MALANG POSCO MEDIA– Setelah nama Calon Jamaah Haji (CJH) yang berhak lunas dan akan berangkat tahun ini diumumkan, para CJH langsung menjalani tahap selanjutnya. Yakni perekaman visa biometrik atau Bio-Visa melalui aplikasi Saudi Visa Bio. Perekaman itu dilakukan di Kantor Kemenag Kota Malang.
Saat perekaman ditemukan beberapa kendala yang dihadapi CJH. Seperti yang dialami Suwarti, warga asal Sumpil Kelurahan Purwodadi Kecamatan Blimbing Kota Malang. Ia sudah dua hari ini mencoba melakukan perekaman visa biometrik namun tetap gagal.
“Kemarin sudah dua jam, kesulitannya di sidik jari, cuma muter di aplikasinya. Hari ini ke sini lagi, mencoba lagi. Yang hari ini tadi sampai tujuh kali (dicoba) dari jam 8 pagi kurang sudah di sini, tapi tetap nggak bisa. Sama bapaknya (suaminya, red) juga sama,” ungkap Suwarti, kemarin.
Kepala Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama Kota Malang H Mukhlis menjelaskan perekaman visa biometrik sudah berjalan selama empat hari sejak Senin (27/3). Perekaman visa biometrik meliputi perekaman wajah, sidik 10 jari hingga data paspor masing masing CJH.
Dengan visa biometrik, CJH nantinya tidak perlu mengantre lama ketika di bandara (fast-track). Perekaman ini juga diwajibkan bagi seluruh CJH. Namun begitu pelaksanaannya ternyata memang ada beberapa kendala.
“Permasalahan yang ada, itu ada orang yang sidik jarinya halus. Kemarin ada empat jamaah, pasangan suami istri, sangat halus (sidik jarinya) tidak bisa terekam dengan spek HP yang sementara kami miliki. Nanti ada solusi dari pemerintah, orang yang jarinya patah atau tidak bisa terekam, nanti minta surat keterangan dokter (dari RSUD Kota Malang) bahwa sidik jarinya tidak bisa kerekam,” jelas Mukhlis.
Untuk merekam sidik jari dengan baik, membutuhkan spesifikasi kamera yang tinggi. Apabila kamera HP spesifikasinya rendah, maka kemungkinan besar akan gagal. Koneksi jaringan juga harus bagus dan stabil.
Ia mengatakan untuk masalah peralatan ini pihaknya juga rencananya akan mendapat dropping alat rekam sidik jari dari pusat. Kini masih menunggu informasi lebih lanjut.
Perekaman visa biometrik dengan HP juga membutuhkan fitur infra merah agar biometrik terekam dengan baik. Atau bisa juga menggunakan perekam sidik jari khusus yang harus dikoneksikan dengan aplikasi Saudi Visa Bio.
Namun saat ini di Kemenag Kota Malang ketersediaan alat juga masih terbatas. Hanya ada dua alat berupa HP yang mumpuni dan dua petugas khusus. Apalagi untuk merekam satu CJH, ternyata butuh waktu lama karena seringkali gagal dalam prosesnya. Akhirnya, Kemenag berupaya menambah petugas dari relawan sehingga saat ini menjadi enam petugas.
Ini menjadi tantangan tersendiri sebab jumlah CJH asal Kota Malang yang berangkat tahun ini sejumlah 1.093 CJH. “Kendala di samping usia sepuh dan jari sudah tidak bisa terdeteksi, kedua adalah antara pakaian yang dipakai ketika pasporing dan ketika foto (visa biometrik) itu menjadi masalah,” katanya.
“Mungkin karena kurang canggihnya alat. Kalau alatnya canggih kan yang penting retina mata sama alis terdeteksi, bukan kerudungnya. Tapi ternyata di lapangan, berdasarkan informasi dari teman-teman, yang di paspor dan foto kerudungnya tidak sama, tidak sedikit menjadi kendala,” sambung Mukhlis.
Untuk tahap awal ini CJH yang menjalani perekaman visa biometrik adalah CJH yang lunas tunda tahun 2020 lalu atau sekitar 400-an CJH. Selanjutnya akan bertahap dilakukan kepada seluruh CJH hingga setelah Hari Raya Idul Fitri.
Hampir sepekan perekaman visa biometrik ini, sedikitnya sudah ada sekitar 40 CJH yang sudah berhasil melakukannya. Dengan tambahan petugas dari relawan, ia menarget per hari sedikitnya ada 20 CJH melakukan perekaman visa biometrik. Bahkan untuk percepatan, ia menyebut bisa saja dilakukan perekaman hingga malam hari.
Selanjutnya Mukhlis akan segera berkomunikasi dengan beberapa biro umrah yang kebetulan termasuk dalam kelompok bimbingan haji. “Ada empat kelompok bimbingan yang punya alat tapi kami belum komunikasi. Kalau punya alat akan lebih cepat,” pungkasnya. (ian/van)