spot_img
Friday, July 4, 2025
spot_img

Guru dan Media Sosial

Berita Lainnya

Berita Terbaru

         Malang Posco Media– Berbicara tentang guru berarti membicarakan masa depan bangsa. Guru sebagai pendidik memegang peranan strategis dalam upaya membentuk generasi yang akan melanjutkan estafet peradaban melalui pengembangan kepribadian peserta didik yang berbudi pekerti luhur.

          Perlu disadari bahwa tanggungjawab yang disandang oleh pendidik bukan sebuah jaminan keberhasilan dalam mendidik. Bisa jadi justru awal sebuah kegagalan jika seorang pendidik tidak memahami hakikat mendidik.

          Secara umum peran utama pendidik tetap sama yaitu mendidik karakter dan membersamai peserta didik dalam mengembangkan ilmu pengetahuan yang kelak menjadi pegangan mereka. Membentuk budi pekerti dengan harapan anak didik bisa menjadi pribadi jujur, percaya diri, memiliki komitmen dan lain-lain. Sedangkan membersamai anak didik dalam mengembangkan ilmu pengetahuan terutama agar anak didik memiliki tingkat kognitif yang lebih baik dari hari ke hari.

          Di era sosial media seperti saat ini membersamai anak didik dalam mengembangkan ilmu pengetahuan mungkin bisa jadi kendalanya tidak terlalu besar dan tidak serumit tugas guru dalam membentuk karakter. Sumber dan bahan belajar yang melimpah secara tidak langsung membantu tugas guru dalam mengembangkan proses kognitif peserta didik, akan tetapi jika hal ini tidak dibarengi dengan pendampingan dan pemberian role modelyang proporsional ilmu pengetahuan yang dimiliki peserta didik akan menjadi bahan yang kosong tanpa makna.

Media Sosial

          Kehadiran media sosial mengubah peta jalan pendidikan menjadi berbasis teknologi. Media sosial sepatutnya bisa dipandang sebagai suplemen yang bisa memperlancar proses kegiatan pembelajaran serta media pendidik dalam berinovasi dalam bentuk sinergitas, media kreativitas dan pembelajaran.

          Melalui media sosial, pengetahuan dan proses belajar tidak hanya berfokus pada akumulasi pengetahuan saja, tapi juga digunakan sebagai media dalam proses belajar. Peran media sosial kini telah memangkas berbagai paradigma pendidikan yang selama ini hanya terfokus pada ruang kelas secara fisik, namun tidak lagi terbatas pada ruang kelas, jarak dan waktu.

          Salah satu peran media sosial adalah bagaimana menjadikan komunikasi yang efektif bagi pendidik, peserta didik dan orang tua. Dengan bantuan internet dan media sosial, peserta didik dapat terhubung dengan teman kelas, teman sebaya, guru, dan siapapun. Itu membuat siswa diharapkan menjadi peserta aktif dari pada konsumen konten yang pasif.

          Manfaat lain adalah bagaimana media sosial menjadi wahana dalam mendemontrasikan keterampilan dan mengekspresikan diri. Hal ini memungkinkan siswa untuk berekspresi dengan berbagai cara. Seperti dengan memposting foto, artikel, video, audio dan hasil karya lainnya. Hal ini memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi bakat tentu harus melalui pengawasan dan kontrol guru.

          Lebih lanjut, pendidik dan peserta didik dapat menggunakan media sosial sebagai alat bersinergi. Mereka dapat membentuk grup kegiatan belajar dan saling kolaborasi hingga terbentuk manajemen pertemanan yang semakin baik. Peserta didik juga bisa mengundang guru untuk bergabung dengan kelompok belajar sehingga bisa memberi masukan. 

          Dalam hal sinergitas, kelompok belajar yang dibentuk tidak hanya dengan peserta didik satu sekolah namun siswa juga bisa membentuk kelompok atau berkolaborasi dengan peserta didik dari sekolah lain bahkan dari sekolah luar negeri pun bisa. Peserta didik dirangsang terlibat dalam setiap aktivitas untuk berbagi ilmu pengetahuan dan belajar bijak menggunakan media sosial.

          Diperlukan pendidik yang paham tentang media sosial dalam melakukan pengawasan terhadap aktivitas peserta didik dalam menggunakan media sosial dan perlunya pengetahuan tentang bagaimana cara memanfaatkan media sosial dengan baik agar dapat dirasakan manfaat positifnya. Di sini diperlukan pengetahuan Literasi Digital sebagai bekal dalam bermedia sosial.

Pengembangan Budi Pekerti

          Harus diakui kehadiran media  sosial pada era digital ini diyakini menjadi salah satu penyebab menurunnya kualitas budi pekerti peserta didik. Berbagai kejadian negatif yang menimpa peserta didik saat ini bisa jadi berawal dari pemakaian media sosial yang kurang proporsional karena semua hal bisa ada di media sosial. Inilah tantangan pendidik pada zaman ini untuk masuk ke dalam lingkaran media sosial tersebut dalam rangka memperkuat dan menyemai benih-benih budi pekerti yang luhur bagi peserta didik.

          Sejatinya, keberadaan media sosial pada dasarnya merupakan  bentuk  yang  tidak  jauh  berbeda  dengan  keberadaan kehidupan bermasyarakat dengan menggunakan cara  kerja  komputer.  Tiga  bentuk bersosial, seperti pengenalan, komunikasi, dan kerjasama bisa  dianalogikan  dengan  cara  kerja komputer yang juga membentuk sebuah sistem sebagaimana  adanya  sistem  di antara individu dan masyarakat.

          Sebagai miniatur dalam bermasyarakat, media sosial juga sebetulnya mewakili pola interaksi masyarakat. Dalam hal penyiapan peserta didik dalam bermedia sosial mereka butuh role model sebagai contoh dalam berinteraksi. Dalam hal ini diperlukan kerjasama semua pihak dalam memberikan konten dan pola interaksi yang sehat dalam bermedia sosial.

          Khusus bagi pendidik, mereka harus mampu berinovasi bagaimana ia menjadi sosok yang patut menjadi teladan bagi peserta didik. Dunia peserta didik saat ini didominasi oleh media sosial, maka guru setidaknya harus berpartisipasi dalam media sosial juga. Guru saat ini dituntut juga “bertarung” dengan para konten kreator di media sosial dengan menghadirkan konten yang bersifat edukatif yang disesuaikan dengan dunia anak.

          Media massa perlu dijadikan instrumen pendidikan yang memiliki cultural of power dalam membangun masyarakat yang berbudi pekerti luhur. Prinsip-prinsip dalam pendidikan budi pekerti perlu diinternalisasikan dalam setiap konten ditayangkan oleh media sosial, sebagai bentuk peran pendidik dalam membentuk bangsa yang berkarakter. Di sinilah tantangan terbesar pendidik dalam menghadapi tantangan pola pergaulan global peserta didik yang makin tak terkendali.(*)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img