MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Dr. A. Samsul Maarif sempat kurang percaya diri saat mengawali kuliah S3. Wajar, karena di pendidikan jenjang S1 dan S2 dia mengambil program studi Bahasa Arab. Sementara di jenjang S3 dia mengambil kuliah Pendidikan Agama Islam (PAI).
Berkat dukungan dosennya di program Pascasarjana saat dia kuliah S2 maka Samsul pun yakin bisa melalui kuliah S3 di PAI Universitas Islam Malang. Hasilnya pun membanggakan, Samsul menjadi lulusan terbaik di Program Doktor Pascasarjana Unisma dengan IPK 3.90.
Menurutnya antara Bahasa Arab dan Pendidikan Agama Islam masih ada korelasi. “Itu salah satu alasan yang membuat saya merasa tidak begitu kesulitan kuliah di PAI,” katanya.
Dalam disertasinya Samsul mengangkat judul ‘Implementasi Pendidikan Islam Multikultural’ sebagai basis pembentukan karakter santri. Dia melakukan Studi Fenomenologi di Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Malang. Kepada Malang Posco Media, Samsul menjelaskan dalam penelitiannya dia menemukan beberapa point pembahasan.
Pertama, nilai-nilai pendidikan Islam multikultural yang dijadikan sebagai basis pembentukan karakter santri di Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Malang dilakukan dengan menanamkan nilai-nilai multikultural. Yakni nilai tauhid, nilai ta’aruf, nilai tawasuth, nilai tasamuh, nilai ta’awun, nilai tawazun, nilai keadilan, nilai anti kekerasan, nilai musyawarah, nilai menghormati pendapat orang lain, nilai musawah. “Kesebelas nilai-nilai ini adalah upaya pembentukan ruhul mahad al-Hikam Malang,” katanya.
Kedua, proses pendidikan Islam Multikultural di Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Malang dilakukan melalui faktor non human element dan human element. Untuk memperlancar faktor non human element, pesantren memiliki visi, misi, orientasi, strategi, kurikulum, sumber belajar dan waktu belajar. Sedangkan untuk human element pesantren memiliki pendidik, peserta didik, penyelenggara pendidikan, sarjana dan pengendali mutu.
Ketiga, model pendidikan Islam multikultural dengan pendekatan Humanis Islamic Approach di sebuah pesantren akan menghasilkan generasi santri yang rama, menjunjung tinggi nilai-nilai Islam Rahmatan lil Alamin, berbangsa dan bernegara dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika, dan berbudaya dalam humanisme.
“Temuan Humanis Islamic Approach diharapkan mampu menghasilkan output santri yang tidak mempertentangkan antara nilai agama dengan kemanusiaan, tetapi justru menemukan simpul-simpul baru yang memperkokoh hubungan agama dan kemanusiaan,” terangnya. (imm/bua)