Pelaksanaan Muktamar Muhammadiyah telah selesai dilangsungkan, dan menghadirkan Ketua Umum Prof. Haedar Natsir, serta Sekretaris Umum Prof. Abdul Mukti untuk periode 2022-2027. Muktamar diikuti dengan Musywil di tingkat wilayah dan Musyda di tingkat Kabupaten Kota dari Sabang sampai Merauke.
Ahad, 12 Februari 2023 akan dilaksanakan Musyawarah Daerah (Musyda) Muhammadiyah dan Aisiyah di Kabupaten Malang. Merujuk pada perhelatan di tingkat atasnya, pelaksanaan Musyawarah Daerah diharapkan dapat berlangsung dengan sejuk dan damai dalam pemilihan dan menghasilkan regenerasi pimpinan Muhammadiyah.
Salah satu tokoh nasional, Dahlan Iskan menyatakan terkait kegiatan Muktamar Muhammadiyah, mungkinkah sistem yang dilakukan oleh Muhamamdiyah dapat diadopsi untuk pilpres tingkat negara Indonesia. Pilpres yang beberapa kali ini selalu berdarah darah, terlalu mahal, terlalu memecah belah masyarakat.(Disway.id, Senin (21/11).
Memang pemilihan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2022-2027 sangat simpel dan damai. Tidak terjadi perseteruan, tidak menimbulkan kelompok penentang dan pendukung serta yang lebih menyenangkan adalah menghadirkan kegembiraan warga persyarikatan yang datang dari seluruh penjuru Indonesia dan sebagian utusan dari negara yang memiliki Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM).
Salah satu memori dalam pikiran pak Dahlan Iskan tentang muktamar ini adalah mengapa di Muhammadiyah ada 13 pimpinan dan dapat ditambah sesuai kebutuhan, semua calon pimpinan sudah dikader dalam kepemimpinan di bawahnya, Wilayah, Daerah, Cabang, bahkan Ranting. Pemimpin di Muhammadiyah tidak berbicara keuntungan finansial, tetapi tetap harus tertib administrasi dan tertib organisasi.
Jawa Timur dan Barometer Muhammadiyah
Musyawarah Wilayah (Musywil) Muhammadiyah Jawa Timur telah dilaksanakan di akhir bulan Desember 2022. Musywil yang dilaksanakan di Ponorogo tersebut telah menghadirkan Dr. dr. Sukadiono sebagai ketua dan 12 anggota Biyanto, Hidayatulloh, Syamsudin, Moh Sulton Amien, Tamhid Masyhudi, M. Sasmito Djati, M Sholihin, Muh. Khoiru Abduh, Hidayataurrahman, NazaruddinMalik, Thohir Luth dan Zainul Muslimin. Terdapat anggota baru dalam struktur pimpinan, artinya ada regenerasi yang dilaksanakan oleh pimpinan Muhammadiyah.(www.republika.co.id/ ).
Pemilihan pimpinan Muhammadiyah Jawa timur seakan menjadi tema utama, mengingat Jawa Timur merupakan salah satu daerah dengan perkembangan Muhammadiyah yang relatif pesat dan cepat. Salah satu yang menyampaikan adalah KH Saad Ibrahim, selaku Ketua PWM Jatim periode 2015-2020.
Dalam sebuah kesempatan, K.H Saad Ibrahim mengingatkan bahwa PWM Jatim adalah salah satu barometer Muhammadiyah di Indonesia, meskipun D.I.Y sebagai ibukota, DKI Jakarta Kantor Perwakilan Pusat. Oleh karena itu sudah selayaknya mulai meninggalkan ego sektoral (Jawa Timur) dalam setiap program-program kerjanya dan mulai berpikir dan berkontribusi bagi kemaslahatan umat yang lebih luas. https://sangpencerah.id/01/2016)
Musyda Muhammadiyah Kabupaten Malang
Seperti tingkat Wilayah Jawa Timur, Muhammadiyah di tingkat daerah juga tidak luput dari pantauan publik, terlebih kader-kader Muhammadiyah. Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Malang akan melaksanakan Musyawarah Daerah (Musyda) pada, Minggu, 12 Februari 2023.
Karena Malang menjadi ikon Muhammadiyah sebagai sebuah gerakan yang banyak melahirkan tokoh- tokoh nasional. Sebut saja Prof. Dr. Muhadjir Effendy, Prof. Dr. Abdul Malik Fadjar, beliau berdua adalah mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang.
Sebagai kader muda kita harus banyak mengambil pelajaran dari proses muktamar Muhammadiyah di Solo, dan pelaksanaan Musywil di Ponorogo. Apalagi sempat disinggung terkait kolaborasi kepemimpinan muda sebagai darah segar penuh semangat, mungkin akan menggeser nama nama yang sudah sering muncul, dan sudah menjadi generasi senior.
Sikap Sebagai Kader Muhammadiyah
Setidaknya ada empat hal yang menurut penulis dapat dijadikan pelajaran dari pelaksanaan Muktamar Muhammadiyah ke 48 di Surakarta tahun 2022, dan musywil di Ponorogo. Pertama, belajar menjadi kader yang baik. Artinya kita sebagai kader harus mampu memberikan dan menjadi tauladan dalam hidup berorganisasi agar tetap damai dan tenteram.
Kedua, kita sebagai kader harus selalu siap, jika mungkin suatu saat akan dipilih menjadi pimpinan atau tidak dipilih. Hal ini bertujuan agar kita siap untuk selalu tunduk dan patuh, taat, tertib pada aturan organisasi. Ketiga, menerima setiap kebijakan yang telah diputuskan oleh pimpinan yang sudah dipilih oleh muktamirin yang notabene adalah perwakilan kita, meskipun beliau-beliau yang dipilih tidak semua adalah pilhan kita.
Keempat, menjadi kader penyampai kabar untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang hasil yang sudah disepakati dalam Muktamar ke 48 di Solo, Musywil Muhammadiyah Jawa Timur ke 16 di Ponorogo.
Apabila empat pelajaran tersebut dapat kita ambil pelajaran, maka insyaAllah setiap ada proses regenerasi, peralihan atau pergantian pimpinan di semua sendi kehidupan tidak akan terjadi kesalahpahaman, permusuhan, fitnah, adu domba atau perebutan kekuasaan dengan cara tidak terpuji, perebutan pimpinan yang tidak baik.
Melainkan akan terjadi proses pemilihan yang sehat, damai, meriah, menggembirakan dan mengalir secara sadar bahwa kepemimpinan adalah bukan segala-galanya. Jabatan adalah bukan satu-satunya sarana untuk berbuat baik dan berlaku baik. Tetapi salah satu sarana kita untuk memunculkan ide, gagasan, yang dapat ditawarkan kepada masyarakat untuk kemaslahatan.
Harapan penulis, secara khusus semoga pelaksanaan Musyawarah Daerah Kabupaten Malang, Ahad 12 Februari 2023 dapat berjalan dengan lancar seperti Muktamar ke 48 di Solo dan Musywil Muhammadiyah Jatim. Menghadirkan Pimpinan yang amanah untuk ummat, serta dapat dicontoh dalam pelaksanaan di tingkat bawah, misalnya, Musycab, Musyran.
Semoga pula dapat dijadikan rujukan dan pedoman untuk semua organisasi otonom yang ada di Muhammadiyah. Seperti Aisiyah, Pemuda Muhammadiyah, Nasiyatul Aisiyah (NA), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), Tapak Suci Putera Muhammadiyah (TS), Kepanduan Hizbul Wathon (HW) di semua tingkatan.
Harapan secara umum, semoga proses musyawara Muhammadiyah di semua tingkat menjadi pelajaran untuk kader dan masyarakat yang mampu secara damai bergantian dalam menjadi pimpinan.(*)