MALANG POSCO MEDIA – Menyanyi passion Meiske Jinnifer Shevanny Rarung. Belasan tahun menyanyi sebagai pekerjaan utamanya. Mulai dari jadwal reguler di Malang, hingga ke China, bernyanyi selama kurang lebih tujuh tahun dengan spesial song berbahasa Mandarin tentunya.
Tahun 2005 statusnya masih mahasiswi. Di tengah aktivitas belajarnya, dia mulai menerima job menyanyi.
“Pertama menerima tawaran nyanyi reguler (jadwal tetap) di Malang tahun 2005. Ada yang solo, juga grup (band),” ujar Meiske Rarung, begitu nama familiarnya.
Sembari kuliah, dia mendapatkan penghasilan sendiri. Hal ini tak lepas dari keluarganya, yang juga memiliki darah seni. Mamanya seorang penyanyi dan spesialis menyanyikan lagu-lagu Mandarin.
Setelah enam tahun, Meiske mencoba mencari tantangan. Dengan postur yang tinggi ideal, dia berkeinginan menjadi pramugari.
“Di awal tahun 2011 saya menerima tawaran tes pramugari Garuda-Citilink di Jakarta. Tapi ternyata ada penundaan training yang lumayan lama,” kata dia.
Dari sanalah akhirnya mulai terjerat di musik, karena tak lagi mencoba karier lain setelahnya. Dia bergabung dengan grup namanya D’Voice, menggantikan vokalis sekaligus leadernya yang resign.
“Akhirnya mulai Maret 2011 mendapatkan jadwal reguler di Sheraton Hotel Surabaya. Terus berlanjut, November di tahun yang sama mendapatkan tawaran ke China. Reguler exclusive di Sheraton Sanya Resort Yalong Bay, di Sanya-Hainan,” ceritanya.
Grupnya pun menerima tawaran tersebut. Dari tahun 2011 sampai tahun 2018. Pengalaman panjang di China, sekaligus membuatnya semakin fasih berbahasa Mandarin. Pasalnya otomatis dia harus belajar menguasai Bahasa Mandarin juga menyanyikan lagu-lagu Mandarin.
“Kalau awal belajar menyanyi Mandarin, karena mama saya juga penyanyi Mandarin. Sering dengar dan suka lagu Mandarin. Terus belajar juga dari beberapa player atau penyanyi Mandarin senior. Kemudian banyak tamu yang mendukung juga. Malahan ada yang mengajari Bahasa Mandarin serta lagu-lagu yang populer,” jelas alumnus STIKI Malang tersebut.
Dia mengakui betah di China. Dari awal hingga pulang ke Indonesia, respon bagus diterima oleh tamu juga staf tempat dia menyanyi.
“Di sana mereka suka penampilan kami dan sangat menyukai keramahan orang Indonesia. Itu yang buat sangat betah. Sampai tujuh tahun. Seperti gak sendirian meski di negeri orang lain,” tambah dia.
Tapi, tentu saja dia tetap merindukan Indonesia. Terutama berkumpul dengan keluarganya. “Saya termasuk tipikal suka berkumpul dengan keluarga. Jadi pas ada tawaran dari Jakarta di tahun 2018, kami resign dan pulang ke Indonesia,” tandas perempuan berdarah Manado ini.
Namun, sepulang dari China, Meiske tak lama tanpa job nyanyi. Sebab, hanya satu bulan dia menikmati waktu bersama keluarga.
“Sebulan balik ke Jakarta, sudah nyanyi di sana,” katanya.
Sementara itu, pandemi Covid-19 membuat Meiske akhirnya pulang ke Malang. Setelah hampir dua tahun di ibu kota, pandemi membuat outlet-outlet besar yang kerap memanggil grupnya bernyanyi, tak lagi melanjutkan kontrak.
Sembari menunggu, dia menerima tawaran menyanyi namun sangat selektif. Apalagi, selain pandemi yang membuat minim event, Malang tentu berbeda dengan Jakarta. Event Mandarin sangat sedikit.
“Jadi hanya wedding dan beberapa private event saja yang saya terima di wilayah Malang, Batu, Surabaya dan Jakarta,” sebutnya.
Saat kembali ke Malang, dia banyak bersama keluarga, sembari mengikuti pelayanan di gereja. “Kalau Malang memang tidak dominan event-event Mandarin,” tambah dia.
Kini menjelang Imlek, Meiske mengakui sudah mendapatkan tawaran menyanyi di sejumlah tempat. Dia sudah mengatur jadwal yang akan diterimanya. “Imlek ini ada tawaran menyanyi di Surabaya, Jakarta dan Balikpapan,” pungkasnya. (ley/van)