MALANG POSCO MEDIA, MALANG- Di antara deru keramaian, tubuh kurus Dwi (32) menyunggi kepala boneka yang hampir menutup setengah badannya. Nampak seperti berkalung sebuah keranjang kecil bertuliskan ‘foto bayar seikhlasnya’ ia menarik perhatian pengunjung, Minggu (26/2).
Begitulah keseharian pria bujang asal Desa Pamotan, Kecamatan Dampit itu mengadu nasib di tengah sulitnya mencari pekerjaansaat ini. Siang itu, ia berada di tengah Turen Education Expo yang merupakan pameran pendidikan pemuda Kecamatan Turen.
Dia menjajakan jasa berfoto dengan badut kartun lucu, yang tak lain kostum yang dia kenakan. Menjadi manusia boneka atau biasa disebut badut jalanan mulai digelutinya sejak sekitar tiga bulan lalu. Hal ini dilakukan lantaran pekerjaan sebelumnya sebagai buruh kebun kopi kian tak pasti. Bermodalkan Rp 850 ribu untuk membeli kostum boneka kartun yang lucu Dwi menyasar keramaian.
“Kalau ada yang mau foto saya sembunyikan dulu keranjang uangnya, kalau sudah biasanya dikasih mulai dua ribu, tiga ribu, atau berapapun seikhlasnya,” ucap Dwi sembari istirahat setelah setengah hari berdiri di sudut-sudut pameran.
Sesekali, ia membuka topeng kepala boneka yang dibawanya hanya untuk bernapas lebih lega. Aktivitas ini sudah menjadi matapencaharian utama baginya. Ia menyadari bahwa mencari pekerjaan untuk pria seusianya tidak mudah. Dia lebih memilih melakukan apapun yang bisa dilakukan untuk menyambung hidup. “Kalau sekarang pas ramai dapat sehari paling banyak Rp 100 ribu pernah. Pernah juga beberapa kali tidak dapat uang sama sekali,” sebutnya sembari meletakkan kepala kosum boneka setinggi 65 centimeter.
Sebelumnya ia buruh kebun kopi dengan bayaran tergantung hasil pertanian. Tepatnya di Desa Lenggoksono, Tirtoyudo. Dia juga baru bekerja jika ada yang memanggil untuk meminta tenaganya. Jika tidak, dia juga tak mendapatkan upah.
Sulitnya mencari lapangan pekerjaan menjadi masalah sebagian besar pemuda di Kabupaten Malang. Sekadar diketahui, hasil survei 380 pemuda yang dilakukan Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kabupaten Malang, yang dirilis Senin (30/1) lalu menyatakan 60 persen pemuda khawatir sulit mendapatkan pekerjaan. Sedangkan 17,5 persen menyatakan bahwa mencari kerja sangat sulit. Hanya sekitar 18,3 persen menyatakan mudah mencari kerja. Baik di Kabupaten Malang maupun di luar kota.
Hal itu juga dirasakan Dwi, ia tak mengaku masih belum banyak keahlian. Jika suatu saat modal tabungannya cukup, dia berencana untuk membuka usaha berdagang mainan. Dia berharap peluang usaha juga tak sulit ditemui dan pekerjaan yang layak bagi pemuda semakin tersedia, agar pemuda tak harus bertarung keras mengadu nasib seperti dirinya. Termasuk dengan adanya pendidikan usaha bagi warga dari pemerintah. “Kalau ada uang lebih kapan-kapan mau dagang mainan. Biar dekat dengan anak-anak juga kayak sekarang,” harapnya. (tyo/udi)