.
Friday, November 22, 2024

Azam Bachtiar, Pelukis yang Karyanya Diborong SBY

Memadu Teknik Melukis dan Psikologi, Bikin Lukisan Lebih Dalam

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Azam Bachtiar sempat tak naik kelas sebanyak tiga kali. Saat hendak melanjutkan studi ke perguruan tinggi pun  mengalami hambatan. Ingin mengasah bakat seni lukisnya, tapi harus menerima kenyataan karena tak diterima masuk ke perguruan tingg idamannya di jurusan seni.

=======

Pengalaman gagal di bangku pendidikan tak mematahkan semangatnya. Azam sapaan akrab Azam Bachtiar justru menjadi pribadi yang kuat mengejar impiannya meskipun tanpa ilmu profesional.

Kini  Azam salah satu pelukis di Kota Malang yang karyanya akan menjadi  langganan Presiden Ke-6 Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).  Saat berkunjung ke Kota Malang, Minggu (5/2) lalu, SBY mengunjungi secara khusus galeri lukis milik Azam. Lalu memboyong sebanyak tiga lukisan.

Tiga lukisan itu akan menjadi koleksi pribadi SBY. Rencananya dipajang di museum seni milik SBY di Pacitan.

“Beliau langsung beli tiga. Itu lukisan saya yang kebanyakan bertema tradisional. Beliau suka lukisan-lukisan seperti wayang-wayang itu yang diambil jadi koleksinya,” cerita Azam kepada Malang Posco Media, Selasa (14/2) kemarin.

Lukisan Azam memang terbilang unik. Saat Malang Posco Media melihat sendiri di galerinya di Perumahan Araya Kota Malang, tidak hanya bergaya tradisional dan landscape, karya-karya lukisan Azam juga berbagai macam alirannya.

Ada yang surreal, abstrak, portrait hingga kaligrafi. Semuanya dihasilkan dari pengalamannya sendiri belajar secara otodidak. Azam menceritakan pengalaman pahit saat ia hendak mendalami bakatnya melukis secara profesional.

“Saya sejak kecil memang suka lukis. Nah saat mau kuliah tahun 1981, langsung ingin ambil jurusan seni lukis. Awalnya sudah diterima di ASRI Jogja (Akademi Seni Rupa Jogja, sekarang ISI), tapi saya  tak jadi ambil ke sana karena ibu sendirian kasihan,” katanya. “Akhirnya daftar di IKIP Negeri Malang (sekarang UM), tapi tak diterima mungkin lukisan saya jelek,” sambung pria asli Kelurahan Kiduldalem Kota Malang ini.

Karena saat itu IKIP Negeri Malang merupakan perguruan tinggi yang memiliki jurusan seni rupa. Harapannya studi secara profesional di bidang seni lukis pupus. Akhirnya Azam mengambil Jurusan Psikologi di Universitas Wisnuwardahan Malang.

Akan tetapi bakat melukisnya terus ia asah secara otodidak. Mulai melukis sendiri, melihat pelukis lain melukis dan belajar sendiri melihat pemandangan dan sesuai inspirasi yang ada. Hingga saat ini dia bisa membuka galeri sendiri.

“Tapi karena saya ini juga belajar psikologi, ada nyambungnya dengan bakat lukis saya. Ada aliran namanya surealis, itu tekniknya lebih mendalam. Lebih mengupas rasa atau perasaan. Dengan ilmu psikologi yang saya pelajari saat kuliah bisa menjadi modal di aliran ini, bikin lukisan lebih “dalam”,” kata Azam.

Pengalaman gagal di bidang akademik tidak dialami Azam sekali saja. Saat SD ia mengalami gagal naik kelas sebanyak tiga kali. Tak  naik kelas dua dan tiga. Kemudian juga tidak naik ke kelas lima. Azam mengutarakan ia sama sekali tidak bersahabat dengan mata pelajaran Matematika atau Aljabar saat itu. Hal itu menyebabkan ia terus-terusan tinggal kelas.

Hal itu menyebakan Azam semakin mendalami bakat seninya. Saat kuliah ia sudah mulai menghasilkan uang dari hasil melukis untuk kartu pos. Meski tidak banyak, ia bisa membiayai kuliahnya saat itu.

“Tidak  itu saja, waktu zaman kuliah juga sempat nyambi jadi kartunis di Jawa Pos. Dan beberapa media cetak saat itu. Tak lama sih cuma bisa buat tambahan biaya kuliah. Sambil bantu ibu jualan cwi mie dan bakso,” papar kakek dari dua cucu ini.

Lulus kuliah pada tahun 1986, Azam juga membuka praktek konsultasi psikologi. Praktek konsultasi psikologi ini dijalani Azam sejak tahun 1990-an hingga saat ini, meski sewaktu pandemi cukup tersendat. Sambil membuka jasa konsultasi ia juga kerap mengikuti berbagai event seni lukis.

Pameran seni lukis yang diikuti membuatnya bisa berkeliling ke berbagai daerah di Indonesia. Mulai daerah-daerah di Jawa Timur, Kalimantan, Bali dan lainnya. Bahkan beberapa lukisannya sempat dibeli warga Italia dan Belanda.

“Pernah lukisan saya dibeli presenter terkenal, Helmi Yahya. Saat itu pameran di Bali tahun 2015. Ada kolektor juga dari Belanda beli empat lukisan, terus pernah pameran di Batu kolektor dari Italia beli dua lukisan. Kebanyakan mereka milih lukisan tema tradisional, seperti orang nari, sawah-sawah dan lainnya,” jelas anak ke delepan dari sembilan bersaudara ini.

Tidak hanya memiliki bakat melukis dan seorang psikolog, Azam juga seorang mudin. Ia dikenal sebagai satu-satunya mudin kematian di Kompleks Araya. Sudah sekitar 23 tahun sebagai mudin kematian di Araya.

Menjadi mudin kematian di Perumahan Araya dijalaninya dengan ikhlas. Meski baru pada tahun 2022 lalu mendapat insentif sebagai mudin.

“Jadi mudin pun itu ndak sengaja. Saat ibu meninggal tahun 2000. Di Araya itu belum ada mudin sendiri biasanya warga manggil dari wilayah lain. Tapi saat ibu meninggal saya urus sendiri, orang-orang liat dan menjadikan saya mudin sampai sekarang,” kata dia.

Meski begitu semua dijalaninya dengan senang dan ikhlas. Azam kini tetap menjadi psikolog dan tetap mengerjakan proyek lukisan pesanan. Ia sedang mengerjakan tiga  lukisan berukuran besar, yakni 3×150 meter dengan aliran realis. Ini semua dikerjakan dengan menyenangkan. (sisca angelina/van)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img