spot_img
Friday, July 4, 2025
spot_img

Artificial Intelligence untuk Keamanan Ekologi

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Perkembangan teknologi tiap hari kian tak terbendung. Di awal abad-21, manusia mungkin diberikan kemudahan oleh kemajuan teknologi serba canggih yang dapat membantu menyelesaikan setiap masalah kehidupannya. Namun belum genap berjalan seperempat masa dari abad ini, kecanggihan teknologi semakin mencengangkan umat manusia.

Terutama dengan kehadiran teknologi Artificial Intelligence (AI) yang belakangan ini sedang menghebohkan masyarakat akan kemajuannya yang cukup cepat dan semakin menunjukkan kesempurnaannya. Sebut saja misalnya LensaAI untuk mengedit foto animasi-avatar, MyHeritage yang dapat membuat foto menjadi terlihat hidup.

ChatGPT dari OpenAI untuk melayani tugas text naratif dari penggunanya, Siri oleh Apple menjadi asisten pribadi hanya melalui smartphone, dan tentu masih banyak lagi aplikasi lain yang telah memanfaatkan teknologi AI tersebut – termasuk rekomendasi tulisan yang sampai pada gawai (gadget) anda saat ini.

Pada dasarnya AI dapat dikategorikan sebagai mesin yang berpikir dan bertindak layaknya manusia. Sehingga AI tidak hanya diharapkan dapat memberikan kemudahan bagi dunia kerja manusia, melainkan dapat mempermudah keadaan dari segala aspek. Lebih-lebih pada ranah sistem ekologis yang belakangan ini menjadi ancaman nyata bagi kelangsungan hidup manusia itu sendiri.

AI untuk Ekologi

Masalah ekologi merupakan aspek paling penting di masa kini. Berbagai macam bencana hadir akibat dari sistem ekologi yang tidak setimbang. Hal ini bisa terjadi akibat penyalahgunaan wewenang dari kebijakan lingkungan yang tidak tepat maupun pola konsumtif masyarakat global yang sudah tidak wajar. Sehingga pola sistem kehidupan menjadi tidak terkontrol.

Saat ini, di berbagai belahan dunia merasa bahwa krisis ekologi menjadi ancaman yang sangat menakutkan – sebab berbagai macam bencana ekstrem tiap waktu bisa saja terjadi karenanya. Termasuk Indonesia yang merupakan negara beriklim tropis dengan kerentanan terhadap bencana siklon tropis maupun hidrometeorologi.

 Sebenarnya penggunaan AI telah banyak diterapkan pada perangkat-perangkat yang secara mandiri dapat memantau lingkungan baik di perkotaan, danau, sungai dan atau bahkan pada skala yang lebih besar, seperti pada bidang produksi pangan dan olahan pertanian. Namun pada hal-hal yang sifatnya sulit dikontrol secara konvensional seperti bencana ekstrem masih minim dikembangkan. Padahal secara potensial sangat memungkinkan.

Hal ini mungkin saja dikarenakan oleh keadaan dunia yang masih terlena dengan kemapanan teknologi yang basisnya memudahkan pekerjaannya saja. Padahal keselamatan manusia dari bencana ekstrem ini harus menjadi prioritas utama dari era modernisasi teknologi.

Terus terang saja, pada rentang waktu dua tahun terakhir (2021-2022) yang lalu Indonesia secara khusus mengalami lebih dari 8.000 bencana alam yang terbagi dalam banyak bencana ekstrem. Seperti banjir, tanah longsor, kebakaran hutan dan gempa bumi (kompas.com, 18/1/2023). Belum lagi kita kalkulasikan dengan negara-negara di belahan bumi yang lain.

Oleh sebab itu kehadiran AI sudah seharusnya untuk ikut dikembangkan pada sistem keamanan ekologis. Paling tidak teknologi AI dapat digunakan untuk memprediksi iklim dan cuaca. Seperti gelombang panas, curah hujan, maupun badai angin. Sehingga antisipasi bencana menjadi satu langkah lebih cepat dari biasanya.

Selain itu, mengingat Indonesia sebagai negara yang kaya akan alam hayati, AI dapat digunakan untuk melacak dan menghitung jumlah populasi flora dan fauna – khususnya pada jenis-jenis yang sudah mulai punah.

Reintegrasi Sistem

Pemanfaatan AI tidak hanya digunakan secara terpisah sesuai kepentingan yang ada. Sebagaimana saat ini para pemerintah dan para pebisnis memiliki cara pengaplikasian yang berbeda dalam proses penyelamatan lingkungan, apalagi dengan aktivis lingkungan itu sendiri. Artinya AI hanya akan digunakan sesuai kepentingannya masing-masing.

Keadaan sistem saat ini sudah seharusnya untuk diubah. Sebagaimana ungkapan Keith Ronald Skene dalam buku Artificial Intelligence and Environmental Crisis: Can Technology Really Save the World?sebagai era reintegrasi sistem.

Sejalan dengan itu, hasil analisis dari seorang saintis dari Pusat Ilmu Iklim dan Penelitian Kebijakan Universitas Linkoping Swedia, Marie Fransisco, dalam Current Opinion in Environtmental Sustainability (2023) yang dengan cermat memetakan bahwa potensi pembingkaian AI menjadi satu sistem yang utuh – baik dalam wacana keamanan internasional, nasional, manusia maupun ekologi harus segera diupayakan.

Pada sistem komputasi modern seperti machine learning dan big data oleh AI saat ini harusnya dapat diterapkan secara maksimal untuk membantu pengelolaan sistem ekologis yang sudah memburuk sejak revolusi industri pada abad ke-7. Sebab dengan itu, AI dapat mengolah dan menganalisisnya secara akurat dan terperinci, khususnya pada aspek lingkungan.

Misalnya saja, pemerintah yang awalnya hanya menggunakan AI untuk keamanan negara seperti memeriksa identitas maupun pengawasan perbatasan militer, ataupun melakukan propaganda informasi geopolitik.

Kemudian harus dibarengi dengan pengontrolan terhadap pebisnis yang biasanya hanya mengaplikasikan AI untuk proses pemasaran/ penjualan, research and development, dan mengevaluasi konsumennya. Sehingga pada akhirnya aspek yang lebih besar seperti keamanan lingkungan yang telah lama diabaikan dapat dikondisikan dengan baik.

Seruan Cinta Ekologis dengan AI

Lalu, sebagai masyarakat biasa dapat melakukan apa?. Pada hakikatnya, AI dengan sistem kerja algoritma dapat dengan mudah dalam memberikan pengaruh untuk mencintai lingkungan dengan lebih cepat. Tentunya melalui konten cinta lingkungan yang sering dibagikan dan disukai harus lebih sering digaungkan pada platform media sosial yang ada baik Tiktok, Facebook, Instagram, Twitter atau yang lainnya. Secara kita mengetahui bahwa semua platform media sosial tersebut telah menggunakan AI sebagai mesin pengolah data yang dimilikinya.

AI dapat meningkatkan analisis data dan pemodelan sehingga dapat memengaruhi paradigma ekosistem kehidupan yang ada, terutama pada diri manusia sebagai masyarakat global yang memiliki sebagian besar kendali di alam semesta kehidupan ini. Sehingga dengan itu, paling tidak kesadaran ekologis akan mulai terbentuk dari individu yang paling bawah yaitu manusia secara personal.

Pemanfaatan AI merupakan langkah awal dalam membangun keseimbangan sistem ekologi, karena keamanan lingkungan adalah kepentingan bersama. Bukan pada satu individu atau kelompok tertentu, bukan pula pada negara bagian tertentu melainkan pada satu kesatuan utuh secara global dan saling menunjang untuk bekerjasama antara satu dengan lainnya.(*)  

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img