MALANG POSCO MEDIA-Pemda di Malang Raya harusnya ketat mencegah makanan dan minuman berbahan boraks, formalin maupun rhodamin. Apalagi secara kasat mata sulit diketahui. (baca grafis).
Dosen Program Studi Profesi Dietisien, Departemen Gizi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Brawijaya (UB) Yosfi Rahmi, S.Gz., M.Sc mengatakan, boraks, formalin dan rhodamin sangat mudah didapatkan di toko bahan kimia. Harganya sangat murah.
Diberitakan sebelumnya, Komisi IX DPR RI menemukan sejumlah bahan makanan mengandung boraks, formalin dan rhodamin di Pasar Singosari.
Sementara di sisi lain, pelaku usaha yang tidak bertanggung jawab memanfaatkan ketiga bahan itu sebagai pengawet dan pewarna makanan.
Lebih lanjut Yosfi menjelaskan efek penggunaan boraks, formalin dan rhodamin akan terasa jika dikonsumsi terus menerus atau jangka panjang. Beberapa efek dari penggunaan boraks yakni gangguan fungsi otak, hati dan juga fungsi ginjal.
Sedangkan efek dari penggunaan formalin dalam dosis besar bisa menyebabkan iritasi lambung, kanker dan kematian. “Begitu juga dengan rhodamin, dalam jangka panjang dapat menimbulkan kerusakan hati hingga kanker hati,” bebernya.
Dia mengungkapkan, boraks biasa ditemukan pada bahan makanan seperti bakso, cilok, kerupuk puli, dan roti. Formalin biasa ditemukan pada bahan makanan segar seperti ikan, tahu, mie basah dan ikan-ikan kering. Sedangkan rhodamin bisa saja ditemukan pada bahan yang membutuhkan warna merah seperti saos, kue basah warna merah dan lain-lan.
Yosfi menuturkan, bahan makanan ataupun makanan yang mengandung boraks dan formalin secara kasat mata sulit untuk diketahui. Namun untuk produk bakso dapat diketahui dari bakso yang lebih kenyal, tidak berbau amis dan berwarna lebih pucat serta tidak mudah basi.
“Ketidakberadaan lalat di sekitar bahan atau makanan juga bisa menjadi pertanda bahwa bahan makanan atau makanan tersebut mengandung boraks dan formalin. Termasuk kucing yang sangat suka ikan, terus tidak mau memakan ikannya, pertanda bahwa ikan tersebut mengandung formalin,” terangnya.
Sedangkan untuk mengenali penggunaan rhodamin, kata Yosfi, lebih mudah dilakukan. Karena warnanya yang sangat mencolok pada makanan. “Sehingga jika warna merah dari makanan terlalu mencolok, cerah atau terang, sebaiknya tidak dibeli,” kata dia.
Yosfi juga memberikan kiat atau cara supaya terhindar atau mengurangi kadar boraks dan formalin. Pertama jika ada tanda yang mencurigakan sebaiknya bahan makanan atau makanan tersebut tidak digunakan. Sedangkan untuk beberapa bahan seperti ikan segar, dicuci dengan air mengalir supaya boraks dan formalin hilang. “Kalau masak mie harus direbus. Dan air rebusannya dibuang, jangan dipakai,” pesannya.
Sementara itu Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskopindag) Kota Malang belum menemukan adanya kandungan atau zat berbahaya pada jajanan atau makanan dan minuman yang dijual. Terutama saat maraknya pasar takjil Ramadan.
Ini dijelaskan Kadiskopindag Kota Malang Eko Sri Yuliadi saat dimintai tanggapan soal adanya kandungan berbahaya ditemukan pada makanan dan minuman.
“Kami sudah turunkan tim sejak hari pertama puasa, mulai pasar tradisional dan pasar takjil kami awasi. Ada beberapa yang kami periksa. Alhamdulillah belum ada temuan kandungan berbahaya,” jelas Eko Sya sapaan akrabnya.
Eko menjelaskan beberapa pasa-pasar rakyat seperti Pasar Oro-Oro Dowo, Pasar Besar Malang hingga Pasar Klojen merupakan lokasi pemantaua. Sementara pasar takjil Ramadan yang juga diawasi peredaran makanan dan minumnya dipusatkan di kawasan pasar takjil Sawojajar dan Sulfat.
Sasaran berikutnya pasar rakyat lainnya, seperti Pasar Blimbing yang ramai dan Pasar Induk Gadang. “Untuk pasar takjil kami akan lihat ke kawasan Soekarno Hatta,” tegas Eko.
Sedangkan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang tidak bisa berbuat banyak untuk melakukan pengawasan makanan dan minuman. Pasalnya tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, tahun ini Dinkes Kota Malang tidak menganggarkan pengadaan alat uji coba atau tes kandungan mamin yang beredar.
Itu diungkapkan Kabid Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular Dinkes Kota Malang Meifta Eti Winindar SST MM.
“Tahun ini kami tidak anggarkan untuk pengadaan reagen (alat pemeriksa/tes kandungan zat). Jadi tidak ada pemeriksaan atau tes sample untuk jajan atau mamin dalam waktu dekat ini,” tegas Miefta saat dikonfirmasi kemarin.
Meski begitu ia menjelaskan sebelumnya sudah memastikan beberapa lokasi pasar atau sentra kuliner telah dilakukan uji pemeriksaan kandungan. Seperti Sentra Kuliner Sriwijaya dan sentra kuliner di kawasan Museum Brawijaya.
Kepala Diskoperindag Kota Batu Eko Suhartono mengatakan telah menggelar sidak pasar. Tujuannya mencegah penimbunan sembako, melonjaknya harga hingga adanya makanan yang dicampur formalin.
“Dari hasil sidak pasar pekan lalu untuk Kota Batu belum ditemukan tiga hal tersebut. Baik penimbunan sembako maupun makanan yang dicampur formalin. Hanya saja ada beberapa sembako yang harganya naik,” jelas Eko kepada Malang Posco Media.
Ia menerangkan khususnya untuk mengantisipasi adanya produk makanan yang bercampur formalin pihaknya telah bekerjasama dengan BBPOM. Hal itu dilakukan untuk memastikan produk makanan di Kota Batu, khususnya yang dijual PKL seperti di Alun-alun Kota Batu terjamin kesehatannya.
Sementara itu pengawasan makanan dan minuman sejatinya telah dilakukan Pemkab Malang. Setiap tahun, Pemkab Malang melalui Dinas Kesehatan rutin melakukan uji laboratorium sample makanan atau minuman yang dijual di pasar.
“Bersama Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Kabupaten Malang setiap tahun kami keliling ke pasar-pasar untuk mengambil sample makanan dan dilakukan uji,’’ kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Malang drg Wiyanto Wijoyo MM.Kes.
Ia mengatakan, rata-rata pihaknya melakukan uji sample makanan maupun minuman sebanyak 40-50 item. Dia tidak menampik dari uji laboratorium oleh petugas dari Lakesda Kabupaten Malang tersebut ditemukan makanan yang mengandung bahan-bahan berbahaya. Seperti boraks, formalin maupun rhodamin. “Formalin itu biasanya ditemukan pada ikan asin, tahu, dan lainnya. Sedangkan borak ditemukan pada kerupuk, sedangkan rhodamin ditemukan pada kue-kue,” kata Dokter Wie, sapaan akrabnya.
Selanjutnya Dinas Kesehatan melakukan pembinaan kepada yang bersangkutan. “Uji laboratorium untuk makanan dan minuman kami lakukan secara berkala. Saat ada temuan, kami tidak diam, langsung lakukan pembinaan. Harapannya jelas, agar pembuat atau produsen makanan tidak mencampurkan bahan-bahan yang dilarang, karena membahayakan kesehatan,’’ ungkapnya.
Sementara terkait temuan adanya kandungan boraks, formalin, dan rhodamin pada sample makanan yang dijual di Pasar Singosari Rabu (29/3) lalu, dokter Wie akan menindaklanjuti dengan meningkatkan pengawasan.(imm/ica/eri/ira/van)