spot_img
Wednesday, February 5, 2025
spot_img

Pena de Portugal

Larisnya Bakwan Jagung dan Cerita Rudy Duncan

Berita Lainnya

Berita Terbaru

-Advertisement-

Menikmati kuliner, apalagi makanan khas  Indonesia sangat menyenangkan. Di Portugal kami baru saja berburu kuliner nusantara yang laris manis. Juga berjumpa chef asal Indonesia sekaligus YouTuber Rudy Duncan.

=======

Liburan kemanapun perginya, pasti tujuannya kuliner. Tinggal di manapun negaranya, pasti setiap weekend juga inginnya kuliner. Harus direm tidak setiap weeken. Supaya tidak rugi bandar nanti. Hohoho.

Tapi kalau ada berita  festival kuliner Indonesia, tanpa pikir panjang pasti gaspol langsung datang. Setiap hari memasak ala Indonesia, sesekali saja masak menu bule yang simple dengan khasnya cukup dengan bumbu garlic (bawang putih), salt (garam) dan pepper (lada). Kali ini ada festival bernama Mercado do Chef yang hanya diadakan satu hari. Bukan pada hari libur, melainkan hari jumat. Mendapatkan info dari salah satu teman yang berprofesi chef dan kebetulan membuka stan makanan Indonesia di Mercado do Chef. Rudy Duncan namanya. Cerita kali ini merupakan edisi spesial berbincang bersama Rudy dan keluarganya.

 “Guys, jangan lupa mampir yah!! Acara jualannya mulai dari jam 11.30 sampai jam 20.30 di Mercado de Benfica. Nanti gue jual sate khas Lombok,” begitu bunyi pesan text di WhatsApp Grup (WAG) kami. Dengan sigap langsung menjawab “siyaaap” begitu mendengar kata sate.

Sate merupakan menu favorit Zirco. Karena Zirco masih sekolah jadi meluncur ke Mercado de Benfica sekitar pukul 17.30 WET (Western European Time). Dari jemput pulang sekolah langsung ke sana tanpa pulang ke rumah dulu. Lokasi kuliner ini ada di Lisbon, sehingga memerlukan waktu perjalanan sekitar 30 menit kalau tidak macet dari Cascais, tempat tinggal kami. Karena hari itu adalah hari Jumat, maka jalanan menuju Lisbon sedikit macet.

Tiba di lokasi agak sedikit ragu-ragu, karena tempatnya seperti pasar tradisional. Bukan food stall ala festival. Dari pintu masuk sudah tercium bau ikan, jelas Zirco langsung protes. “Kok ngajak jalan-jalannya ke pasar sih mi? Beli satenya di sini? Aku mau satenya dibawa pulang, tidak dimakan di sini,” celoteh Zirco yang sangat panjang. Ternyata betul setelah memutari gedung pasar ini, acara kulinernya ada di dalamnya.

Ada enam stan yang mengikuti acara ini. Mereka merupakan satu komunitas. Semuanya chef, baik bekerja di restoran, membuka katering, ataupun menghandle private dining. Mereka adalah Chef Ricardo (Portugal), Chef Sophian (Malaysia), Chef Ploy (Thailand), Chef Rudy (Indonesia), Chef Zurath (India), dan Restaurante Pardal do Mercado (Portugal). Mereka meminjam beberapa stan di Mercado de Benfica. Kabarnya tidak ada biaya sewa stan. Alias gratisssss. Acara ini diselenggarakan hanya sehari, 3 Maret 2023. Terdapat dua sesi jualan. Sesi pertama pukul 11.30 – 14.00 dan sesi kedua pukul 16.00 – 20.00 WET.

Langsung mengunjugi stan Chef Rudy, namun shock karena tinggal tersedia enam biji bakwan jagung. Bertemu dengan teman di sana sebut saja namanya Cece Jenny. Dia bilang mau borong bakwan jagung tapi takut nanti saya tidak kebagian. Sebelum saya ada seorang bule warga lokal yang membeli satu bakwan jagung. Dan lima sisanya saya borong semua. Hahaha. Rudy bersama istrinya tercinta, Vera  menjaga stan  dari pagi. Mereka bercerita dalam kurang dalam waktu satu jam, semua sudah sold out di siang hari. Akhirnya harus segera balik ke rumah  mempersiapkan masakan untuk sore hari. Ternyata sudah langsung ludes lagi. Untung masih sempat kebagian nih.

 Rudy Hartawan menjual empat macam menu Indonesia. Bakwan sayur/perkedel sayur (1.5 Euro), bakwan jagung/perkedel jagung (1.5 Euro), sate ayam ala Lombok (3.5 Euro/5 tusuk) dan sate daging ala Lombok (4.5 Euro/tusuk). Saya bungkus dua porsi sate ayam dan satu  porsi sate daging. Zirco sedikit kaget karena kok bumbu satenya tidak cokelat pada umumnya yang sering dia makan. “Ini sate Lombok Zirco, beda sama sate ala Madura yang bumbu kacangnya cokelat pekat.” Meskipun begitu dia menikmati satu porsi lebih sendiri. Lahap dimakan dengan nasi hangat. Gorengan bakwan jagung tidak begitu suka. Ya sudah buat papi maminya saja.

 Masakan Chef Rudy benar-benar istimewa. Rasanya pun juara. Sungguh benar-benar membuat hati berbunga-bunga. Ditambah lagi lima bakwan jagung yang dibeli dikasih secara cuma-cuma. Masya Allah. Selain itu saya juga membeli satu dessert Pao de Indian dari Chef Zurath. Menurut saya rasanya manis dan ada sedikit rasa rempah-rempah tapi super light. Cream dessert yang creamy, dipadukan butiran kacang dan kismis serta ada topping rotinya membuat tampilannya cantik. Pertama kali bagi saya mencicipi dessert ala India.

Masih penasaran sama bakwan jagungnya kok bisa enak begini (maklum, saya kalau buat bakwan jagung rasanya kurang manteb, haha) ternyata saya dapat kesempatan lagi mencicipi bakwan jagung Chef Rudy. Hari esoknya kami bertamu ke rumah Chef Rudy, hanya untuk mengambil bakwan jagung. Gratis. “Sebelum beneran buka PO aku kasih gratis lagi, mumpung aku buat banyak,”  kata Rudy. Langsung meluncur ke rumahnya di area Benfica. Tak jauh dari tempat Mercado de Benfica.

Disambut hangat oleh Vera juga. Istri Rudy merupakan perempuan cantik asli Lisbon. Mereka bertemu di Lombok pada Juli 2017, memutuskan untuk serius, melanjutkan ke jenjang pernikahan, dan Alhamdulillah sudah dikaruniai satu anak laki-laki. Cakep sekali. Lorenzo namanya. Namun sayang saat kedatangan kami di rumahnya, Enzo sedang berada di rumah neneknya. Lain kali semoga cocok waktunya bermain bersama dua putra kami, DoubleZ.

Usut punya usut, ternyata latar belakang Chef Rudy yang belum mau dipanggil chef ini merintis karir di dunia kuliner sejak menginjakkan kaki di Lisbon. Saat tinggal di Lombok, dia hanya suka dan bisa masak. Pria berkelahiran tanggal 21 Januari ini tiba di Portugal sejak tahun 2019, 22 Juni persinya. Memutuskan hidup bersama keluarga kecilnya di sini. Pekerjaan pertama saat tiba di Lisbon menjadi Cook Helper. Hingga sekarang sudah nyaman bekerja di SHAKAR Brunch & Speciality Coffee. Tidak ada menu Indonesia di sana. hehe. Mau pindah tempat kerja belum sempat terpikirkan, karena lingkungan kerja, rekan, dan bosnya pun sangat ramah dan baik. Namun kalau ada tawaran yang lebih baik, Why Not? Nanti harus dipertimbangkan dengan sangat matang.

Vera sangat mendukung sekali profesi Rudy sekarang. Hingga H+1 acara mercado, mereka masih tidak menyangka bahwa seluruh masakan yang dibuat habis disapu bersih. Antusias pengunjung sangat besar. “Tiba-tiba sejak siang semua orang langsung berdatangan, entah itu hanya berbelanja atau khusus datang ke acara mercado. Area ini bukan tempat turis, bisa dipastikan bahwa kemungkinan besar ini semua adalah warga lokal,” cerita Vera.

“Sampai harus gerak cepat saat menyiapkan pesanan. Dokumen foto pribadi pun tidak ada, karena saat makanan disajikan semua pengunjung langsung berbaris rapi,” sambung Vera  antusias dengan Bahasa Inggris.

Komunikasi Rudy dan Vera sehari-hari menggunakan Bahasa Inggris. Rudy belajar Bahasa Portugis dari Enzo. Bahasa pertama Enzo tetap bahasa ibunya yaitu Portugis. Namun tetap sedikit-sedikit dikenalkan Inggris dan Indonesia.

Acara mercado ini rencana akan rutin diagendakan setiap sebulan sekali dengan menu berbeda-beda. Rudy akan mengenalkan masakan Indonesia. Dia punya harapan masakan Indonesia akan menjadi favorit dan terkenal di Portugal. Rasa masakan Indonesia dan Portugis yang hampir mirip, membuat warga lokal bisa menerima dan menyukainya. Masakan Indonesia yang lebih full flavor alias rasanya medok harus bisa dimodifikasi. Karena rata-rata bule tidak begitu suka pedas dan sensitif dengan rasa yang kuat.

“Aku dan keluarga kecil ku punya mimpi, aku ingin kedepannya bisa membuka restoran sendiri. Dengan masakan khas Indonesia. Sekarang aku mulai terlebih dahulu dengan mengikuti acara komunitas ini dan ingin sekali-kali membuka PO,” cerita Rudy.

“Sebenarnya ingin juga bisa membuka stan  di KBRI kalau ada acara kuliner. Namun benar-benar tidak sempat. Kerjaan sangat padat. Seminggu libur dua hari (Jumat dan Sabtu), buat konten video, bermain bersama anak selagi ada di rumah, dan juga sisanya dipakai untuk istirahat,” sambung Rudy.

Ternyata selain seorang Chef, Rudy juga seorang content creator. Dia aktif mengunggah video terbarunya di Channel Youtube Rudy Duncan dan Rudy in the Kitchen. Kedua nama ini juga bisa ditemukan di akun Instagramnya. @rudy.duncan_ dan @rudy.in_thekitchen.

“Awal mula buat video di YouTube hanya sekadar hobi. Aku senang buat video. Gak ada motivasi khusus. Yang penting bisa jadi kenangan sampai kapanpun. Saat pertama memulai buat video, bisa tiga video dalam satu minggu,” ceritanya.

Sekarang karena padatnya jadwal harian, seminggu sekali Rudy

usahakan rutin upload satu video. Karena hobi buat video, sampai seluruh videonya itu tanpa script.  

“Ngevlog random saja tapi aku sudah set mau tema apa yang ingin diperbincangkan. Untuk seluruh penikmat video ku di YouTube atau content di Instagram, aku berharap bisa menghibur kalian, bermanfaat, dan bisa mengambil sisi positif,”katanya.

Apalagi konten yang berhubungan dengan tinggal di Portugal. Mengenalkan ke penonton seperti apa hidup di luar negeri. Seperti video yang baru diupload yaitu terkait menikmati family time, jalan-jalan ke shopping mall. Belanja barang diskonan dan makan di foodcourt yang ada di mall. Selengkapnya tonton di Channel Rudy Duncan dan Rudy in the Kitchen.

 “Mas Rudy, lebih suka mana nih memasak jadi chef profesional sama jadi content creator?”  tanyaku to the point. “Jelas memasak. Cooking adalah passion, video adalah hobi,”  jawabnya dengan lantang. (opp/van)

-Advertisement-

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img