MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Kenaikan tarif angkutan udara menjadi komoditas penyumbang inflasi di Kota Malang pada April kemarin. BPS Kota Malang mencatat, inflasi April kemarin sebesar 0,24 persen.
Kepala BPS Kota Malang Erny Fatma Setyoharini menjelaskan bahwa tarif angkutan udara pada April 2023 tercatat mengalami kenaikan sebesar 10,85 persen. Kenaikan tarif angkutan udara itu memberi andil inflasi sebesar 0,160 persen.
“Angkutan udara ini memang yang membedakan antara Kota Malang dengan kota lainnya, selain Surabaya. Jadi angkutan udara ini satu satunya komoditas yang tidak bisa dikendalikan oleh Tim Pengendali Inflasi Daerah,” terang Erny dalam rilis yang diselenggarakan pada Selasa (2/5) kemarin.
Selain tarif angkutan udara, komoditas lainnya yakni seperti daging ayam ras dengan kenaikan 5,94 persen, beras naik 1,72 persen, emas perhiasan naik 3,2 persen hingga biaya keamanan 9,14 persen.
“Biaya keamanan di wilayah Kota Malang ini agak lama tidak naik, karena pandemi Covid-19. Jelang Idul Fitri ada yang kesepakatan untuk dinaikkan,” terangnya.
“Sedangkan untuk emas perhiasan ini karena permintaan tinggi menjelang lebaran. Begitu juga biaya keamanan perumahan, komoditas ini beberapa tahun tidak naik akibat pandemi, tetapi karena saat ini kondisi sudah normal, biaya keamanan perumahan jadi naik,” sambungnya.
Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan atau penyumbang deflasi, diantaranya cabai rawit, bawang merah, telur ayam ras, melon, sawi hijau, cumi-cumi, minyak goreng, apel, ikan gurami, dan udang basah. Rata rata komoditas tersebut tidak mengalami kenaikan harga meski menjelang momen spesial Idul Fitri.
“Dibandingkan tahun 2022, tahun ini penurunan harga cabai merah dan cabai rawit turut meredam inflasi secara umum. Suplai komoditas pangan relatif terjaga, sehingga inflasi Idul Fitri kali ini bisa dikatakan terkendali,” tutupnya. (ian/aim/mpm)