Awal abad 20 lalu para perempuan masih memegang teguh segala peraturan, baik dari pemerintah, suami, ataupun orang tua. Pada masa itu, perempuan tidak boleh lebih daripada laki-laki, atau lebih tepatnya perempuan tidak boleh setara dengan laki-laki, baik itu dalam hal pendidikan ataupun dalam hal pekerjaan.
Pada masa itu perempuan dibatasi dalam segala hal. Salah satu contohnya adalah perempuan tidak boleh sekolah tinggi-tinggi, kecuali anak perempuan yang terlahir dari keluarga bangsawan. Karena menurut pandangan mayoritas, kodrat perempuan adalah mengurus rumah tangga.
Oleh karena itu kaum perempuan zaman dahulu tidak berani speak up atau memberontak atas hal ‘penindasan’ yang terjadi pada dirinya. Tapi tidak banyak yang menyadari bahwa hal itu adalah budaya patriarki yang merupakan bentuk penindasan terhadap perempuan.
Berbeda dengan era modern saat ini, perempuan sudah banyak sekali yang berpendidikan tinggi. Mereka bebas menentukan cita-cita, bebas berargumen dan berkarya. Di era modern saat ini budaya patriarki akan ditentang oleh sebagian kaum perempuan, bahkan kaum laki-laki pun tidak dominan menerapkan budaya tersebut. Karena budaya patriarki seringkali dianggap budaya kolot yang tidak mengikuti perkembangan zaman.
Jika patriarki terus diterapkan maka akan sulit bagi perempuan untuk berdaya. Karena perempuan tidak akan berani berargumen, perempuan tidak bisa bebas menentukan apa yang mereka inginkan. Perempuan tidak bisa berpendidikan tinggi karena terikat oleh budaya patriarki tersebut.
Perempuan Berdaya
Kenapa perempuan Indonesia harus berdaya? Mungkin akan banyak sekali jawaban atas pertanyaan tersebut. Akan tetapi pada hakekatnya perempuan memang harus berdaya karena as human being, setiap manusia punya hak asasi masing-masing baik itu dalam dunia pekerjaan, society, terutama pendidikan.
Untuk mendapatkan hak-hak tersebut, perempuan harus memiliki kapabilitas, kompetensi dan integritas diri dalam kehidupan. Kalau tidak ada kompetensi dalam diri perempuan nantinya akan sulit, apalagi di dalam lingkup sosial yang masih bias gender. Perempuan harus punya prestasi dan keunggulan yang bisa menunjukkan kualitasnya.
Di sisi lain perempuan harus berdaya karena perempuan merupakan Rahim peradaban. Perempuan nantinya akan melahirkan generasi bangsa yang cerdas, berprestasi dan bahagia. Dan anak yang cerdas dan berprestasi juga merupakan hasil didikan dan kasih sayang dari seorang ibu.
Menurut Atikoh Ganjar Pranowo, Ketua TP PKK Pemprov Jawa Tengah, perempuan berdaya adalah perempuan yang bisa mengidentifikasi potensi diri, mengaktualisasikannya, dan bisa bermanfaat untuk masyarakat. ‘’Jika perempuan berdaya, keluarga menjadi bahagia, dan negara pasti akan menjadi kuat. Karena keluarga adalah entitas terkecil sebuah masyarakat,’’ ujarnya saat Talkshow ‘Semangat Kartini Mewujudkan Perempuan Berdaya dan Keluarga Indonesia Bahagia’’ yang diselenggarakan Dharma Wanita Persatuan (DPW) Universitas Diponegoro, Jumat, 10 Juni 2022 (pemprov.go.id/10/6/2022).
Masih banyak sekali yang mendefinisikan perempuan berdaya. Yang pasti, perempuan berdaya harus bisa mengambil keputusan untuk dirinya sendiri, dan harus bisa memberikan manfaat positif terhadap orang lain. Perempuan berdaya juga harus bisa berpikir kritis dalam menanggapi dan menyikapi berbagai hal dalam kehidupan sosial.
Tak Lupa Kodrat
Meskipun perempuan sudah berdaya dan bisa melakukan berbagai hal yang setara dengan laki-laki, perlu digaris bawahi bahwa jangan sampai perempuan lupa akan kodratnya. Banyak yang mengklaim bahwa kodrat perempuan terbagi menjadi tiga bagian yaitu, menstruasi, melahirkan, dan menyusui. Selebihnya bisa dilakukan juga oleh para laki-laki termasuk mengurus rumah tangga.
Akan tetapi meskipun perempuan sudah berdaya bukan berarti bisa melakukan sesuatu dengan seenaknya. Termasuk tidak hormat terhadap suami dan lupa akan tugasnya dalam mengurus rumah tangga. Lebih baiknya rumah tangga bisa diatur oleh suami istri, sehingga balance dalam mengatur persoalan rumah tangga. Yang terpenting tidak ada rasa diskriminasi dan penindasan dalam berumah tangga.
Saat ini juga banyak sekali peristiwa dan fakta miris yang menceritakan banyak perempuan yang sudah mempunyai pekerjaan dan bisa menghasilkan gaji yang lebih tinggi dari suaminya sehingga berani merendahkan suami. Hal ini juga menjadi salah satu faktor penyebab perceraian yang sering terjadi dan problem rumah tangga lainnya.
Menjadi seorang perempuan pasti ada plus minus dalam perspektif orang lain. Yang harus dilakukan untuk para perempuan adalah teruslah maju untuk menciptakan hal-hal yang positif, berkarya dan berprestasi. Perempuan bisa menjadi apapun sesuai apa yang mereka cita-citakan. Tidak akan ada halangan bagi perempuan untuk melakukan suatu hal yang positif. Perempuan tetap berpeluang menaklukkan dunia dengan cara mereka masing-masing.
Mencintai Ibu
Untuk bisa berdaya, perempuan juga membutuhkan dukungan dari banyak pihak. Maka dari itu berbagai kalangan, wadahi dan dukunglah perempuan dan hargai setiap perjuangannya dan setiap karyanya. Sekecil apapun usaha yang perempuan lakukan. Karena itu akan mampu membangkitkan semangat dan prestasi kaum perempuan.
Seperti Bung Karno, sang proklamator yang telah menghargai sosok Sarinah dalam hidupnya. Meski seorang Presiden, Soekarno sangat hormat pada Sarinah dan perempuan. Siapakah sosok Sarinah yang sangat dibanggakan Sukarno tersebut?
Sarinah ialah sosok perempuan yang membantu keluarga Bung Karno kecil, lebih tepatnya pengasuh Bung Karno. Sarinah adalah sosok perempuan yang bisa dibilang rakyat kecil, tidak berpengaruh dalam kehidupan siapapun tapi sangat berpengaruh dalam kehidupan Bung Karno. Dalam hidup dan perjalanan karir Sukarno.
Sarinah adalah rakyat kecil yang berhati besar yang mampu mengajarkan tentang kemanusiaan, tentang bagaimana mengharagai manusia dan mencintai rakyat kecil. Serta mengajarkan tidak lupa mencintai ibu kepada Bung Karno.
Dan salah satu pengajaran dari Sarinah yang tidak terlupakan adalah: dengan mencintai seorang ibu maka seseorang akan mencintai rakyat kecil yang berarti mencintai umat manusia. “Karno, pertama engkau harus mencintai ibumu. Kemudian, kamu harus mencintai rakyat jelata. Engkau harus mencintai manusia umumnya.”(Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia: edisi revisi 2018).
Jadi selama hidupnya Bung Karno sangat menghargai perempuan di seluruh Indonesia dan di seluruh dunia dengan lambang Sarinah. Sungguh sebuah pengajaran yang sangat berkesan dan membekas dalam dirinya serta tidak dapat diabaikan. Bahwa guru kehidupan bisa diperoleh dari mana dan di mana saja. Tidak hanya dari guru dan kiai.
Tindakan dan sikap kebaikan serta kesahajaan hidup rakyat jelata merupakan pengajaran yang sangat penting dan tidak dapat diabaikan. Dan di dalam masyarakat keadilan sosial dan kesejahteraan sosial itulah engkau nanti akan menjadi perempuan yang Bahagia, perempuan yang Merdeka.(Sarinah karya Ir. Sukarno/1963).(*)