.
Thursday, December 12, 2024

Tumbuhkan Fitrah dan Adab Anak

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Oleh: Dedy Dwi Harnawan, M.Pd

Guru SMKN 1 Kota Batu

Masyarakat era modern sudah sangat menyadari betapa pentingnya pendidikan. Pernyataan ini disimpulkan dari observasi terhadap fenomena riil yang ada pada masyarakat sosial khususnya masyarakat Indonesia, baik itu dari kalangan menengah ke bawah atau pada kalangan menengah ke atas. Untuk memahami lebih jauh tentang hakikat pendidikan maka kita dapat meninjau dari beberapa definisi pendidikan itu sendiri.

Secara umum, pengertian pendidikan adalah adanya proses pembelajaran bukan pengajaran, baik itu dalam segi pengetahuan juga keterampilan. Bahkan adanya sebuah kebiasaan yang berasal dari kearifan lokal juga bisa dikatakan dengan pendidikan.

Ada juga yang mendefinisikan pendidikan adalah usaha untuk berpikir secara sadar yang dilakukan dengan cara terstruktur atau secara sistematis dalam mewujudkan suasana belajar-mengajar agar para peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya.

Karena pendidikan, maka seseorang diharapkan dapat memiliki kepribadian yang berakhlak mulia sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya, memiliki kecerdasan dan keterampilan yang bermanfaat bagi diri sendiri, masyarakat, agama, bangsa dan negara, serta menumbuh kembangkan kebiasaan yang baik sesuai dengan adat dan budaya masing-masing.

Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelektual dan tubuh anak); dalam Taman Siswa tidak boleh dipisahkan bagian-bagian itu agar supaya kita memajukan kesempurnaan hidup, kehidupan, kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik, selaras dengan dunianya (Ki Hajar Dewantara, 1977:14).

Dalam bahasa Inggris, kata pendidikan disebut juga dengan Education dimana secara etimologis kata tersebut berasal dari bahasa Latin, yaitu Eductum. Kata Eductum terdiri dari dua kata, yaitu E yang artinya perkembangan dari dalam keluar, dan Duco yang artinya sedang berkembang. Sehingga secara etimologis arti pendidikan adalah proses mengembangkan kemampuan diri sendiri dan kekuatan individu.

Jadi, secara singkat pengertian pendidikan adalah suatu proses pembelajaran kepada peserta didik agar memiliki pemahaman terhadap sesuatu dan membuatnya menjadi seorang manusia yang kritis dalam berpikir, bertindak sesuai dengan agama dan norma, serta memiliki sikap peduli terhidap lingkungan dimana mereka tinggal.

Pendidikan merupakan suatu sistem yang teratur dan mengemban misi yang cukup luas yaitu segala sesuatu yang bertalian dengan perkembangan fisik, kesehatan, keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan, sosial sampai kepada masalah kepercayaan atau keimanan.

Hal ini menunjukkan bahwa sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal mempunyai suatu muatan beban yang cukup berat dalam melaksanakan misi pendidikan tersebut. Lebih-lebih kalau dikaitkan dengan pesatnya perubahan zaman dewasa ini yang sangat berpengaruh terhadap anak-anak didik dalam berpikir, bersikap dan berperilaku, khususnya terhadap mereka yang masih dalam tahap perkembangan dalam transisi mencari identitas diri.

Sejak lahir tanpa kita sadari, mestinya kita sudah menerima pendidikan dari orang tua tentang banyak hal. Tentang cara berbicara misalnya, adab atau etika, serta juga tentang pengenalan huruf-huruf dan angka-angka. Orang tua seyogyanya menjadi guru pertama bagi kita untuk bertanya hal-hal kecil hingga yang besar.

Seiring berjalannya waktu, definisi pendidikan pun meluas. Kita tidak hanya mengenal dalam lingkungan keluarga sendiri, namun mencapai lingkungan masyarakat, bahkan lingkungan negara. Pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.

Pendidikan memegang unsur penting dalam membentuk pola pikir, akhlak, dan perilaku manusia agar sesuai dengan norma-norma yang ada. Baik itu norma agama, adat, hukum dan budaya.

Hadits ini diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar radiyallahuanhuma yang artinya:  Dari Abdullah bin Umar radiyallahuanhuma, nabi bersabda: “Kalian semua adalah pemimpin, dan masing masing kalian bertanggung jawab atas orang yang dipimpinnya. Seorang Amir (raja) adalah pemimpin, seorang suami pun pemimpin atas keluarganya, dan istri juga pemimpin bagi rumah suaminya dan anak-anaknya. Kamu sekalian adalah pemimpin dan kamu sekalian akan diminta pertanggungjawabannya atas kepemimpinannya.” [HR. al-Bukhari no. 893, 5188, 5200 dan Muslim no. 1829]

Fenomena yang terjadi sampai hari ini, orang tua atau wali murid merasa kalau anak-anak mereka yang sudah di sekolahkan di sekolah Islam terpadu atau pada sekolah full day, pulang sekolah pasti sholeh dan juga beradab. Orang tua sudah kerja keras, mengeluarkan biaya mahal untuk memasukkan anaknya ke sekolah yang terbaik.

Pada sisi lain, beberapa guru juga memiliki bayangan yang sama bahwasanya mereka berharap peserta didik yang datang ke sekolah sudah sholeh dan beradab ketika berada di gerbang sekolah atau masuk ke sekolah tersebut dan siap diajarkan atau diberikan pelajaran oleh guru.

Sementara orang tua juga berharap, karena mereka sudah membayar mahal-mahal, sepulang dari sekolah anaknya sudah sholeh dan beradab ketika sampai di rumah kembali. Lalu yang mensholehkan siapa? Lalu yang memberadabkan siapa? Yang memberi pengajaran agama siapa? Ternyata tidak ada !!!

Tidak sedikit dari para guru yang mengeluh kalau siswa/ siswinya baru masuk, jilbabnya sepinggang. Nanti kelas 2, jilbabnya sedada. Kelas 3, jilbabnya seleher. Makin tinggi kelasnya, makin tinggi pula jilbabnya atau kerudungnya. Masalah nggak??! Ya masalah yang butuh dipecahkan secara bersama-sama.

Maka dari itu, peran orang tua lebih dominan dari pada peran guru di sekolah. Orang tualah yang pertama berkewajiban mengajarkan tentang kebiasaan, orang tualah yang pertama berkewajiban mengajarkan serta menjadi tauladan mengenai adab. Banyak dari orang tua yang bisanya hanya menyuruh atau memerintah tapi tidak dengan mengajak.

Suatu misal ucapan “sudah waktunya sholat, sholatlah”, akan berbeda makna yang tersirat dengan ucapan “sudah waktunya sholat, ayo kita sholat.” Pada prinsipnya, sekolah itu hanya tempat ta’lim (pengajaran). Dan pengajaran itu penting. Guru hanya bertugas untuk memoles kembali atau mengulang dengan penguatan landasan hukum terhadap apa yang pernah diajarkan oleh orang tua kepada anak di rumah.

Namun pengajaran tidak bisa dilakukan sebelum fitrah dan adab itu tumbuh dengan baik. Fitrah dan adab itu tumbuh darimana??!! Tentunya hasil dari kesabaran, uluran tangan, dan contoh sikap yang baik yang diberikan oleh orang tua kepada anak-anaknya di rumah.(*)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img