.
Thursday, December 12, 2024

Momen Kebangkitan Kembali Kayutangan

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Penataan Kayutangan dinilai memunculkan banyak hal positif kepada masyarakat. Tidak hanya bagi masyarakat sekitar, namun juga masyarakat Kota Malang secara umum.

Hal itu seperti dikatakan oleh Sosiolog UMM Dr. Wahyudi Winarjo kepada Malang Posco Media, Minggu (29/1) kemarin. Ada beberapa dampak positif dari penataan Kayutangan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Malang. Yakni yang pertama adalah mengangkat atau mendongkrak kembali citra Kayutangan sebagai bagian dari destinasi wisata Kota Malang. Kemudian dapat menjadi pusat perekonomian dan atau perdagangan.

“Lalu ketiga, menjadi arena atau tempat perform seni dan budaya bagi para seniman dan budayawan. Kemudian juga bisa membangkitkan kepercayaan publik, bahwa Malang itu memiliki modal (social capital, cultural capital, heritage capital) untuk bisa menjadi kota besar,” ujar Wahyudi

Oleh karenanya, dalam penataan kawasan wisata Kayutangan yang terus berjalan ini, Wahyudi juga meminta kepada pemerintah untuk tetap memberi ruang bagi masyarakat Kayutangan menjadi bagian kebangkitan Kayutangan. Wahyudi menegaskan, masyarakat tidak boleh tersingkir dari dinamika ekonomi dan politik (kebijakan publik) yang mengiringi pertumbuhan Kayutangan.

“Untuk itu, pembangunan infrastruktur struktur tidak boleh hanya di front stage Kayutangan saja, tapi juga back stage Kayutangan yang notabene tempat tinggal masyarakat Kayutangan itu sendiri,” sarannya.

“Meskipun infrastruktur itu penting, namun suprastruktur (alam pemikiran) orang orangnya juga tetap harus dibangun. Perlu dikembangkan konstruksi pemikiran rakyat yang pro kemajuan dengan tanpa meninggalkan jati diri Arema,” sambung Wahyudi.

Termasuk juga untuk rencana penataan lalu lintas di kawasan tersebut. Wahyudi berharap pemerintah juga melakukan penelitian yang obyektif dan independen.

“Dalam sosiologi ada namanya aksioma; jika suatu pembangunan itu mengganggu mekanisme atau pola tata kehidupan yang sudah lama eksis, dimana pola tersebut telah diyakini sebagai sesuatu yang fungsional bagi mereka, maka pembangunan tersebut pasti akan mendapatkan resistensi dari rakyat tersebut,” jelasnya.

Sementara bagi Budayawan sekaligus Sejarawan Kota Malang Dwi Cahyono menilai Kayutangan saat ini memasuki fase kebangkitan. Bila menilik sejarah, koridor Kayutangan memang mengalami fase ‘up and down’ atau naik turun.

Ia membeberkan, di era 1800-an koridor Kayutangan memang telah dirancang sebagai perkampungan bergaya Eropa. Saat itu justru dikenal sebagai koridor Taloon, yang merupakan kelanjutan dari koridor Celaket. Koridor itu kemudian menguat di 1800 akhir karena ada pertumbuhan perekonomian.

“Ini lebih elit, berbeda dengan di Pecinan.  Pengusaha di koridor banyak pengusaha di luar Indonesia. Kawasan ini memang berkelas, koridor ekonomi yang berkelas. Kalau disebut ada aspek rekreatifnya ya iya. Banyak toko perusahaan menjual teknologi maju di jamannya, ada kuliner, ada hotel kecil, sehingga apakah di tahun,” cerita Dwi.

Kondisi itu terus naik atau berkembang hingga pada zaman penjajahan Jepang dan kemerdekaan mengalami masa surut. Setelahnya pada sekitar 1950an hingga 1900 kembali mengali kenaikan dengan terbukti adanya pembangunan pertokoan dan bahkan ada jalur trem.

“Memasuki 1990 surut lagi jadi tempat poros ekonomi. Banyak toko tutup karena muncul poros ekonomi baru di sekitar pasar Basar. Pusat keramaian bergeser, tidak segairah sebelumnya. Jadi istilahnya sempat memiliki degradasi ekonomi. Kayutangan itu kemudian naik lagi setelah revitalisasi. Sekarang menjadi sentra keramaian, sentra ekonomi dan pariwisata,” ujar Dwi. (ian/aim/hms)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img