.
Friday, November 22, 2024

RUMAH KITA

Sesi Pemotretan dan Telusuri Arsip Belanda

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA – Seperti tahun-tahun sebelumnya, liputan tematik HUT Kota Malang 1 April selalu kami siapkan secara total. Tahun ini pun begitu, tapi agak berbeda. Itu karena kami ingin menyajikan sesuatu yang baru bagi pembaca.


Saya Sisca Angelina masih menjadi salah satu dari tim wartawan yang ikut dalam liputan ini. Tim kami juga mencari referensi lain terutama sejarah Kota Malang yang belum banyak diketahui publik.


Salah satu yang harus kami tuntaskan yakni pemotretan Wali Kota Malang Drs H Sutiaji dan Wawali Kota Malang Ir H Sofyan Edi Jarwoko. Lokasi pemotretan di Koridor Kayutangan.


Fotografer Malang Posco Media, M Firman siapkan konsep foto Wali Kota Sutiaji dan Wawali Sofyan Edi Jarwoko secara bersama di Zona 3 Kayutangan.


Pak Wali Sutiaji dan Pak Wawali Sofyan Edi hadir di lokasi pemotretan. Saat sesi foto, dua pejabat ini humble. Selalu dihampiri atau ngobrol dengan warga yang datang. Kadang menghampiri. Nah di sini menariknya. Hasil jepretan menjadi lebih ekspresif.


Saat itu kebetulan sedang ramai-ramainya di Kayutangan. Kok kebetulan banyak komunitas mulai musik tradisional sampai pecinta motor antik berkumpul.


Mas Firman sang fotografer, dibantu Abi Wardana yang juga fotografer Malang Posco Media langsung mengambil momen-momen tersebut. Natural dan menarik, menurut kami.


Saking asiknya, rencana awal kami hanya ingin ambil foto selama satu jam saja. Mulai 21.00 sampai 22.00. Eh, kok keterusan. Pak Wali dan Pak Wawali asik mengunjungi warga yang ramai nongkrong di Kayutangan.


Sampai mereka nyanyi bersama warga dan musisi Kayutangan. Ini berlangsung hingga menarik perhatian banyak oran. Dari pukul 21.00 hingga 23.00 kami menemani.


“Ayo ikut sekalian Pak Wali ninjau pengecatan pita kejut,” ajak Pak Heru Mulyono, Kasatpol PP Kota Malang, Pak Dandung Kepala DPUPRPKP dan Pak Widjaja Kadishub Kota Malang yang ikut menemani pak wali foto-foto dengan kami.


Alhasil kami tengah malam ikut pak wali di Kayutangan. Yup. Hasilnya cukup memuaskan. Foto-foto ini ditayangkan di halaman khusus HUT ke 109 Kota Malang di Malang Posco Media tepat 1 April 2023 lalu.


Selain itu kami juga mencari referensi liputan tematik Kota Malang saat awal terbentuk. Atau 109 tahun yang lalu. Saya mempersiapkan sepekan sebelum HUT Kota Malang. Di antaranya mencari referensi buku, artikel, atau dokumen apapun yang menceritakan Kota Malang di tahun pertama hingga puluhan tahun kemudian.


Wakil Pemred Malang Posco Media Vandri Battu menugaskan saya. Dia hanya memberi satu clue. Selebihnya saya ditugaskan menggali sendiri. Salah satunya membuka sebuah situs berbahasa Belanda. Kaget. Yakni Delpher.nl.


Situs ini menyediakan ribuan koleksi literasi secara digital. Afiliasi situs ini adalah Perpustakaan Leiden University, Belanda.


Saya yang hanya lulusan Sastra Inggris. Sementara naskah yang ditemukan semuanya menggunakan Bahasa Belanda. Saya harus mencari cara menerjemahkan naskah ke Bahasa Indonesia. Salah satunya Google Translate.
Saya menemukan referensi buku.

Judul buku berbahasa Belanda yang saya temukan berjudul “Kroniek Stadsgemeente Malang Over de Jaren 1914-1939”.
Tugas saya mencari referensi atau catatan dalam dokumen bukan hanya sekadar sejarah berdirinya Kota Malang. Tapi lebih spesifik, yang selama ini belum banyak dibahas atau diulas di media lain.


“Cari-carilah apa dulu kawasan Kayutangan pernah dijadikan satu arah, atau ada kebijakan kontroversial wali kota saat itu. Atau zaman itu suasana puasa seperti apa. Pokoknya yang beda,” begitulah Vandri, menugaskan saya.


Namanya juga tugas. Apa pun itu harus dikerjakan. Hingga saya menemukan beberapa poin yang saya pikir menarik. Oh iya, bahan yang saya cari ini memang bahan yang menentukan Liputan Tematik di koran kami untuk tayang tepat di hari jadi ke-109 Kota Malang pada 1 April. Liputan ini terus ditayangkan hingga perayaan HUT ke 109 Kota Malang digelar setelah Idul Fitri.


“Saya menemukan dokumen yang menjelaskan kondisi Kota Malang, saat masih Gemeente Malang, di tahun pertama, 1914,” begitu saya menyampaikan kepada Vandri tentang progres mengumpulkan bahan.


Ini hasil berjam-jam di depan laptop mencari satu per satu referensi data sejarah. Beruntungnya buku itu punya segala datanya. Namun berbahasa Belanda. Pekerjaan ini cukup berat buat saya, karena kerjanya dua kali.


Setelah menerjemahkan, mencatat data yang mau digunakan untuk dijadikan bahan liputan, langkah selanjutnya mencari narasumber. Ya untungnya Kota Malang punya segudang sejarawan dan pemerhati sejarah.


Dan tepat di 1 April lalu, liputan tematik itu tayang. Kami menurunkan dalam dua angle. Pertama membahas pembangunan apa saja yang sudah dilakukan di Kota Malang 109 tahun lalu. Dan angle kedua, adalah kondisi atau peran pejabatnya, yang saat itu Kota Malang belum memiliki wali kota.


Cukup terkesan. Saya orang yang tidak terlalu paham sejarah Kota Malang. Akan tetapi, Kota Malang, jika dikulik lebih dalam sejarahnya, sangat menarik.
Di Tahun 1914 dulu, Kota Malang sudah seperti kota modern di Benua Eropa.

Punya penataan kota yang baik, perencanaan tata kota bertahap, sistem sanitasi dan pengairan yang dipikirkan, dan banyak lagi. Tidak salah, jika saat ini Kota Malang pun terus berkembang dengan cepat.


Oh iya, liputan tematik ini masih berlanjut. Kami akan fokus pada geliat dan peran warga Malang saat pemerintahan masih dikuasai k Belanda.


“Jangan sampai terjebak sejarah atau kisah yang membanggakan kolonial ya. Dibuat tulisan tentang warga lokal, peran pribumi,” pesan Vandri, mengingatkan.


Karena liputan tematik ini masih berlanjut, mala masih ada beberapa referensi lain yang cukup menarik. Seperti sistem legislatif, peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan, hingga pemilu. Prinsipnya ini histori Kota Malang yang belum banyak diulas. (sisca angelina/van)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img