MALANG POSCO MEDIA, KOTA BATU- Kopi menjadi komoditas yang memiliki nilai jual tinggi. Selain perawatannya yang tidak terlalu rumit, tanaman kopi turut mendukung reboisasi dan penghijauan hutan. Serta kopi menjadi produk yang saat ini tengah booming dan menjadi gaya hidup bagi anak muda.
Untuk itu, Pemkot Batu melalui Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Batu mendorong agar petani Kota Batu menanam kopi. Salah satunya adalah petani di Dusun Brau, Desa Gunungsari, Kecamatan Bumijai, Kota Batu yang mulai menanam kopi.
Sebanyak 1.700 kopi jenis arabika dibagikan kepada sepuluh kelompok tani di Dusun Brau, Jumat (10/3) kemarin. Program ini merupakan hasil kolaborasi antara Yayasan Cinta Lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat bersama Pemerintah Kota Batu.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Batu, Heru Yulianto, mengatakan, Kota Batu menjadi tempat yang adaptif untuk kopi. Jika kopi dapat dikembangkan secara berkelanjutan, hal tersebut dapat meningkatkan nilai ekonomi masyarakat.
“Luas lahan kopi di Kota Batu lebih kurang 124 hektar. Jika komoditas ini terus dikembangkan, maka kedepan bisa mengangkat kesejahteraan petani dan pelestarian hutan,” ujar Heru kepada Malang Posco Media.
Oleh karena itu pihaknya mendorong petani bisa menanam kopi dengan cara tumpang sari. Sehingga pertanian kopi menjadi penghasilan tambahan bagi petani. “Ini bisa dimanfaatkan oleh para petani dengan menanam kopi secara tumpang sari. Apalagi kopi saat ini menjadi gaya hidup anak muda. Sehingga pasar untuk hasil produk olahan kopi sangat terbuka lebar,” bebernya.
Sementara itu, Pj. Wali Kota Batu, Aries Agung Paewai, mengatakan salah satu hal yang harus menjadi poin penting selain budidaya kopi untuk meningkatkan perekonomian, adalah menjaga kelestarian lingkungan. “Kami berharap income perkapita masyarakat bisa naik, salah satunya dengan menanam kopi. Tapi salah satu poin pertama adalah menjaga lingkungan tetap lestari sampai anak cucu kita nanti kedepan,” terangnya.
Perlu diketahui, sektor pertanian sayur kerap mengalami gagal panen. Bahkan ketika panen raya harga jualnya anjlok. Akibatnya para petani mengalami kerugian. Sehingga para petani jauh dari kesejahteraan. Hal itulah yang menjadi gambaran yang menimpa petani hutan di kawasan Bukit Jengkoang, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Melihat permasalahan itu, program alih komoditas petani hutan dicetuskan Pemkot Batu yang dipaparkan kepada petai di Bukit Jengkoang awal Februari lalu.
Tujuan program alih komoditas tersebut untuk mengangkat kesejahteraan petani dan bagian melestarikan kawasan hutan. Tanaman yang diusulkan yakni kopi sebagai pengganti tanaman sayur mayur.
Pada kesempatan itu, Aries bertemu dengan para petani untuk mensosialisasikan alih komoditas penyanggah hutan di Bukit Jengkoang. Ia menyampaikan bahwa harga sayur mayur kerap fluktuatif. Berbanding terbalik dengan tanaman kopi yang cenderung stabil. “Pertemuan ini adalah wujud dari keinginan baik kami untuk meningkatkan taraf hidup petani hutan. Karena menanam tanaman yang memiliki harga pasti. Terlebih kebutuhan kopi di Kota Batu luar biasa,” terangnya.
Sosialisasi diikuti para petani hutan yang akrab dijuluki petani pesanggem. Program alih komoditas tanaman pertanian ini dalam rangka pembangunan kawasan pedesaan. Agar program tersebut maksimal, Pemkot Batu akan memberikan pendampingan dan penguatan melalui bantuan modal dan jaring sosial.
“Setelah sosialisasi, pemerintah tidak akan lepas tangan. Pemkot Batu akan terus melakukan penguatan, pendampingan budidaya hingga pendampingan pemasaran. Jika ada kendala segera laporkan kami dan akan segera ditindaklanjuti. Pemkot Batu akan terus memantau perkembangannya,” jelasnya.
Ditambahkan Wahyu Eko, owner Kalamakara selaku penggiat pengolahan kopi menjelaskan jika kebutuhan pasar biji kopi sangat tinggi dibanding persediaan. Diungkapnya bahwa kebutuhan biji kopi 2022 mencapai 3 ton setahun. “Namun ketersediaan biji kopi mentah masih sekitar 1,2 ton sampai 1,3 ton setahun. Sulitnya kebutuhan biji kopi membuat dirinya mendatangkan biji kopi dari luar Batu. Oleh karena itu pertanian kopi sangat menguntungkan dan terbukti saya bertahan 10 tahun dalam bisnis pengolahan kopi,” pungkasnya. (eri/udi)