.
Sunday, December 15, 2024

Pena de Portugal, Kedatangan Teman dari Swiss

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Malang Posco Media – Hidup di luar negeri apakah lupa dengan makanan Indonesia? Hidup di luar negeri apakah lidah sudah menyesuaikan makanan kebule-bulean? Hidup di luar negeri apakah tidak susah cari makanan halal? Begitulah kira-kira rasa penasaran dari kerabat di Indonesia yang mereka tanyakan. Alhamdulillah meskipun tinggal di luar negeri, Tuhan banyak kirimkan rezeki dan kemudahan.

Banyak kekhawatiran kalau tinggal di luar negeri akan sering makan roti dan pasta. Karena daging dan restoran halal susah didapatkan. Nyatanya, banyak sekali toko daging yang sudah tersertifikat halal disini. Tinggal di Cascais – Lisbon yang merupakan salah satu kota turis terkenal pun juga ada. Letak toko dagingnya ada di pusat kota. Tidak berbentuk supermarket mewah, hanya tempat kecil seperti toko kelontong. Anak-anak kurang nyaman sehingga jarang ikut masuk ke dalamnya.

Zygmund yang nempel terus sama 2 kakak cantik

Ada lagi di daerah Amadora – Lisbon. Harus menyetir sekitar 20 menit untuk tiba di toko daging ini. Tempatnya luas, seperti minimarket kecil yang ada di sebelah pom bensin. Tempat parkir mobil pun tersedia, jadi lebih nyaman berbelanja dan anak-anak pun suka. Pemilik toko berasal dari Uzbekistan. Tidak terlalu fasih Bahasa Inggris. Waduuh.

Berbekal kata-kata simple seperti Frango (ayam), Azas (sayap ayam), Perna (paha ayam), Bife (steak ayam), Bovino (sapi). Mulai lah untuk menyebutkan pesanannya. Pertama kali kesana, saat ada kata-kata yang tidak diketahui. Datang seorang bapak yang membantu menerjemahkan ke Bahasa Inggris. Fyuuuh. Syukurlah aman. Namun saat kedua kali kesana. Ternyata kesalahpahaman. Sudah berbekal latihan pesan dengan Bahasa Portugis namun masih kurang. Pak pemotong daging mengambil kulit di paha ayam. Padahal Zirco suka sekali nih bagian kulitnya. Untuk tersadar lalu untungnya belum semua dikuliti. Hehehe.

Safe flight Mbak Yuni sekeluarga di Swiss

Disamping toko itu juga ada toko daging halal lainnya. Cukup banyak pilihan, tapi belum pernah dicoba. Ada lagi 2 daerah namanya Martim Moniz dan Almada. Semuanya ada di Lisbon. Cukup jauh dari rumah. Butuh waktu sekitar 40 – 60 menit. Disana bahkan merupakan pusat tempat tinggal muslim. Banyak dari warga Pakistan, Bangladesh, Uzbekistan, Arab, dan India yang tinggal disana. Toko daging halal dan supermarket asia sudah berjejer.

Saat tinggal di Swiss pun juga begitu. Ada daerah tertentu yang cukup banyak umat muslimnya. Sehingga tidak perlu khawatir apabila tinggal di luar negeri ya. Sebelum menemukan toko daging halal, kami juga membeli daging di supermarket pada umumnya. Daging atau ikan segar.

Makanan sehari-hari juga tetap memasak ala Indonesia. Pagi hari diawali dengan sarapan simple. Seperti roti bakar, roti baguette, butter, cream cheese, keju, selai buah, yogurt, pancake, buah segar, susu, kopi, dan teh. Tidak semua langsung dimakan ya. Ganti-ganti aja menunya. Sudah jarang makan nasi sebagai menu sarapan. DoubleZ bahkan tidak mau makan nasi di pagi hari. Biasa sarapan sekitar jam 08.00 WET.

Kiriman makanan dari Mbak ajeng. Lezaaat

Zirco ada snack time di sekolah jam 10.30 WET (Western European Time) dan lunch (bekal nasi dari rumah) jam 13.00 WET. Papi Fariz lunch di kantor, tanpa bawa bekal karena sudah disediakan oleh kantor. Saya dan Zygmund makan masakan rumahan Indonesia. Biasanya 1 menu masakan bisa untuk 2 hari. Sekali masak agak banyak, sehingga tidak capek masak setiap hari.

Menunya tidak jauh-jauh dari ayam bakar, soto daging, rawon, sayur kuning ikan, dll. Namun untuk menu sayur selalu ganti tiap hari supaya fresh. Beli sayurnya juga yang sudah potongan jadi simple tinggal tumis. Sat set wat wet berbekal garlic, salt, pepper jadi deh tumisan sayur.

Ada yang paling disuka yaitu saat mendapat pesan WA dari tetangga. Tetangga Indonesia teman papi Fariz di kantor yang jago masak. Rumahnya tidak satu gedung. Tapi naik mobil cukup 5 menit sampai. Hehe. “Aku masak sayur asem, botok daging, dan klepon, mau kah? Kalau mau ambil kesini jam 20.00 ya”. Kata Mbak Ajeng. Seorang Ibu yang memiliki 1 anak perempuan berumur 12 tahun. Dengan sigap, langsung dibalas WA nya. “Siyaaaap”. Menunya simple tapi mewah sekali. Secara saya kalau buat sayur asem pakai bumbu jadi, buat botok dan klepon malah tidak pernah. Rasanya pun joooss. Sukses membuat kami late dinner karena wanginya yang menggoda.

Ada lagi seorang ibu yang umurnya hampir seumuran dengan neneknya DoubleZ. Ibu Salma nama bekennya. Hobby nya masak. Beliau menerima pesanan tempe. Kalau ada yang pesan maka langsung sekalian buka open PO. Datang kerumahnya bukan hanya sekedar ambil tempe. Tapi disuruh makan siang terlebih dahulu. Masya Allah, suguhannya adalah lontong sate padang, cah sayur, ayam goreng, lengkap dengan appetizers risoles, kroket, dan pastel. Serta ada dessert sagu mutiara. Pulang dari rumah beliau dipastikan kenyang sampai malam. Sehingga cukup makan malam lauk dan sayur tanpa tambahan nasi lagi.

Hampir 2 tahun tidak merasakan masakan buatan Ibu. Alhamdulillah disini bertemu Ibu-ibu yang super baik sekali. Alhamdulillah. Kenikmatan hidup di perantauan.

Sate Padang satu-satunya di Lisbon. Masakan Ibu Salma

Dan baru seminggu yang lalu, datang teman dari Swiss. Mbak Yuni dan sekeluarga yang liburan di Lisbon. Dari jauh-jauh hari sudah saya pesan nginep di rumah saya saja. Meskipun jauh dari Lisbon. Tapi naik uber masih terjangkau lah. Datang bersama suami dan kedua putrinya Syifa dan Hafsah. Menginap 4 hari 3 malam. DoubleZ pun senang sekali kedatangan kakak-kakak yang mengajaknya bermain.

Sudah seperti suasana lebaran. Mbak Yuni datang membawa oleh-oleh rendang khas Sumatra yang onde mande enaak sekali, lumpia, saus keju, dan coklat khas swiss. Masih ada juga mainan mobil-mobilan buat Zygmund dan buku komik edukatif untuk Zirco. Masya Allah. Kami memberi tidak seberapa, dan menerima buanyaaaak sekali. Berkah selalu untuk keluarga Mbak Yuni.

Keluarga Mbak Yuni menikmati indahnya Lisbon

Belum lagi terjadi drama saat mereka mau balik ke Swiss. Di malam hari Zirco tiba-tiba menangis sedih. Padahal itu sudah jam 23.00 WET. Habis bermain Nintendo bersama kakak-kakak cantik. Alhasil berhenti menangisnya karena diberi kakak Hafsah gantungan kunci dari Turki (saat mereka liburan di Turki). Diam seketika. Langsung minta di pasang di tas sekolahnya. Hati anak-anak langsung peka ya kalau tahu keluarganya akan balik kampung. Saya pun juga ikutan sedih karena teman berbagi cerita sudah mau pulang. Ditambah lagi Zirco dapat “unjung-unjung” juga. Langsung minta ditabung deh.

Begitulah rasanya teman yang baru dikenal 2 tahun silam di tahun 2021 yang sekarang rasanya jadi keluarga dekat. Karena di Lisbon belum bisa liburan bareng (Zirco masih sekolah, papi masih kerja), semoga suatu saat bisa diberikan rezeki untuk liburan bareng. Inginnya tahun 2024 bisa liburan ke Marroko – Afrika bersama-sama. Amin Amin Amin. (Okky Putri Prastuti/MPM)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img