“… perlulah anak anak kita dekatkan hidupnya kepada perikehidupan rakyat, agar supaya mereka tidak hanya memiliki pengetahuan saja tentang hidup rakyatnya, akan tetapi juga dapat mengalaminya sendiri, dan kemudian tidak hidup berpisahan dengan rakyatnya.”
Ki Hadjar Dewantara
Pada saat ini, Indonesia sudah memasuki fase baru setelah melewati masa pendemi. Dimana pendemi menyebabkan pendidikan Indonesia mengalami learning loss. Saat masa pandemi, berlakunya peraturan pembelajaran jarak jauh atau online learning bagi seluruh jenjang pendidikan di Indonesia menjadi salah satu cara untuk melaksanakan pendidikan di tengah keterbatasan sosial selama pandemi.
Tidak hanya dalam hal pelaksanaannya, proses pembelajaran jarak jauh juga memberikan dampak kepada seluruh elemen pendidikan. Baik guru maupun peserta didik merasakan dampaknya. Proses pembelajaran jarak jauh berdampak pada proses atau cara belajar peserta didik dan juga karakter peserta didik dalam belajar.
Salah satu dampak yang paling terlihat dari diberlakukannya sistem pembelajaran jarak jauh adalah hilangnya motivasi belajar peserta didik atau dikenal dengan istilah learning loss. Pengertian learning loss adalah menurunnya keterampilan ataupun pengetahuan secara akademis pada anak (Andriani et al., 2021).
Pengertian lainnya adalah hilangnya ketertarikan belajar pada anak karena kurangnya interaksi dengan guru saat proses pembelajaran (Muthmainnah dan Rohmah, 2022: 969-975). Learning loss ditandai dengan menurunnya prestasi belajar peserta didik, kelalaian dalam memenuhi tugas, dan menurunnya partisipasi peserta didik di dalam kelas khususnya selama pembelajaran jarak jauh berlangsung.
Hal ini juga dirasakan oleh tenaga pendidik yang menjalankan sistem pembelajaran jarak jauh dimana keterlibatan dan keaktifan peserta didik di dalam ruang belajar menjadi berkurang selama pelaksanaan pembelajaran jarak jauh sehingga mempengaruhi hasil belajar peserta didik di dalam kelas.
Namun, ternyata learning loss tidak hanya dirasakan selama proses pembelajaran jarak jauh berlangsung. Setelah pandemi mulai menurun dan sistem pembelajaran tatap muka mulai diberlakukan, learning loss masih menjadi suatu permasalahan dalam pendidikan yang harus diberikan solusi. Salah satu solusi untuk untuk mengatasi learning loss ini adalah dengan merancang kurikulum yang baru.
Pada Tahun Ajaran 2022/2023, Pemerintah melalui Kemendikbudristek melaunching kurikulum baru yang dapat digunakan sebagai pilihan oleh satuan pendidikan untuk berbagai jenjang pendidikan yaitu Kurikulum Merdeka. Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam, di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi.
Dengan kurikulum ini, dapat membantu guru untuk memilih berbagai perangkat ajar untuk menyesuaikan kebutuhan belajar dan minat peserta didik. Dalam Kurikulum Merdeka ada satu komponen yang menjadi topik penting yang saat ini sedang banyak dibicarakan oleh para guru.
Topik hangat tersebut adalah Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila atau lebih dikenal dengan P5. Pasalnya P5 dalam kurikulum merdeka menjadi tujuan utama dan penting untuk ditanamkan dan ditekankan kepada peserta didik. Mengutip Panduan Pengembangan Projek Penguatan Profil Pancasila yang disusun Rizky Satria, dkk., (2022) P5 dirancang secara terpisah dari intrakurikuler.
Ini karena tujuan, muatan, dan kegiatan pembelajaran projeknya tidak berkaitan dengan tujuan dan materi pelajaran intrakurikuler. Satuan pendidikan dapat melibatkan masyarakat atau dunia kerja untuk merancang dan menyelenggarakan P5.
Panduan pengembangan P5 ini memuat penyiapan ekosistem sekolah, desain, pengelolaan, serta pengolahan asesmen. Selama projek berlangsung, satuan pendidikan bertugas melaporkan hasil, mengevaluasi, serta menindaklanjuti pelaksanaan P5 dalam kegiatan belajar mengajar.
Dalam praktiknya, terdapat panduan yang berisi prinsip-prinsip pengembangan P5. P5 dilaksanakan dengan melatih peserta didik untuk menggali isu nyata di lingkungan sekitar dan berkolaborasi untuk memecahkan masalah tersebut. Oleh karena itu, alokasi waktu tersendiri sangat dibutuhkan guna memastikan P5 berjalan dengan baik.
Projek penguatan profil pelajar Pancasila, sebagai salah satu sarana pencapaian profil pelajar Pancasila, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk “mengalami pengetahuan” sebagai proses penguatan karakter sekaligus kesempatan untuk belajar dari lingkungan sekitarnya.
Dalam kegiatan P5 ini, peserta didik memiliki kesempatan untuk mempelajari tema-tema atau isu penting seperti perubahan iklim, anti radikalisme, kesehatan mental, budaya, wirausaha, teknologi, dan kehidupan berdemokrasi sehingga peserta didik dapat melakukan aksi nyata dalam menjawab isu-isu tersebut sesuai dengan tahapan belajar dan kebutuhannya.
Melansir dari dokumen yang diterbitkan oleh Kemendikbudristek, Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila adalah pembelajaran lintas disiplin ilmu untuk mengamati dan memikirkan solusi terhadap permasalahan di lingkungan sekitarnya.
Projek penguatan profil pelajar Pancasila ini menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis projek (project-based learning) yang berbeda dengan pembelajaran berbasis projek dalam program intrakurikuler di dalam kelas. Melalui projek ini, kesempatan untuk belajar dalam situasi yang tidak formal, struktur belajar yang lebih fleksibel, kegiatan belajar yang lebih interaktif, dan terlibat langsung dengan lingkungan sekitar.
Dengan begitu, berbagai kompetensi yang mereka miliki akan lebih terasah. Dalam implementasinya, Kemendikbudristek telah menetapkan tujuh tema Projek Profil Pelajar Pancasila untuk SD maupun SMA. Khusus untuk SMK, Kemendikbudristek menetapkan tujuh tema pilihan dan dua tema wajib sehingga total tema Projek Profil Pelajar Pancasilanya menjadi sembilan macam tema.
Tema-tema tersebut adalah gaya hidup berkelanjutan, kearifan lokal, bhinneka tunggal ika, bangunlah jiwa dan raganya, suara demokrasi, berekayasa dan berteknologi untuk membangun NKRI, kewirausahaan, kebekerjaan, dan budaya kerja.
Pada akhirnya peserta didik tidak hanya mempelajari suatu hal secara teori namun juga kompetensi yang didapat sesuai tema dapat diimplementasikan secara real dalam kehidupan sehari-hari dan berdampak nyata bagi masyarakat.
Dengan adanya pelaksanaan P5 dalam kurikulum merdeka ini diharapkan dapat mengembalikan motivasi belajar peserta didik yang menurun (learning loss) akibat pembelajaran jarak jauh selama masa pandemi berlangsung.(*)