MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Penanganan dan percepatan pengentasan stunting menjadi tugas bersama. Di Pemkot Malang, program pengentasan stunting tersebar di berbagai organisasi perangkat daerah. Semuanya ambil bagian sesuai tugas dan fungsinya masing masing supaya permasalahan stunting benar benar tertangani dengan maksimal.
Salah satu upaya yang kini tengah dimaksimalkan, Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinsos-P3AP2KB) Kota Malang komitmen tangani stunting akan mengadopsi program Rantang Kasih yang biasa ditujukan untuk lansia, untuk kemudian diperuntukkan juga bagi anak-anak yang berpotensi stunting.
“Dinsos mengondisikan seperti Rantang Kasih. Jadi anak ini diberi 3 kali makan sehari, khusus untuk anak itu. Menunya disesuaikan dengan anak menunya apa. Tapi memenuhi sesuai standart gizi,” ungkap Plt. Kepala Dinsos P3AP2KB Kota Malang Ida Ayu Made Wahyuni.
Dikatakan Ida, program itu kini sudah berjalan untuk tahap uji coba. Untuk pertama ini, pihaknya menyasar dua orang anak stunting berusia 19 bulan dari Kelurahan Kotalama Kecamatan Kedungkandang. Penanganannya, menggandeng kader posyandu, RT, RW hingga kelurahan.
Kader posyandu di Kota Malang diketahui saat ini sebanyak 170 kader. Merekalah yang membantu untuk mengetahui dan menjamin menu Rantang Kasih benar benar dikonsumsi oleh anak stunting.
Menu yang disiapkan pun sangat mempertimbangkan kandungan gizi. Yakni ada nasi, sayuran, lauk pauk dengan daging, lengkap dengan buah buahan tiap kali makan. Lalu juga ditambah dengan snack yang diberikan sebanyak dua kali. Kelurahan Kotalama sendiri dipilih lantaran jumlah penderita stunting diperkirakan mencapai sebanyak 400 anak.
“Kita lihat hasilnya bulan kemarin dan bulan sekarang tinggi badannya. Ada kenaikanya setengah sentimeter, kemudian berat badannya setengah kilogram dan wajahnya tidak pucat lagi. Itu intervensi yang diberikan,” beber Ida.
Untuk uji coba, memang saat ini masih menyasar dua orang tersebut. Namun pihaknya sudah mengusulkan ke Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Malang. Selanjutnya, Bappeda akan menindaklanjutinya dengan intervensi dari APBD. Anggarannya akan disiapkan untuk tahun 2023 dan 2024.
Diharapkan, program ini bisa dilakukan menyeluruh kepada tiap kelurahan. Sebab diakui Ida, setelah melakukan pemetaan, hampir tiap kelurahan di Kota Malang, memang ada anak yang berpotensi stunting.
“Hampir semua di kelurahan itu ada, paling rendah itu di Kelurahan Sawojajar hanya satu orang. Paling banyak itu di Kelurahan Kotalama. Sekarang tinggal intervensi kalau yang banyak didahulukan. Kalau misalnya anggaran di Bappeda intervensinya sebanyak Rp 300 juta selama satu tahun, kita dahulukan Kotalama dulu. Tapi kalau biar rata semua, ya kita ambil berapa-berapa per kelurahan,” jelas wanita yang juga menjabat sebagai Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Pemkot Malang ini. (ian/aim)