.
Sunday, December 15, 2024

Mahasiswa Arsitektur ITN Malang

Raih Bronze Medal AYDA Indonesia Awards 2023

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA, MALANG –  Mahasiswa Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang, meraih bronze medal, Architecture Category, Asia Young Design Award (AYDA) Indonesia Awards 2022/23. Prestasi tersebut diraih Muhammad Khafid Kadafi Mahasiswa Arsitektur ITN Malang, beberapa waktu yang lalu.

Kompetisi AYDA Indonesia Awards tahun ini mengambil tema Converge Pushing the Reset Button. Para peserta ditantang untuk merancang sebuah bangunan tanpa merusak alam. “Sehingga  hubungan yang selaras antara manusia dan alam untuk hidup berdampingan terjaga,” katanya.

Khafid meraih  bronze medal dengan mengangkat tema Sustainable Architecture, berjudul ‘Desa Eduwisata Sumberejo’. Ajang penghargaan Nippon Paint ini sekaligus mendorong mahasiswa mendalami trend kebutuhan masyarakat secara global.

Sehingga, mahasiswa termotivasi meningkatkan kemampuan dan daya saing untuk berkompetisi di kancah internasional. Seluruh pemenang AYDA mendapat apresiasi berupa uang tunai dan kesempatan magang.

Kompetisi dengan mahasiswa terbaik di bidangnya menjadi pengalaman tersendiri bagi Khafid. Apalagi mahasiswa asal Maumere, NTT ini pada kategori arsitektur harus berhadapan dengan empat finalis dari UGM. Masing-masing finalis harus melewati sesi presentasi 15 menit, dilanjutkan dengan sesi QnA 15 menit, dan sesi awarding pada akhir acara.

“Rasanya bersemangat dan sangat senang, karena bisa bertemu dengan mahasiswa berbeda asal, beda kampus, serta beda pemikiran,” ujarnya saat dihubungi lewat sambungan whatsapp.

Dalam desainnya Khafid mengangkat Desa Eduwisata Sumberejo sebagai desa wisata perkebunan berbasis edukasi. Sehingga pengunjung tidak hanya mendapatkan kebahagiaan psikis tetapi juga ilmu mengenai perkebunan. Ini sejalan dengan isu Pemerintah Kota Batu yang ingin menjadikan Kota Batu sebagai Kawasan Agropolitan.

Sustainable Architecture yang ia garap menitikberatkan pada tiga aspek, yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan. Ketiga aspek ini merupakan solusi dari isu permasalahan, serta potensi yang ada di Desa Sumberejo. Dengan demikian, akan tercipta desa eduwisata yang dapat meningkatkan nilai ekonomi masyarakat sekitar Sumberejo, namun dalam penerapannya tetap mempertimbangkan nilai sosial serta menjaga lingkungan.

“Konsepnya adalah menciptakan desa wisata perkebunan berbasis edukasi, yang menyajikan pengalaman wisata yang bernilai edukasi. Pengunjung tidak hanya mendapatkan kebahagiaan psikis tetapi juga ilmu mengenai perkebunan,” lanjutnya.

Uniknya, Khafid merancang sebuah konsep rancangan berupa link bridge, yang merupakan penghubung antara manusia-bangunan dan sesama manusia. Link bridge merupakan jalur sirkulasi berbentuk panggung sehingga dapat menghubungkan bangunan satu dan bangunan lainnya. Sebagai ruang interaksi, link bridge berfungsi juga sebagai ruang interaksi bagi sesama pengunjung maupun bersama petani.

“Dengan adanya kompetisi seperti AYDA kami dapat memacu diri untuk terus berkembang. Mengasah dan mengembangkan kemampuan desain maupun berpikir dari segi konsep, penyelesaian masalah, hingga mengembangkan potensi yang berdampak bagi banyak orang,” tandasnya. (imm/bua)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img