Renjana ramadan kita adalah frasa yang saya kutip dari karya Astri Katrini Alafta yang ditulis dalam Majalah Mata Air (2023). Frasa yang saya pikir mewakili rasa hati kita, para muslim dan mukmin, ketika ramadan sudah menyapa. Renjana adalah rasa hati yang kuat untuk sebuah perasaan seperti rindu, cinta kasih, dan sebagainya (kbbi.web.id). Sebagian juga mengartikan renjana sebagai perpaduan antara rindu dan cinta kasih.
Tentu saja rindu dan cinta kasih ini, adalah dalam konteks kebahagiaan menjumpai bulan ramadan. Sebagaimana kita semua merasakan, siang dan malam hari ketika ramadan betul-betul menghadirkan suasana yang berbeda. Baik di rumah, di sekolah, di tempat bekerja, di jalan raya, jalan kampung, lebih-lebih di masjid dan mushola. Rumah dan tempat ibadah terasa lebih hidup, karena hampir sepanjang waktu diisi dengan kegiatan yang bernilai pahala. Atmosfir yang berbeda inilah, yang menyebabkan kita selalu menanti dan merindu saat-saat ramadan seperti sekarang.
Renjana ramadan dapat menjadi bukti adanya keimanan yang melekat pada diri umat muslim. Sebagaimana telah Allah firmankan dalam Al-Qur’an Surat Maryam:96. “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam hati mereka rasa kasih sayang.” (Pirol & Mutakabbir, 2022). Begitulah salah satu ciri seorang mukmin, yang dalam hatinya sudah tertanam rasa cinta dan rindu terhadap bulan suci.
Vibes Ramadan
Tidak dapat dipungkiri, bahwa kehadiran ramadan selalu membawa atmosfir yang berbeda. Atmosfir yang berbeda di bulan ramadan, dalam bahasa anak muda dapat disebut vibes ramadan. Vibes ramadan dirasakan sebagai atmosfir positif yang mengiringi ramadan sehingga melingkupi diri dan hati umat muslim untuk senantiasa berpikir positif, berjiwa positif dan berkarya positif. Berpikir dan berjiwa positif adalah landasan hidup yang penuh dengan keberkahan (Daniel Nugroho, 2019).
Terlebih saat bulan ramadan, tentu semua energi yang dikeluarkan untuk memenuhi catatan kebaikan bermuara dari pikiran yang positif. Berpikir yang positif juga merupakan vibes yang harus selalu dibangun, agar setiap aktivitas akan mengalirkan keberkahan dan kenyamanan hati.
Vibes dalam keseharian ramadan, terasa dalam perubahan ritme aktivitas sehari-hari. Sejak pagi buta, hingga malam, satu per satu kegiatan yang kita lakukan terasa teratur dan mengikuti panduan daily activities yang rapi. Memang terasa lebih padat, namun kita semua bahagia dan melakukan dengan suka cita.
Pergeseran daily activities inilah yang tidak kita jumpai di bulan-bulan lainnya. Bukan hanya pada konteks daily activities ramadan, atmosfir berbeda juga kita rasakan ketika keluar dari area rutinitas rumah, ibadah dan pekerjaan, namun ruang-ruang publik di sekitar kita, juga membawa vibes yang berbeda.
Dapat kita lihat betapa acara bukber dan ngabuburit menjadi salah satu yang menyenangkan saat bulan puasa. Belum lagi acara bazar takjil, berdonasi dan berbagi seperti jamur yang tumbuh subur selepas hujan. Masing-masing acara boleh diukur dengan kacamata kebaikan dan kebermanfaatan.
Rencana dan Target Ramadan
Memanfaatkan momentum bulan ramadan secara optimal adalah menjadi dambaan umat muslim. Agar bulan istimewa dapat dilalui dengan optimal dan sesuai harapan, mungkin perlu adanya perencanaan. Perencanaan atau planning atas ramadan kita, akan menjadi peta jalan yang akan menuntun pada catatan-catatan kebaikan di bulan ramadan.
Apakah setiap muslim perlu membuat planning ramadan? Pertanyaan ini dapat dijawab oleh pribadi masing-masing. Semua jawaban kembali pada bagaimana setiap pribadi akan menyikapi. Tidak ada kewajiban untuk merencanakan amalan ramadan, setiap pribadi tentu saja boleh mengerjakan amalan apapun yang sesuai syariat tanpa perlu direncanakan.
Tetapi bila ramadan dilihat dari sudut pandang pendidikan, maka setiap muslim diberi kesempatan oleh Allah untuk mengikuti ritme belajar selama bulan ramadan. Hasil berlatih dan belajar di bulan ramadan tentu perlu dievaluasi oleh pribadi masing-masing.
Berangkat dari spirit belajar itulah, maka planning ramadan dapat menjadi panduan atas target-target peningkatan yang diharapkan. Di samping itu, merencanakan amalan kebaikan dapat disamartikan dengan meniatkan kebaikan.
Sedangkan setiap kebaikan, walaupun masih sebatas niat, Allah sudah mencatat sebagai pahala. Terlebih di bulan Ramadan, Allah menjanjikan pahala tak terhingga, maka tidak ada ruginya jika kita merencanakan amalan-amalan di bulan ramadan.
Membuat perencanaan mungkin dapat menjadi sesuatu yang sulit, sehingga lebih memilih tanpa rencana dan insidental saja. Tetapi sebetulnya ada cara yang mudah untuk memulai sebuah rencana, yaitu dengan mengevaluasi aktivitas tahun sebelumnya.
Sebuah refleksi diri pada ramadan sebelumnya, akan memunculkan poin-poin evaluasi, yang dapat dimasukkan sebagai daftar rencana. Sebagai contoh, bagaimana puasa, tadarrus, zakat, infaq, sedekah atau amalan lain kita sudah memberi dampak pada perubahan diri dalam takaran yang lebih baik saat ini? atau tidak lebih baik dari sebelumnya. Pertanyaan ini sesungguhnya dapat kita temukan sendiri jawabannya. Maka apabila ramadan tahun sebelumnya belum sesuai harapan, mungkin ada amalan-amalan yang terlewatkan. Seorang muslim yang beruntung, akan memanfaatkan ramadan tahun ini dengan aktivitas dan amalan yang lebih bermakna, utamanya untuk melakukan perubahan perubahan.
Sebagai seorang muslim, tentu kita selalu meyakini bahwa melakukan perubahan untuk yang lebih baik, adalah bagian dari keberuntungan. Sebagaimana hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, “Siapa orang yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka ia orang yang beruntung, dan siapa orangnya yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia orang yang rugi, dan siapa orangnya yang hari ini lebih buruk dari kemarin, maka ia orang yang celaka.” (Aeni Rahmawati, 2022).
Oleh karena Islam selalu mengajarkan pada setiap muslim untuk selalu bermuhasabah dan mengevaluasi diri. Muhasabah diri akan mengantarkan pada niat baik untuk perbaikan dan perubahan.
Setiap diri berhak memiliki rencana dan target ibadah ramadan yang berbeda. Dimulai dari yang terdekat dan lingkup terkecil, yaitu keluarga, target ibadah ramadan dapat dibuat. Seperti sholat tahajud berjamaah, menghatamkan Al Qur’an bersama, berbagi takjil mingguan atau amalan lain dapat dilakukan bersama keluarga.
Target ibadah yang dapat diukur dan dapat dicapai bersama keluarga akan membawa kesuksesan melewati hari demi hari di bulan puasa. Tidak akan kita sibuk dengan amalan tidak berguna, namun sebaliknya, kita dapat berfokus dengan rencana dan target ibadah kita, amalan kita yang belum tuntas di ramadan sebelumnya.
Begitu besar Rahmat yang dilimpahkan Allah di bulan ramadan ini. Sehingga sangat sayang apabila dilewatkan begitu saja. Bulan ramadan saya ibaratkan sebagai tempat yang lembab untuk jamur-jamur kebaikan akan bertumbuh. Mari menjadi pribadi yang terpilih, untuk menuai keberuntungan dengan menyemai jamur-jamur kebaikan. Selamat menunaikan ibadah puasa.(*)
-Advertisement-.