang terbaik yang harus dilakukan tahun 2023? Pikiran seketika melayang, mengingat-ingat kembali semua yang terjadi di tahun 2022.
Sebagian orang merasa senang dan bahagia merayakan datangnya Tahun Baru 2023. Kebahagiaan itu dirayakan dengan beragam cara. Ada yang “mbakar-mbakar”, barbeque, bakar ikan, bakar jagung, bakar kembang api dan tiup terompet dan lainnya. Sebagian masyarakat ada yang “melek’an” menyambut Tahun Baru. Berbagai macam tradisi menyambut Tahun Baru dilakukan oleh masyarakat Indonesia dengan caranya masing-masing.
Tapi sebagian lagi ada yang tak menghiraukan perayaan tahun baru. Karena mereka berprinsip tahun baru adalah ritual pergantian tahun yang akan terus terulang. Karena itu yang perlu dilakukan adalah instrospeksi diri, bukannya bersenang senang.
Desember tahun 2022 lalu sangat berbeda dengan akhir tahun pada tahun-tahun sebelumnya yang saat itu pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Saat ini masyarakat sudah mulai bisa menikmati untuk berkumpul, jalan-jalan ke tempat wisata. Masyarakat memanfaatkan waktunya berkumpul bersama keluarga dan teman untuk menikmati liburan.
Tapi bagaimana dengan mahasiswa kesehatan? Apakah mereka libur juga? Tidak. Mereka tidak libur. Setelah melalui tahapan ujian akhir semester dan ujian praktik, saatnya mahasiswa terjun ke lapangan. Akhir semester ganjil ini, mahasiswa praktik di Rumah Sakit dan di lahan komunitas. Jadi, Tahun Baru 2023 di lahan dirayakan di tempat praktik.
Salah satu praktik yang harus ditempuh adalah praktik di lapangan, yaitu praktik Komunitas Kebidanan. Mahasiswa praktik selama satu bulan di lapangan dan berbaur dengan masyarakat dimana mereka tinggal. Satu bulan penuh mahasiswa tinggal di rumah penduduk.
Mahasiswa membantu memberikan solusi terhadap masalah yang terjadi di masyarakat. Memberikan solusi dengan melakukan kegiatan penyuluhan dan demonstrasi. Kegiatan yang dilakukan disesuaikan dan disepakati bersama dengan perangkat desa untuk mencari solusi dan menyelesaikan masalah.
Sebagai tenaga kesehatan dituntut untuk memahami masalah dan kejadian yang saat ini sedang tren di masyarakat. Pemahaman ini tidak hanya didapat dari bangku kuliah saja, tetapi mahasiswa harus terjun ke masyarakat agar mereka berhadapan langsung dengan masyarakat.
Mereka belajar bagaimana ketika benar-benar berinteraksi langsung dengan masyarakat. Mahasiswa belajar mengaplikasikan ilmunya, belajar transfer ilmu kepada msayarakat. Sebelum mereka lulus sebagai tenaga kesehatan, mereka digembleng untuk belajar memberikan konseling, informasi dan edukasi kepada masyarakat.
Para tenaga pendidik tetap mendampingi mahasiswa saat terjun ke lapangan. Jadi, di pendidikan kesehatan memang tidak ada libur, baik tenaga pendidik maupun mahasiswanya. Tahun baru pun tetap harus ceria meskipun harus praktik di lapangan, berbaur dengan masyarakat.
Menurut Dri Atmaka (2004), pendidik atau guru adalah orang yang bertanggung jawab untuk memberikan bantuan kepada siswa dalam pengembangan baik fisik dan spiritual. Menurut Husnul Chotimah (2008), pengertian guru adalah orang yang memfasilitasi proses peralihan ilmu pengetahuan dari sumber belajar ke peserta didik.
Menurut UU No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, pengertian guru adalah tenaga pendidik profesional yang memiliki tugas utama untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini melalui jalur formal pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Jadi, bisa diartikan guru adalah sebuah profesi.
Desember lalu merupakan bulan yang benar-benar ceria. Ceria dalam menyelesaikan tugas-tugas yang sudah diambang deadline.Ujian akhir, ujian praktik, praktik ke lapangan, menulis buku, menulis jurnal, melakukan bimbingan skripsi, melakukan bimbingan praktik lapangan, melakukan supervisi ke lapangan, melakukan penelitian, melakukan pengabdian kepada masyarakat, persiapan mengisi BKD untuk semester ganjil dan awal semester genap serta belum tugas-tugas yang lain.
Akhir tahun semua bergembira menyambut datangnya Tahun Baru. Kita justru harus flash back,bagaimana kerja kita di tahun 2022? Sudah “kelar” kah? Sudah beres kah semua? Mengingat-ingat kembali, mana dan apa saja pekerjaan yang belum selesai dan tuntas. Sesuai dengan definisi seorang guru, hal-hal itulah yang menjadi tanggung jawab kita terhadap anak didik.
Untuk mengetahui bahwa transfer ilmu kita berhasil adalah dengan melihat kemampuan mahasiswa saat terjun ke lapangan. Terjun ke lapangan bukan sekadar kemampuan mengaplikasikan teori keilmuan saja, tetapi bagaimana mahasiswa mampu membantu masyarakat dalam memecahkan masalah yang terjadi di masyarakat tersebut.
Saat menjelang tahun baru, muncul kata-kata Resolusi. Apa resolusi anda di tahun 2023 nanti? Hal yang sama juga terjadi di awal tahun 2022 lalu. Nah, apakah resolusi di tahun 2022 lalu sudah tercapai? Atau setiap tahun hanya menjadi sebuah resolusi di setiap awal tahun?
Ya, intinya kita harus tetap terus berjuang untuk mencapai tujuan yang sempat tertunda atau belum sempat terselesaikan. Terus berjuang membawa anak-anak bangsa agar kelak mereka bermanfaat bagi dirinya sendiri, orang lain, bangsa dan negara Indonesia tercinta ini. Banyak sekali hal-hal yang terjadi di tahun 2022 yang membuat kita untuk lebih mawas diri dan lebih belajar lagi.
Bagi teman-teman sejawat seprofesi, jangan menyerah, teruslah berjuang. Perjalanan kita masih panjang untuk membuat anak-anak bangsa ini harus mampu berbuat yang terbaik untuk hidup dan kehidupannya. Pergantian hari baru, bulan baru bahkan tahun baru hanyalah perpanjangan waktu untuk menyelesaikan tugas-tugas kita. Esok masih panjang untuk melakukan pendampingan pada generasi muda demi Indonesia tercinta.(*)