Oleh : Prof. Dr. H. Maskuri Bakri, M.Si
MALANG POSCO MEDIA – Kita perlu merenung secara mendalam betapa pentingnya arti Kitab Suci Al Qur’an bagi tatanan budaya dan peradaban manusia, dakwah Rasulullah Muhammad SAW, pernah menghasilkan generasi yang tidak pernah dikenal sebelumnya. Yaitu generasi para Sahabat, generasi yang memiliki ciri atau karakter tersendiri, berani dalam hal yang benar, jujur, ikhlas dalam berdakwah dan mempunyai pengaruh besar dalam sejarah Islam. Memang sepanjang sejarah selalu ada orang-orang besar, yang menghiasi lembaran-lembaran sejarah di muka bumi ini.
Mengapa generasi pertama dalam dakwah mempunyai karakter yang khas, karena mereka berinteraksi langsung dengan Rasulullah Muhammad SAW, yang menjadikan Al Qur’an sebagai sumber etika, akhlak, moral dan syari’at dalam segala aspek kehidupan. Seperti yang digambarkan oleh Sayyidah Aisyah RA, ketika ditanya tentang budi-pekerti Rasul Muhammad SAW, ia berkata: “Budi pekertinya adalah Al Qur’an.” Al Qur’an menjadi sumber inspirasi utama dan membimbing kehidupan, menjadi ukuran, dan dasar berpikirnya.
Generasi para Sahabat yang mendapatkan pendidikan langsung dari Rasulullah Muhammad SAW, merupakan generasi unik, betapa mereka menjadi penyebar Islam ke seluruh dunia. Mereka pula di saat bulan Ramadan berperang menaklukkan kafir Qurays, hanya dalam jumlah 300 Sahabat, melawan 1.000 pasukan Qurays, dan berhasil menaklukkan pusat peradaban jahiliyah, yaitu Makkah.
Fathul Makkah berlangsung di saat bulan Ramadan. Kemudian Makkah menjadi pusat peradaban tauhid, yang hanya menyembah Allah Azza Wa Jalla. Berhala-berhala yang menjadi pusat kesyirikan dibersihkan para Sahabat yang dipimpin langsung oleh Rasulullah Muhammad SAW. Tidak ada lagi kehidupan syirik yang menjadi ciri kehidupan kaum jahiliyah di sekitar Kakbah. Kemudian, semuanya menjadi menyembah Allah SWT semata-mata, yakni Rabbul ‘Alamin.
Ini merupakan bentuk kemenangan dari para generasi Qur’ani, yang dikenal dengan para Sahabat, dan yang hidup di bawah naungan Al Qur’an, mendasari kehidupan dengan Al Qur’an, dan menjadikan Al Qur’an sebagai manhaj hayah (rujukan hidup).
Kemenangan generasi Sahabat melawan kaum jahiliyah Makkah, menandakan adanya era baru dalam kehidupan umat manusia, yang sebelumnya dibelenggu peradaban jahiliyah yang menyembah berhala dan materialisme, dan telah membawa kesesatan bagi kehidupan manusia di Makkah.
Maka dari itu, Al Qur’an telah menciptakan sebuah kehidupan baru bagi bangsa-bangsa di dunia. Inilah warisan dari generasi Qur’ani yang langsung dididik oleh Rasulullah Muhammad SAW, yang bangkit melawan berbagai bentuk penyimpangan, kesesatan, dan kedurhakaan kepada Allah Rabbul Alamin.
Betapa generasi hasil didikan Rasulullah Muhammad SAW, mampu menjadi inspirasi bagi generasi-generasi berikutnya. Peradaban Islam yang dimotori generasi para sahabat saat itu mampu membentangkan sayap dakwah. Mulai dari Andalusia, Maghribi, Mesir, Asia Tengah, hingga India, perolehan kejayaan yang jauh lebih besar dibanding peradaban pendahulunya, Romawi maupun Persia.
Dalam waktu yang sangat singkat, 23 tahun yaitu 13 tahun di Makkah dan 10 tahun di Madinah. Rasulullah mencetak mereka sebagai generasi yang Allah ridha dan mereka pun ridha kepada-Nya.
Para sahabat bagaikan Al Qur’an berjalan karena senantiasa menjadikan Al Qur’an sebagai pedoman hidupnya. Jika Al Qur’an melarang mereka segera mereka tinggalkan, sebaliknya jika Al Qur’an memerintahkan mereka, segera mereka laksanakan dengan tetap memegang prinsip-prinsip Islam rahmatan lil’alamin. Yakni Islam adalah rahmat bagi alam semesta, dengan tetap saling hormat menghormati di tengah-tengah perbedaan; baik beda agama, adat istiadat, budaya, etnis, golongan, pemahaman, ekonomi, politik, dan lain sebagainya. Sehingga stabilitas kehidupan selalu rukun, aman dan sejahtera dengan menjunjung tinggi sifat-sifat kemanusiaan.
Role Model Generasi Qur’ani
Generasi Qurani adalah generasi yang menjadikan Al Qur’an sebagai pedoman hidup, meyakini kebenaran Al Quran, membaca, menghafal, memahami dengan benar dan baik, serta mengamalkannya dalam kehidupan yang nyata.
Generasi itulah yang menjadi idaman bagi umat Islam kapan dan di mana mereka hidup. Dengan Al Qur’an, Rasulullah Muhammad SAW berhasil mencetak umat yang kuat aqidahnya, benar ibadahnya, dan bagus akhlaknya serta tinggi budaya dan peradabannya, inilah generasi Qur’ani.
Oleh karenanya, maju mundurnya umat Islam sangat tergantung pada bagaimana ia menjadikan Al Qur’an dan al-Hadits sebagai tempat berunding dan berpijak dalam mengarahkan pola pikir, sikap dan perilakunya. Jika umat Islam benar-benar menjadikan Al Qur’an sebagai pedoman hidup, niscaya umat akan maju, cerdas, jaya dan sejahtera. Karena Al Qur’an akan membimbing dan mengarahkannya untuk mencapai kehidupan sukses, dan selamat dunia-akhirat.
Rasulullah Muhammad SAW dalam berdakwah selalu memiliki sikap inklusif (terbuka), dan memberikan keleluasaan kepada pengikutnya untuk berbudaya dan berperadaban, di dorong untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Buktinya Rasulullah Muhammad SAW memerintahkan kepada kaum muslimin untuk menuntut ilmu hingga negeri China. Karena China saat itu memiliki budaya dan peradaban yang sangat tinggi, dan sedang berada dalam masa-masa puncak kejayaannya.
Di sini, Islam dapat menjelma menjadi entitas peradaban baru karena inklusifitasnya dalam mengembangkan kajian-kajian keilmuan menembus berbagai budaya dan peradaban untuk kelangsungan kehidupan manusia hingga di era global.
Ajaran Islam mampu beradaptasi dalam situasi apapun, karena itu dakwah Islam selalu mendapat kemudahan dan mudah diterima oleh kalangan manapun. Sehingga Islam dapat membebaskan umat manusia dari segala bentuk penghambaan terhadap sesama makhluk yang kemudian berpaling untuk menghambakan kepada Allah SWT.
Rasulullah Muhammad SAW menjadi role model dalam membangun generasi yang dapat menjadi suri tauladan bagi seluruh umat manusia, yang dilandasi nilai-nilai kemuliaan yang terkandung di dalam Al Qur’an dan as-Sunnah. Yakni sikap tasamuh (bersikap moderat), tawazun (bersikap harmoni), tasamuh (bersikap toleran), ‘adalah (bersikap dan berpikir proporsional), amar ma’ruf nahi munkar yang dilaksanakan secara istiqomah (ajek) yang dilandasi dengan trilogi kehidupan, yakni keikhlasan, kejujuran, dan kerukunan.(*)