.
Friday, November 22, 2024

Pena de Portugal

Zirco, Bocah Indonesia Unggul di Kelas Anak-Anak Eropa

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Malang Posco Media – Bocah Indonesia mampu bersaing di kancah international. Tidak hanya siswa lokal Portugis, namun dari Ukraina, Rusia, Latvia, Dubai, Lithuania, dll. Teman sesama orang tua yang sudah dikenal pun juga memberikan selamat kepada kami.

Awal tahun yang penuh dengan harapan baru. Mulai melakukan habit baru karena memiliki resolusi di tahun 2023. Mulai semangat bekerja lebih keras karena ada tujuan yang dicapai. Ingin belajar lebih giat karena umumnya semester kedua tahun ajaran lebih dalam lagi materinya.

Efek liburan panjang masih menempel. Kenangan staycation, berkumpul dengan keluarga kecil atau besar rasanya ingin diulang. Liburan Natal dan Tahun Baru yang serasa seperti libur Lebaran. Ibarat seperti perlombaan. Tahun 2023 baru saja ditiup peluit tanda start, petulangan 12 bulan ke depan siap dinikmati.

Kegiatan sekolah sudah kembali normal pada minggu pertama Januari. Rutinitas antar jemput, perbekalan makan siang, berangkat ke kantor, meeting seharian di rumah, sudah kembali aktif lagi. Karena pentas akhir tahun merayakan Natal bulan kemarin sempat tertunda (karena bad weather di Lisbon) maka pentas digeser ke awal tahun tapi tetap memakai kostum baju natal.

Uniknya pentas sekolah ini tidak wajib. Di kelas Zirco ada tiga anak yang tidak bersedia ikut pentas. Sehingga mereka tidak membeli kostum. Faisal, Malak dan Almaha yang berasal dari Arab dan Dubai. Pihak sekolah pun tidak memaksa atau memanggil orang tua.

Meskipun tidak merayakan Natal, bagi kami kegiatan kelas seperti ini merupakan salah satu aktivitas siswa. Siswa belajar percaya diri   tampil di atas panggung. Menari dengan menggunakan kostum. Dan tercengang sekali Zirco merupakan siswa yang paling semangat menari. Hafal seluruh gerakan sesuai lantunan lagu. Meskipun raut mukanya serius tanpa senyum. Sepertinya berpikir keras untuk mengingat gerakan yang sudah diajarkan gurunya. Padahal kalau di rumah disuruh dancing tidak mau. Katanya ingin buat surprise papi maminya saat di sekolah saja.

Tidak hanya melihat performa seluruh kelas. Ternyata ada pengumuman untuk penghargaan siswa terbaik. Awalnya mengira siswa terbaik dalam seluruh grade. Melainkan siswa terbaik di masing-masing kelas. Zirco yang berusia 6 tahun ada di Year 2 Primary. Berdasarkan kurikulum Cambridge, Zirco menduduki kelas 2 SD. Namun kalau di sekolah publik Portugal harusnya Zirco masih di kelas 1 SD. Sedangkan kalau di Indonesia, masih ada di bangku TK B. Beda kurikulum yah begini nih moms. Hehe.

Jujur saat mendengar pengumuman itu, dalam hati saya langsung ambis. “Sepertinya Zirco dapat nih, nilai raportnya bagus, feedback dari gurunya juga baik”. Tapi tersadar seketika, “hingga detik ini bersyukur sekali melihat perkembangan positif dari Zirco. Tidak rewel berangkat ke sekolah, dapat mengikuti pelajaran dengan full english, punya teman dekat, enjoy di sekolah hingga tidak mau pulang”.

Itu sudah buat hati kedua orang tuanya tenang. Yang masih ingat perjalanan Zirco saat sekolah di Swiss menggunakan Bahasa Perancis pasti paham betul bagaimana stressnya kami selaku orang tua dan juga Zirco sendiri.

Tibalah saat disebutkan siswa di Year 2. Suasana aula sekolah benar-benar hening saat itu. Tidak ada suara bisik-bisik orang tua ataupun anak kecil menangis. Orang terpenting nomor satu di sekolah menyebutkan nama “Zirco Okfarizi” dengan pelafalan yang agak susah. Karena bagi orang sini huruf Z bertemu R tidak wajar. Sampai menyebut namanya tiga kali. Langsung saya berteriak dan memecahkan keheningan kala itu. Histeris dan bilang ke suami “Pi, pi, Zirco yang dapat Pi, namanya dipanggil Pi. Zirco jadi siswa terbaik Pi.”  Rasanya air mata hampir menetes, mata sudah berkaca-kaca karena sungguh terharu tidak menyangka.

Zirco naik ke atas panggung agak lama, mungkin dia bingung kenapa kok dipanggil. Saat pemberian sertifikat pun juga tidak paham itu apa. Bahkan saat difoto sertifikatnya terbalik dan tidak ada senyum. Masya Allah, polos sekali anak ku ini. Sementara kedua orang tuanya detak jantung mulai cepat ritmenya karena begitu antusias. You did it Zirco. Proud of you!! Bocah Indonesia mampu bersaing di kancah international. Tidak hanya siswa lokal Portugis, namun dari Ukraina, Rusia, Latvia, Dubai, Lithuania, dll. Teman sesama orang tua yang sudah dikenal pun juga memberikan selamat kepada kami.

Detail pembelajaran di sekolah kami tidak paham betul. Tidak ada buku yang rutin dibawa pulang. PR juga mulai sesekali saja. Maksimal seminggu tiga kali  ada PR. Dan PR nya cukup simple, rata-rata bisa dihandle Zirco sendiri. Tidak ada agenda mingguan detail yang menerangkan si anak akan belajar apa dan di buku halaman berapa. Serasa murid sudah mandiri belajar di sekolah, pulang kerumah cukup istirahat.  Kami hanya mendengar dari Zirco. “Hari ini buat ini, hari ini belajar ini, hari ini bermain ini”. Cenderung jawabannya belajar sambil bermain. Dengan santai menyenangkan.

 Namun ada hal yang mengagetkan juga. Di umur 6 tahun sudah belajar matematika hingga penjumlahan ratusan. Saya tanya Zirco apakah bisa, katanya sudah bisa. “Math is fun mami,” celetuk Zirco. Zirco tidak pernah les calistung (baca tulis hitung). Hingga saat ini dia hanya les mengaji dan english secara online. Karena tidak ada pelajaran agama, Zirco harus mengaji rutin setiap minggunya. Sedangkan Bahasa Inggris, dia terlanjur suka dengan gurunya dan ingin lanjut terus sampai menyelesaikan kurikulumnya. Les english ini diambil sebelum dia masuk sekolah international untuk support dalam beradaptasi. Sudah disarankan stop les english tapi belum mau. Ya sudah lah mengikuti kemauan anak saja selama enjoy.

Di sekolah tersedia ekstrakurikuler juga. Setiap hari Kamis dan Jumat sore. Jadi pelajaran sekolahnya lebih sedikit daripada hari Senin-Rabu. Lagi-lagi ekstrakurikuler ini juga tidak wajib. Boleh ambil boleh tidak. Ada yang free dan berbayar. Jelas kami mengarahkan Zirco memilih pilihan yang free saja. Hehe. Hari Kamis dipilih kelas Art and Craft. Hari Jumat dipilih Cooking, sebelumnya Swimming. Namun karena musim semakin dingin sementara ditiadakan karena tidak ada fasilitas air panas.

Baru-baru ini ada tawaran dibuka ekstrakurikuler Bahasa Portugis. Zirco langsung antusias ingin mengikuti. Saya kira ambil sekali saja seminggu, nyatanya dia ingin ambil dua kali. “Zirco tidak ingin kelas Art atau Cooking lagi? Bisa ambil satu kali saja les portugisnya”, tanyaku waktu di sekolah. Ternyata Zirco mantep menjawab dua kali  di depan guru kelasnya. Di mobil perjalanan pulang dia berkata, “Aku ingin cepat bisa belajar Bahasa Portugis, boleh kan mami papi?”  tanyanya. Jelas kami jawab tentu saja boleh. Sebagai orang tua, kami wajib mengenalkan mengarahkan, namun keputusan sudah ada di tangan anak. Sedari kecil anak berhak mengambil keputusannya sendiri. Seperti hal simple ingin beli mainan apa, memilih baju, mau makan apa, dan kegiatan apa yang dia suka. Harapannya saat dewasa, anak memiliki pendirian yang kuat, mandiri dan mampu mengambil keputusan untuk menjalankan kehidupannya sendiri.

Di lain sisi, ada kabar gembira juga dari Papi Fariz. Awal mula kerjaan Papi Fariz menghandle area Afrika yaitu Malawi dan Mozambique. Dimana suatu saat bisa saja terbang dinas ke sana untuk menyelesaikan suatu proyek. Ternyata baru-baru ini area proyek kembali ke area global tidak lagi pegang Afrika. Salah satu rezeki bahwa tidak ada lagi kekhawatiran tiba-tiba ditinggal dinas ke Afrika. Hehehehe. Bagi bunda yang sering ditinggal dinas suami pasti paham betul ya. Ditinggal sehari serasa ditinggal seminggu karena harus berjuang sendiri bersama anak-anak. Pasangan muda yang masih berjuang LDR semangat yaa. Semoga di waktu yang tepat nanti segera bisa berkumpul dengan keluarga kecilnya.

Penantian ucapan kata demi kata juga mulai terdengar dari Zygmund, anak kedua kami. Awal tahun ini saat umur 2 tahun 4 bulan mulai terdengar jelas kata, “Mami, minum, bobok, kakak, jus, susu, jeruk, dll”. Zygmund mengajarkan kami menjadi orang tua yang lebih sabar. Sabar menanti perkembangan positifnya satu demi satu. Punya dua anak yang berbeda, punya kelebihan masing-masing. Tidak sadar selalu membandingkan mereka. Padahal di ilmu parenting hal itu tidak dianjurkan. Lebih menikmati segala prosesnya dan bersyukur. Semakin besar rasa syukur, semakin besar pula rasa kecukupan dan bahagia kita. Satu hal yang terus membuat kita berproses dan belajar. Yaitu menjadi orang tua. Belajar tidak pernah ada habisnya. Apalagi zaman terus berubah. Pembelajaran kita sekarang belum tentu cocok di masa depan seiring DoubleZ bertambah besar. (opp/van)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img