Panggilan Kemanusiaan
Malang Posco Media-Masih sebagai mahasiswa tapi sudah berbuat banyak. Amira Syafana mengajar di pelosok. Ia membiayai sendiri kegiatannya. Itu karena panggilan kemanusiaan.
=======
MALANG POSCO MEDIA-Amira Syafana memilih jalan berbeda dibanding teman-teman seusianya. Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini sempatkan waktu mengabdi di wilayah pelosok secara mandiri.
Itu karena panggilan kemanusiaan. Ia makin kuat di jalan pilihannya karena dimotivasi sang ibu. Amira berasal dari Balikpapan, Kalimantan Timur.
Dia mengabdi menjadi guru di sejumlah tempat. Di mulai tahun 2021 menjadi guru di SD Filial Penajam. Lokasinya di perbatasan antara Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) dan Kabupaten Kutai Barat (Kubar), Kalimantan Timur.
Sekolah filial merupakan sekolah kelas jauh. Sekolah tersebut didirikan di luar sekolah induk. Alasannya karena akses jauh menuju sekolah induk. Di sekolah ini, Amira mengabdi selama dua pekan.
Awal tahun 2023, ia kembali mengajar di sekolah yang jauh. Yakni mengajar di SDN 035 Penajam di Kecamatan Penajam Kabupaten Penajam Paser Utara Kalimantan Timur. Di ini mengajar selama
tiga minggu.
Tak mudah datang ke tempat pengabdiannya itu. Menempuh perjalanan berjam-jam menggunakan perahu. “Yang menggerakan saya rasa kemanusiaan. Melihat masih banyak anak-anak di luar sana yang minim pendidikan. Saya tergerak menjelajahi wilayah terpecil dan berbagi ilmu di sana,” kata Amira.
Menurut dia, pedalaman Kalimantan masih belum banyak tersentuh. Apalagi di sektor pendidikan. “Saya memulai dari daerah di mana saya dilahirkan,” kata mahasiswa jurusan PGSD UMM itu.
Menurutnya wilayah Terpinggirkan, Tertinggal dan Terpelosok (3T) belum diperhatikan secara maksimal. Masih butuh sentuhan anak muda.
“Pendanaan dan keperluan lainnya dari saya sendiri. Saya ikhlas membantu mereka, walaupun tidak banyak. Tapi semoga saja sedikit ilmu dapat mengubah masa depan anak-anak Indonesia,” katanya.
Kondisi sekolah di wilayah pengabdian tak akan terlupakan oleh Amira. Awal ke sana ia melihat sendiri bangunan sekolah masih menyerupai gubuk dengan dinding anyaman. “Ini membuat saya tertegun, pendidikan di Indonesia masih sangat jauh dari kata layak. Khususnya di wilayah 3T ini,” kata dia.
Akses ke sekolah yang terbilang jauh dan medan yang sulit menjadi salah satu penyebab banyaknya anak-anak putus sekolah. Amira berencana terus melanjutkan pengabdiannya sembari menyelesaikan tugas akhirnya sebagai Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
“Rencana ke depannya akan menjelajahi Madura, meskipun bisa dibilang tidak terlalu jauh dari pusat kota di Jawa Timur. Saya lihat dari segi pendidikan masih ada yang perlu dilakukan,” tutur Amira. (adm/van)