MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Voluptaria menggelar diskusi budaya, Jumat (31/3) lalu. Kelompok Diskusi Mahasiswa Prodi Pariwisata Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) Universitas Brawijaya (UB) ini mendatangkan Budayawan asal Malang, Irawan Paulus. Kegiatan ini digelar di Kedai Namsun, dan diikuti oleh puluhan mahasiswa serta pegiat budaya.
Dalam kajian diskusi tersebut, Irawan menjelaskan bahwa Kota Malang bisa lebih mampu dalam meningkatkan potensi pariwisata heritage dari yang sekarang ini. Banyak situs-situs heritage di Kota Malang yang kurang diketahui oleh masyarakat. Padahal situs tersebut sangat dekat dengan mereka, salah satunya Pasar Oro-oro Dowo. “Kalau teman-teman tahu, bangunan tersebut sudah ada dan didirikan oleh Belanda sejak 1932 silam,” jelasnya.
Irawan juga sempat memaparkan terkait ciri dan fisik dari bangunan Pasar Oro-oro Dowo. Menurutnya, bangunan itu terlihat unik dan menarik. Misalnya susunan-susunan batu yang dijadikan tembok. Pun dengan kayu-kayu khas yang menjadi tiang penyangga atap. Irawan menegaskan bahwa keberadaan situs heritage atau warisan harus diketahui oleh banyak orang. Supaya masyarakat bisa peduli dan berupaya merawatnya dengan baik.
Oleh karena itu, kata dia, perlu adanya penjelasan dan penyuluhan yang baik ke masyarakat bahwa penting menjaga tempat-tempat heritage di Malang. “Saya juga mengapresiasi pemerintah Kota malang yang dengan serius menjaga situs-situs ini. Apalagi dengan adanya surat keputusan (SK) terkait cagar budaya,” tuturnya.
Irawan juga berpesan kepada masyarakat, khususnya anak-anak muda untuk saling bahu membahu mengatasi dan menjalankan upaya ini. Bukan hanya dirawat dan peduli, tapi juga bisa mengembangkannya menjadi potensi wisata yang menarik. Sehingga juga bisa mendatangkan keuntungan bagi warga sekitar serta dapat diketahui oleh banyak orang di luar Malang.
Dalam diskusi ini, hadir pula perwakilan dari tim Bersukaria Tour Organizer yang fokus pada pariwisata heritage, Nida Arub Majida. Ia menyampaikan bahwa sektor wisata heritage memiliki daya tarik tersendiri. Utamanya bagi mereka yang mendalami sejarah. Bukan hanya turis lokal saja, bahkan juga mancanegara.
Selain untuk pariwisata, situs-situs heritage ini nyatanya juga menjadi saksi bisu sejarah yang terjadi di lokasi tersebut. Maka perlu adanya upaya serius dalam merawat dan melindunginya. “Sehingga nanti, anak-anak muda juga bisa tahu sejarah panjang dan penting daerah tersebut, termasuk situs-situs yang ada di Malang,” tuturnya.
Adapun Voluptaria selama ini memang fokus untuk mengkaji isu-isu pariwisata, budaya, konservasi, preservasi sumber daya kultural dan natural. Menurut mereka, aset sejarah merupakan sumber daya tak terlihat yang mampu dikembangkan, bahkan bisa memberikan peluang ekonomi yang besar melalui pariwisata. Maka dari itu, Voluptaria mengadakan diskusi ini untuk mengupayakan tujuan tersebut. (imm/bua)