Dari sederet maestro pelukis di Indonesia, Jupri Abdullah salah satu pelukis dengan karya-karya hebat. Karena karyanya, sejumlah tokoh mengenalnya. Seperti Presiden RI Joko Widodo, Raja Salman dan Barrack Obama. Selain itu Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, Sandiaga Uno, Jusuf Kalla.
====
Jupri membuat lukisan wajah tokoh-tokoh itu dengan sentuhan gaya pop art. Warga Perumahan Candirenggo Kecamatan Singosari Kabupaten Malang itu pun juga dikenal punya ide-ide brilian dan sensasional.
Jupri merupakan salah satu pelukis yang pertama menekuni lukisan mini atau lukisan mikro di Indonesia. Ukurannya sangat kecil. Mulai dari 5×6 sentimeter, hingga terkecil 0,5 x 0,5 milimeter. Hebatnya, lukisan mungil itu bisa laku terjual hingga ratusan juta rupiah. Misalnya seperti lukisan wajah mantan Presiden Amerika Serikat Barrack Obama yang diberi judul Antara Istana Negara, Jakarta dan Gedung Putih laku seharga Rp 400 jutaan.
Lukisan Barack Obama itu dicari Konjen Amerika Serikat setelah diberitakan media. “Saat Obama datang langsung dikasihkan. Saya dipanggil secara khusus, dan ketika Obama pertama pidato itu menyebut nama saya menyampaikan terima kasih karena melukis wajahnya,” kenang Jupri.
“Sedangkan lukisan gambar wajah Raja Salman ukuran 3×4 sentimeter, dikoleksi beliau ketika datang ke Indonesia. Harganya senilai Rp 200 juta,” sambungnya.
Dikatakan Jupri, untuk membuat lukisan mini memang bukan perkara gampang. Meski bahan yang digunakan lebih sedikit. Namun dalam prosesnya membutuhkan tenaga, kemampuan dan waktu ekstra.
Untuk ukuran sekitar 5 sentimeter memang masih bisa menggunakan kuas kecil. Namun ukuran lebih kecil lagi, tidak ada kuas lagi yang bisa digunakan untuk melukis. Karena itu ia harus menajamkan kreativitasnya untuk mewujudkan karyanya. Saat itu, dia melukis tulisan kaligrafi Arab bertuliskan ‘Bismillah’.
“Jadi ya bikinnya dengan sehelai rambut untuk yang ukuran paling kecil. Medianya tetap dengan kanvas. Ya memang harus memelototi, mata harus kuat,” tukasnya.
Atas keberhasilannya melukis ukuran terkecil itu, Jupri memecahkan rekor sebagai pelukis kaligrafi terkecil dengan ukuran 0,5 sentimeter x 0,5 sentimeter oleh Museum Rekor Indonesia (MURI) pada Mei 2003 lalu. Untuk menikmati karyanya yang mini itu, perlu menggunakan sebuah kaca pembesar.
Tidak hanya lukisan mini saja, pria kelahiran Pasuruan ini juga dikenal sebagai pelukis dengan lukisan terbesar. Tepatnya ketika HUT ke-19 Kota Batu pada 2020 lalu. Ia membuat lukisan sebesar 3 meter x 20 meter dan dinobatkan sebagai lukisan terbesar di Indonesia pada kain kanvas utuh oleh Lembaga Prestasi Indonesia Dunia (Leprid) 2020.
“Semua konteks lukisan saya kerjakan. Mini, standar maupun yang besar. Sehingga kolektor saya banyak. Yang mini saja banyak, apalagi yang standar. Cuma yang mengkoleksi besar saja yang belum ada, karena ukurannya sebesar stadion jadi harus punya galeri yang besar,” ungkap pria berusia 63 tahun ini.
“Lukisan besar saya pernah ada yang saya pasang harga itu Rp 10 miliar tapi belum terjual. Lukisan besar yang sudah terjual, seharga Rp 200 juta untuk ukuran 1 meter x 2 meter. Itu lukisan abstrak,” sambung suami dari Artje Ronalda, cucu pelukis ternama Karyono YS ini.
Begitu juga untuk lukisan berukuran standar, karya Jupri sangat banyak diminati. Hingga saat ini, lukisan termahal karya Jupri laku di harga Rp 500 juta yang dibeli oleh seorang kolektor. Yakni lukisan wajah Presiden RI Joko Widodo.
Ia mengatakan, keberhasilannya mengenal banyak tokoh-tokoh itu tidak lepas dari pengalamannya. Jupri yang menjadi pelukis profesional pada tahun 1990 menambah relasi dan jejaringnya dengan menjadi seorang jurnalis. Ia tekuni profesi itu hingga sekitar tahun 1997 dan beralih menekuni produksi film.
Di dunia perfilman itu, relasi dan kenalan Jupri makin luas. Sederet artis papan atas Indonesia kala itu, penggarapan film dan video klipnya pernah dilakukan oleh Jupri. Misalnya seperti video klip musik dari Rhoma Irama, Meggy Z, Mansur S hingga Nike Ardila.
“Menjadi jurnalis itu jembatan bagi saya untuk mengenal banyak orang. Lalu karena saya dulu sering liputan film, saya juga banyak kenal dengan sutradara. Akhirnya saya terjun di dunia film karena punya latar pendidikan di film juga sebenarnya,” ungkap alumnus D3 Sinematografi di salah satu perguruan tinggi di Jakarta ini.
Meski sudah banyak capaian yang sukses diraih, Jupri masih memiliki mimpi dan cita-cita yang belum terwujud. Ia ingin membuat lukisan abstrak terbesar dunia pada tahun 2024 nanti. Selain itu Jupri juga ingin membangun sebuah museum abstrak di Malang. Sebab, meski lebih dikenal sebagai pelukis pop art, Jupri sebenarnya merasa lebih nyaman dengan lukisan abstrak.
Terlepas dari itu, ia sangat mensyukuri capaiannya. Jupri berpesan kepada pelukis lain seperti dirinya agar bisa memperbanyak relasi. Tujuannya agar makin banyak orang yang bisa menikmati karya lukisnya.
“Pelukis itu harus punya keberanian dan berniat tinggi. Harus membangun jaringan baik dengan tokoh, pejabat maupun pengusaha. Harus membangun pasar sendiri, secara otomatis galeri nanti akan mengikuti sehingga bisa tercapai secara ekonomi dan popularitas. Apalagi medsos sekarang gampang. Jangan ala kadarnya dan harus peka dengan sensasi,” pungkasnya. (ian nurmajidi umar/van)