MALANG POSCO MEDIA, MALANG- Angka kesembuhan pasien penyakit Tuberkolosis atau TBC di Kota Malang masih di angka 76 persen. Idealnya, Kemenkes RI menetapkan angka kesembuhan TBC harus sudah di angka 80 persen. Artinya Kota Malang masih belum bisa mengentaskan masalah TBC sebesar 4 persen. Hal ini menjadi pekerjaan rumah yang perlu ditangani serius.
Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kota Malang dr Husnul Muarif menyebutkan situasi TBC di Kota Malang Tahun 2022 cukup menjadi pekerjaan. Tercatat Ada 19.157 orang terdeteksi sebagai suspect kasus TBC. Hingga saat ini pun ada 1.970 orang yang tengah diobati. Diantara jumlah kasus yang diobati, ada 248 diantaranya dialami anak-anak.
“Suspect ini adalah mereka yang terdeteksi mengalami gejala TBC. Seperti batuknya lebih dari 10 hari, lalu suara batuk nya khas. Kemudian di deteksi dan dilakukan pemeriksaan cepat. Ini penting karena sebenarnya TB sendiri lebih cepat menular. Sama seperti covid-19,” tegas Husnul dalam Focus Group Discussion (FGD) Upaya Kolaborasi dan Pernyataan Bersama Penanggulangan Tuberkolosis di Kota Malang siang tadi di Hotel Savana.
Dalam kegiatan yang diinisiasi Sub-Sub Recipent (SSR) Yayasan Bhanu Yasa Sejahtera Komunitas Peduli TBC Kota Malang ini, Husnul menegaskan pentingnya pendeteksian dini kasus TBC. Karena juga muncul kasus TB yang resisten akan obat/pengobatan biasa.
Dikatakan Husnul, tingkat pendeteksian kasus TBC di Kota Malang pun masih dibawah 60 persen. Ia mengakui pemda sendiri tidak bisa melakukan deteksi sendirian. Butuh kader-kader dan bantuan lebih banyak kelompok lainnya di tengah masyarakat.
Sementara itu Kepala SSR YABHYSA Peduli TBC Kota Malang Dra Ruly Narulita M.AP memandang komitmen untuk mendukung pemerintah menekan angka kasus TBC menjadi keharusan. “Pemda perlu memprioritaskan TBC sebagai salah satu jenis pelayanan dasar. Untuk itulah kolaborasi dan penguatan koordinasi dengan komunitas peduli TBC juga butuh dikuatkan,” tutur Ruly.
Ia menambahkan salah satu kendala deteksi rendah, adalah minimnya fasilitas dan lemahnya semangat untuk mengkonsumsi obat oleh pengidap. SSR YABHYSA memiliki kader aktif sebanyak 45 orang tersebar di 5 kecamatan.
“Kami siap berkoordinasi dan bantu. Karena memang sudah terbiasa melacak pasien yang mangkir dari pengobatan baik di awal diagnosa maupun dalam proses pengobatan. Dan mengupayakan penemuan kasus tuberkulosis secara aktif dengan metode investigasi kontak dan penyuluhan,” pungkasnya. (ica/udi)