.
Thursday, December 12, 2024

Marak Gerakan Dedolarisasi Menuju Kedaulatan Rupiah

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Dunia tengah diramaikan dengan langkah sejumlah negara yang bersepakat untuk mengurangi dominasi Dolar AS dalam perekonomian. Setelah aliansi Dagang BRICS, Indonesia dan negara ASEAN mulai berstrategi meninggalkan Greenback. Upaya dunia termasuk Indonesia untuk lepas dari Dolar AS masih membutuhkan waktu panjang mengingat arus transaksi dagang dunia masih dikuasai Dolar AS.

          Upaya mengurangi ketergantungan Dolar AS yang kini marak dilakukan oleh negara-negara besar, seperti China, Rusia dan India semakin menjadi-jadi. Ternyata, hal ini juga sudah dilakukan oleh Indonesia. Hal ini ditunjukkan saat Indonesia menjadi Ketua ASEAN pada 2023.

          Bank Indonesia (BI) menggandeng otoritas moneter se-ASEAN untuk menjalankan skenario mengurangi transaksi menggunakan dolar Amerika Serikat (AS). Istilah ini disebut dengan dedolarisasi, upaya pemerintah atau bank sentral untuk menurunkan ketergantungan terhadap dolar AS.

          Upaya ini bisa berbentuk penurunan porsi dolar di cadangan devisa atau dalam hal perdagangan internasional, tidak lagi sebagai mata uang acuan untuk kebijakan ekonomi.

          Upaya ini dituangkan dalam local currency transaction (LCT). LCT merupakan transaksi yang memudahkan masyarakat untuk bisa berbelanja di negara tujuan menggunakan mata uang lokal, dalam hal ini rupiah. Artinya transaksi ini lebih kepada untuk transaksi ritel.

          Hingga akhir 2022 total transaksi mata uang lokal atau local currency transaction (LCT) dengan seluruh negara mitra telah mencapai US$ 4,1 miliar atau meningkat dua kali lipat dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai US$ 2,5 miliar.

          Ke depan, Bank Indonesia memperkirakan penggunaan fasilitas LCT oleh negara mitra akan terus meningkat seiring membaiknya iklim perdagangan dan minat untuk diversifikasi penggunaan mata uang lokal dalam perdagangan antar negara yang terus bertambah.          Dari sisi pengguna LCT turut mengalami peningkatan yang signifikan. Sebelumnya BI mencatat pada 2018 penggunanya masih sekitar 101 pelaku, sedangkan pada akhir 2022 jumlahnya naik signifikan menjadi 1.596 pelaku.

          Saat ini kerja sama LCT Indonesia sudah terjalin dengan China, Jepang, Malaysia, dan Thailand. Kerjasama LCT dengan Singapura, telah ditandatangani nota kesepahaman atau MoU pada 29 Agustus 2022, dan tengah dalam tahap penjajakan implementasi pada 2023.

          Lebih lanjut, untuk kerjasama LCT dengan Arab Saudi dan India sudah ada dalam rencana BI, dan saat ini penjajakannya tengah berlangsung. Rencana kerjasama transaksi dengan negara-negara ASEAN, terkait rencana pengurangan transaksi bilateral menggunakan dolar AS lewat kerja sama LCT.

          Dengan skema ini, eksportir yang ingin mengirim barang ke Malaysia dan Thailand bisa memakai uang Ringgit atau Bath. Tidak perlu dikonversi dua kali, yaitu dari rupiah ke dolar lalu dolar ke mata uang lokal tujuan ekspor. Transaksi LCT Indonesia dengan Jepang hingga Februari 2023 atau dalam dua bulan tembus USD 957 juta. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan rata-rata tahun 2022 sebesar USD 350 juta per bulan.

          Sementara jumlah pelakunya tumbuh dari 1.740 menjadi 2.014. LCT antara Indonesia dengan negara mitra akan semakin meningkat didorong oleh perekonomian Tiongkok yang membaik dan kerja sama baru dengan Korea Selatan dan Indonesia berencana membangun ASEAN Payment Connectivity.

Dedolarisasi, Efeknya Terhadap Pergerakan Rupiah

          Langkah Bank Indonesia (BI) untuk mengurangi ketergantungan terhadap mata uang dolar AS dalam transaksi perdagangan saat ini sangat strategis. Dedolarisasi akan membuat pergerakan rupiah lebih stabil. Ke depannya dedolarisasi akan bisa mengurangi tekanan dolar AS terhadap rupiah.

          Dampak positif tersebut belum akan dapat dirasakan dalam waktu dekat. Selama penggunaan dolar AS masih masif, rupiah masih akan sangat dipengaruhi pergerakan dolar AS dan dampaknya baru bisa terlihat setelah semakin banyak negara melakukan transaksi tanpa melibatkan dolar AS

          Otoritas keuangan kita harus kembali kita ingatkan bahwa, semua transaksi, claim dana-dana yang beredar di bisnis asuransi (jiwa, kecelakaan, kerugian dll) wajib semua dalam bentuk rupiah dan dilarang dalam bentuk dollar sekalipun itu asuransi asing yang bergerak di wilayah RI.(ini sebenarnya sudah lama ketentuannya namun tidak dijalankan dengan serius).

          RI gunakan kekuatan negosiasi, bargaining powernya, pertemanan/ persahabatan antar negara, beri kompensasi yang menarik agar ada kesepakatan transaksi perdagangan global di kawasan negara-negara ASEAN, KTT, OKI, kawasan Negara PNG, Vanuatu, Fiji, Timor leste, RRT, Soviet dll menyatakan rupiah sah beredar di negara-negara tersebut.

          Cadangan devisa jangan lagi dalam bentuk dollar tapi dalam rupiah. Penyelesaian transaksi G to G maupun B to B maupun G to B wajib dalam bentuk rupiah. BI kita dorong untuk kerja keras perjelas komitmen kesepakatan bekerja sama penggunaan mata uang lokal masing-masing negara dalam transaksi bilateral atau local currency settlement (LCS) dengan Korea Selatan, Thailand, Malaysia, Singapura dan Filipina.

Praktek Dedolarisasi Indonesia Bersekutu dengan Malaysia

          Eksportir sawit Indonesia menjual sawitnya ke Malaysia. Sang eksportir sawit menerima pembayaran menggunakan mata uang ringgit. Lalu, mata uang ringgit itu dikonversi ke dolar AS. Dari dolar AS baru dikonversi ke rupiah maka di sana ada selisih kurs yang dirugikan mata uang rupiah kita.

          Dengan kerja sama LCS Indonesia dengan Malaysia, eksportir RI tak perlu mengonversi ringgit yang telah diterima ke dolar AS terlebih dahulu.(*)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img