Di tengah kesibukan, saya ikut tanding padel. Selain harus melawan dingin, juga beradaptasi dengan olahraga ini. Latihan dulu. Hasilnya ternyata tak mengecewakan. Yuuk ikut ceritanya.
=======
Main bulu tangkis di lapangan indoor, sudah biasa. Main tenis di lapangan outdoor juga sudah biasa. Kalau panas tinggal pakai topi atau di dalam gedung dilengkapi pendingin atau AC.
Berbeda lagi dengan bule pesepak bola yang biasa tinggal di musim dingin, tanding di Asia yang suhunya cenderung lebih hangat. Jelas langsung kesumukan, penuh keringat.
Naaah kalau orang Indonesia yang berlaga di Eropa dengan musim dingin gimana jadinya??? Sudah saya rasakan, bertanding padel di tengah musim dingin. Lapangan indoor pun tidak kuat menahan dinginnya. Itu karena suhu belasan derajat celcius.
Padel adalah olahraga yang menggunakan raket dan bola. Hampir sama dengan tenis lapangan. Namun ukuran lapangan padel lebih kecil. Lapangan padel berukuran panjang 20 meter dan lebar 10 meter. Uniknya ada sebuah kaca setinggi empat meter di bagian belakang dan tiga meter di bagian samping. Seluruh keliling lapangan terdapat dinding kaca. Kaca tersebut kuat sekali untuk bisa menahan pukulan bola yang memantul. Hampir sama seperti olahraga squash yang menggunakan kaca serupa. Sedangkan ukuran lapangan tenis sesuai standar internasional, panjang 23,77 meter dan lebar 10,97 meter.
Bentuk raket tenis dan padel juga hampir sama. Tetapi beda bahannya. Raket tenis terbuat dari titanium atau aluminium yang ada senar-senarnya. Mirip seperti raket badminton yang bersenar. Raket padel terbuat dari carbon fiber. Tanpa senar. Ada lubang-lubang berukuran 1,3 milimeter. So far berat raket padel lebih ringan.
Karena saya mengikuti pertandingan padel, suami saya Papi Fariz
langsung membelikan raket baru seharga 35 Euro. 1 Euro setara Rp 16.600. Lumayan pas ada diskon. Yang harga 100-an Euro pun juga ada.
Berawal dari iseng membalas DM di Instagram teman. Sebut saja Athifah. Dia bekerja di salah satu perusahaan bernama Teleperformance. Kira-kira Teleperformance ini mau membuat acara anggap saja tujuh belasan. Karena cuma setahun sekali. Athifah mencari partner badminton/tenis/padel untuk acara kantor di area Lisbon. Saya kontak membalas. “Aku bisa nih mbak main badminton, tapi sudah lama sekali zaman sekolah dulu,” kata saya.
Langsung direspons positif. “Yuk mbak main bareng aku,” jawab Athifah. Singkat cerita woke lah cus latihan bersama.
Kaget bukan main ternyata ini bukan badminton. Lapangannya seperti tenis. Pernah dulu waktu di bangku kuliah ambil les private tenis selama satu tahun. Tapi itu sudah 11 tahun yang lalu. Dan waktu dulu pun masih pupuk bawang. Hahaha. Akhirnya dengan sabar Athifah mengajari bagaimana cara mainnya. Goalnya pokok sewaktu servis bola harus melewati net. Ini basic rule yang dulu teman seangkatan saat kuliah mengajari cara main voli. Gak bisa blas main voli, tapi selalu ikut jadi pemain saat kuliah. Meskipun jadi cadangan. Wkwkwkwk. Akibat badan yang besar karena dulunya mantan atlet renang jadi setiap apapun olahraga selalu ikut kecemplung. Bahkan tenis meja dan tarik tambang. Oooh masa – masa kuliah sudah belasan tahun silam.
Hari tanding pun tiba. Jadwal tanding tiga kali dengan lawan yang berbeda-beda. Pemenang berdasarkan poin. Aturan hitungan poin sama seperti tenis. 0 15 30 40 game. satu set permainan. Begitu seterusnya. Jangan ditanya detail peraturannya, karena hingga sekarang pun juga masih bingung. Haha. Setelah hampir empat jam di lapangan, akhirnya diumumkan lima tim yang lolos ke babak selanjutnya yaitu Corporate Tournament. Resmi dinyatakan mewakili tim Teleperformance. Padahal saya bukan pegawai di sana.
Empat jam di lapangan membuat saya jatuh demam. Meskipun sudah pakai baju tiga lapis, celana satu lapis tetap saja membuat tubuh kaget beradaptasi. Beberapa hari setelah sembuh dari demam langsung minta ke suami untuk beli celana olahraga yang hangat. Sudah ada bulu penghangat di dalamnya. Biar tidak demam dan masuk angin lagi nanti kalau tanding.
Arek Suroboyo ancen bondo nekat. Latihan sekali langsung tanding, dan lolos babak kualifikasi berdasarkan faktor keberuntungan menunda pulang karena mau ke kamar mandi dulu. Kemudian latihan satu kali lagi. Dan tanding lagi di Corporate Tournament. Gayanya lagi ternyata dapat seragam lho. Akhirnya punya rok olahraga mini yang kayak di TV. Karena winter jadilah saya seperti bawang bombay yang memakai baju berlapis-lapis. Outfit saat pertandingan atasan pakai baju hangat longjohn, sweater tebal, baju seragam. Bawahan celana olahraga hangat tebal dan rok seragam. Sebelum tanding sudah kerukupan dengan jaket tipis dan jaket winter.
Pertandingan kali ini bukan perkara menang dan kalah. Walaupun tidak menang namun hati tetap riang gembira. Pengalaman pertama kali mengikuti pertandingan di luar negeri menjadi catatan sejarah. Seorang ibu yang memiliki dua anak, dengan kesibukan yang tiada henti namun bisa mengukir kenangan indah. Kembali ke lapangan, berdandan sporty, dan beraktivitas positif. Meskipun terjadi drama luar biasa saat meninggalkan anak latihan dan tanding namun support suami selalu ada. Tidak mudah untuk meluangkan waktu keluar sejenak. Anggap saja ini me time seorang ibu. Terimakasih atas kerjasamanya suami tercinta. Love you.
Setelah ini janjian sama Athifah untuk bisa rutin latihan setiap bulan sekali. Big thanks buat Athifah yang sudah have fun bareng main padel. Jangan bosen-bosen yaaa. Ingin juga mengajak ibu-ibu lain bermain bersama. Semoga suatu hari nanti bisa ambil kursus padel serius.
Menurut info sebulan latihan bayar 55 Euro untuk dua kali seminggu. Itu sudah termasuk biaya sewa lapangan. Tunggu anak-anak masuk sekolah semua rasanya. Zirco juga mulai tertarik bermain. Bahkan dia sudah punya raket padel. Rencana nanti summer akan latihan sendiri pukul bola di lapangan dekat rumah. Sekarang masih winter belajarnya lewat nintendo dulu aja. Alias bermain olahraga virtual. (opp/van)