MALANG POSCO MEDIA, KOTA BATU- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Batu mencatat jumlah anak stunting di Kota Batu mencapai 1.545 anak atau 13,2 persen. Dari total tersebut penyumbang angka stunting tertinggi tersebar di tiga desa/kelurahan.
Tiga desa/kelurahan penyumbang angka stunting tertinggi diantaranya, Kelurahan Sisir, Desa Sumberbrantas dan Desa Giripurno. Hal itu diungkapkan Kepala Dinkes Kota Batu, dr Kartika Trisulandari.
Kartika menyampaikan bahwa data yang ada berdasarkan bulan timbang pada Februari 2023 dengan pengukuran sebanyak 13.000 anak. Lokus atau wilayah timbang berada di wilayah dengan penyumbang stunting tertinggi tersebar di 5 desa/ kelurahan.
“Dari data tersebut kami menargetkan angka stunting dapat turun menjadi 8,5 persen pada 2023. Kalau 2022 ke 2023 turun satu koma berapa persen, pada 2022 dari 14,4 persen menjadi 13,2 persen. Mudah-mudahan di akhir tahun ini paling tidak turun 2 persen sehingga turun di angka 8,5 persen,” ujar Kartika.
Untuk dapat menekan angka stunting, Dinkes Kota Batu melakukan berbagai program. Bahkan untuk intervensi yang dilakukan tidak hanya kepada anak-anak yang mengalami stunting. Namu juga dengan langkah pencegahan melalui remaja, calon pengantin dan ibu hamil.
Kemudian pihaknya juga melakukan pemberian tablet tambah darah untuk remaja putri. Edukasi pembekalan calon pengantin untuk kesehatan reproduksi.
Bagi ibu hamil pemeriksaan ANC terpadu, laboratorium, gigi, USG. Sedangkan bagi balita (bayi dibawah lima tahun), baduta (bayi dibawah dua tahun) Dinkes mengadakan pemeriksaan rutin di posyandu. Dari keseluruhan porgram tersebut, Dinkes telah menganggarkan sekitar Rp 5 miliar.
“Sedangkan, untuk anak-anak yang sedang mengalami stunting diberikan gizi tambahan seperti susu dan biskuit setiap tiga bulan sekali. Pemkot Batu juga akan mewajibkan setiap ASN minimal memiliki dua anak asuh usia baduta yang rentan dan mengalami stunting,” bebernya.
Dengan ASN memiliki anak asuh mereka akan bertugas mengedukasi orang tua dari anak asuhnya. Edukasi yang dilakukan seperti pentingnya pemberian gizi, pola asuh, perilaku hidup bersih dan sehat, dan mengajak pemeriksaan ke Posyandu.
Pihaknya berharap dengan adanya edukasi oleh ASN sebagai orang tua asuh mampu membuat keluarga memahami pencegahan dan penanganan stunting. Apalagi pendekatan dilakukan dengan intensif oleh ASN. “Saat ini kami masih proses sosialisasi dan kita teruskan nanti dengan pembekalan. Mudah-mudahan dalam waktu tiga bulan nanti ada perkembangan yang cukup signifikan. Kalau itu nanti efektif akan kita teruskan lagi,” katanya.
Sedangkan kendala pihaknya dalam menekan angka stunting diungkap Kartika adalah kehadiran anak-anak yang harus periksa di Posyandu secara berkala masih belum maksimal. Penyebabnya seperti ada keluarga yang menolak, berpindah alamat tanpa pemberitahuan dan lainnya.
“Kami ingin semua balita di Kota Batu ini bisa hadir di Posyandu. Karena kehadirannya masih 85 persen. Dengan kehadiran 100 persen maka penanganan akan maksimal, kebijakan bisa segera diambil dan target bisa penurunan angka stunting bisa dipenuhi,” pungkasnya. (eri/udi)