MALANG POSCO MEDIA – Kapan anda terakhir pergi ke Pasar Besar Malang alias PBM? Atau kapan anda terakhir pergi ke Pasar Dinoyo, Blimbing, Landungsari, atau pasar terdekat di rumah anda? Dua tahun lalu, tiga tahun lalu, atau lima tahun lalu. Atau bahkan lebih sepuluh tahun lalu anda terakhir ke pasar.
Mungkin sudah banyak yang lupa. Wajar kalau kenangan kapan belanja ke pasar itu susah untuk diingat. Perkembangan zaman dan pesatnya teknologi membuat era disrupsi di segala bidang. Termasuk pola belanja kebutuhan. Salah satunya di pasar-pasar tradisional. Termasuk di Pasar Kebanggaan Kota Malang, Pasar Besar Malang.
Dulu, sebelum zaman era aplikasi merajalela seperti saat ini, belanja kebutuhan apapun ya harus ke pasar. Bisa ke Pasar Dinoyo, Pasar Blimbing, Pasar Kebalen, Pasar Besar Malang, Pasar Sukun untuk warga Kota Malang. Untuk wilayah Kabupaten Malang ke Pasar Landungsari, Pujon, Pasar Lawang, Pasar Kepanjen, dan pasar pasar lain di wilayah kecamatan masing-masing. Sementara di Kota Batu, bisa ke pasar Besar Kota Batu.
Namanya pasar, sudah pasti terbayang bagaimana kondisi riil di dalamnya. Apalagi kalau saat musim hujan. Kotor, becek dan penuh lumpur sudah menjadi hal biasa. Termasuk bau segala jenis bahan, baik yang menyengat maupun yang enak dihirup. Semua itu menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan kehidupan pasar yang unik dan menarik.
Tawar menawar harga masih bisa dilakukan meski pembeli dan pedagang harus saling mengerti perasaan masing-masing. Menawar kadang tak hanya sekali, bahkan bisa lebih dari tiga kali baru deal. Tapi semua transaksi berlangsung gayeng, dan penuh suasana yang akrab dan khas, pasar tradisional. Tawar menawar, harga pas, lalu bungkus.
Pedagang dan pembeli juga saling kenal. Sudah menjadi pelanggan tetap sehingga tak perlu lagi menawar. Pembeli datang pedagang sudah langsung menyiapkan segala kebutuhan yang dibeli. Itu karena pembeli tinggal menyodorkan daftar belanjaan. Setelah semua siap, tinggal dihitung lalu dibayar. Transaksi selesai. Berganti ke pembeli lain, begitu seterusnya.
Hadirnya toko modern dengan beragam keunggulan dan promonya, pelan tapi pasti menggerus minat masyarakat pergi ke pasar tradisional. Masyarakat menjadi cenderung malas dan manja. Mereka lebih memilih suasana yang nyaman, bersih dan swalayan. Memilih sendiri tanpa harus tawar menawar meski harganya jauh lebih mahal.
Semua transaksi menjadi satu arah. Pembeli dan penjual tidak saling kenal. Yang diketahui hanya daftar harga, dan struk belanja di akhir transaksi. Ditambah satu lagi iming iming diskon. Anehnya masyarakat mayoritas lebih menyukai transaksi era modern ini dibanding datang kembali ke pasar tradisional.
Kini dengan perkembangan zaman, pasar tradisional pun berubah. Langkah Wali Kota Malang Sutiaji, patut diapresiasi. Betapa tidak, keinginan Sutiaji merevitalisasi Pasar Besar Malang (PBM) sangat kuat. Meski pro kontra terjadi, tapi Sutiaji menunjukkan iktikad baik hingga sukses memutus kerjasama dengan pengelola Matahari Departemen Store dengan happy ending.
Ya, Sutiaji ingin Pasar Besar Malang yang menjadi ikon Kota Malang hidup dan besar kembali. Sebagai pusat perputaran dan laju pertumbuhan ekonomi di Kota Malang. Tapi dengan konsep yang beda. Pasar yang semi modern tapi tetapi tetap merakyat. Pasar yang sehat dan berstandar SNI (standar Nasional Indonesia).
Seperti yang sudah terbukti untuk dua pasar di Kota Malang. Yaitu Pasar Oro-Oro Dowo dan Pasar Kasin. Kedua pasar ini sudah berpredikat sebagai sebagai pasar sehat. Pasar Oro-Oro Dowo mendapatkan status Pasar SNI oleh Kementerian Perdagangan RI pada 2017 lalu. Sedangkan Pasar Kasin berpredikat Pasar SNI tahun 2022.
Sebagai pasar rakyat percontohan di Kota Malang, Pasar Oro-Oro Dowo memiliki berbagai fasilitas modern. Seperti transaksi menggunakan sistem non-tunai, tersedianya trolley belanja hingga sistem zonasi lapak. Fasilitas lain yang membuat nyaman pengunjung adalah disediakannya ruang difabel, ruang laktasi, musala, klinik medis dan lainnya.
Kepala Diskopindag Kota Malang Eko Sri Yuliadi menyampaikan semua pasar rakyat di Kota Malang akan dikonsep sama seperti Pasar Oro-oro dowo. ‘’Meninggalkan kesan pasar rakyat itu kumuh dan sebagainya. Orang jadi suka belanja ke pasar rakyat yang bersih, aman dan nyaman,” jelas Eko.
Tak hanya itu, Pemkot Malang juga melengkapi dengan program Sekolah Pasar Pedagang Cerdas (Sepasar Pedas). Program Sepasar Pedas yang diinisiasi oleh Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan (Kopindag) Kota Malang telah sukses meraih prestasi. Pada 2020 lalu, inovasi Sepasar Pasar meraih penghargaan Top 45 Inovasi Pelayanan Publik dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPANRB) RI. Sepasar Pedas merupakan cara Pemda menjadikan mutu atau kelas pasar rakyat meningkat.
Esensi dasar dari revitalisasi Pasar Besar Malang dan pasar-pasar lainnya di Kota Malang, menurut Sutiaji adalah agar pembeli nyaman. “Yang jelas harus bersih ya. Terus nanti orang datang ke pasar itu kan senang, nyaman dan sistemnya nanti zonasi,” tegas Wali Kota Malang Sutiaji.
Kalau semua pasar bersih, nyaman dan sehat, maka tinggal menggerakkan masyarakat untuk kembali berbelanja ke pasar sehat. Langka yang dilakukan Pemkot Malang ini pun bisa menjadi inspirasi bagi pasar pasar lain di wilayah Malang Raya. Mantan Wali Kota Batu Dewanti Rumpoko sudah menyiapkan Pasar Besar Batu juga lebih nyaman dan bersih.
Kita semua merindukan suasana pasar yang kembali bergairah. Merasakan pasar sebagai pusat berkumpulnya banyak orang untuk bertransaksi. Dengan standar SNI, maka diharapkan masyarakat akan berbelanja dengan nyaman. Dan yang pasti harganya lebih terjangkau dibanding membeli di toko modern.
Dan yang paling mahal dan harus dikembalikan adalah roh jual beli yaitu adanya tawar menawar dalam transaksi. Ekonomi memang harus tumbuh. Tapi prinsip ekonomi juga harus saling menguntungkan antara pembeli dan pedagang. Sehingga pertumbuhan ekonomi berjalan seimbang. Pedagang tak memonopoli harga, sementara pembeli juga punya hak mendapatkan harga lebih murah dengan kualitas barang yang baik.
Sebentar lagi Ramadan. Kita semua merindukan suasana pasar. Kita merindukan suasana prepekan, menjelang Ramadan, selama Ramadan dan terutama menjelang lebaran. Kalau semua pasar sehat, maka semakin banyak masyarakat makin ketagihan berbelanja dengan suka cita. Belanja nyaman di pasar sehat, semangat Ramadan menjadi kuat berlipat lipat.(*)