MALANG POSCO MEDIA-Malang Raya siaga berbagai dampak musim kemarau. Kabupaten Malang antisipasi di sembilan kecamatan yang rawan kekeringan. Kota Batu waspada kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di lereng Gunung Panderman dan lereng Gunung Arjuno.
Sembilan kecamatan di Kabupaten Malang berpotensi mengalami kekeringan yakni Jabung, Donomulyo dan Singosari. Selain itu Sumbermanjing Wetan, Kalipare, Lawang, Sumberpucung, Pagak dan Bantur.
“Dari data tahun 2019 lalu, ada 18 desa yang berpotensi kekeringan di sembilan kecamatan. Kecamatan Jabung ada dua desa, Donomulyo lima desa, Singosari satu desa, Sumbermanjing Wetan tiga desa, Kalipare di satu desa, Lawang satu desa, Sumberpucung satu desa, Pagak tiga desa dan Bantur di satu desa,’’ beber Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Malang Sadono Irawan.
Sadono menyebutkan pemetaan daerah bepotensi kekeringan itu diambil pada tahun 2019 lalu. Darurat kekeringan terjadi di 18 desa. Sementara tahun 2020 sampai tahun 2022, tidak ada darurat kekeringan di wilayah Kabupaten Malang. “Tahun 2020-2022 kondisi cuaca cenderung normal. Bahkan tahun 2022 lalu, musim hujan lebih panjang dibandingkan musim kemarau. Sehingga ketersediaan air di wilayah tersebut masih aman,’’ tambahnya.
Dia menyebutkan darurat kekeringan ini diketahui berdasarkan laporan masyarakat. Sadono pun mengatakan pihaknya tidak tinggal diam dengan kondisi tersebut. Begitu terjadi kekeringan, langsung dilakukan pendistribusian air ke wilayah yang mengalami kekeringan.
Pendistribusian air bersih oleh BPBD Kabupaten Malang akan dibantu PMI Kabupaten Malang, TNI, Polri dan Perumda Tirta Kanjuruhan.
“Sampai saat ini belum ada laporan yang masuk. Tapi yang jelas, kami tetap melakukan koordinasi dengan PMI Kabupaten Malang, TNI,Polri, dan PDAM (Perumda Tirta Kanjuruhan). Kami telah menyiapkan enam unit tangki air untuk pendistribusian air bersih jika darurat kekeringan terjadi,’’ ungkapnya.
Selain kekeringan, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) juga mengancam wilayah Kabupaten Malang. Dijelaskan Sadono, ada empat hutan yang berpotensi terjadi kebakaran saat musim kemarau. Yakni hutan di Kecamatan Singosari dan Kecamatan Lawang yang berada di kaki Gunung Arjuno, Kecamatan Poncokusumo di kaki Gunung Semeru, dan Kecamatan Wonosari, Ngajum di kaki Gunung Kawi.
“Untuk ancaman karhutla kami berkoordinasi dengan Perhutani dan lembaga masyarakat desa. Prinsipnya, di musim kemarau ini kami mengimbau masyarakat yang ada di sekitar hutan di Kabupaten Malang haruys ekstra hati-hati,’’ tandasnya.
Sementara itu Badan Penanggulangan Bencana Derah (BPBD) Kota Batu mewaspadai adanya potensi kebakaran di kawasan lereng Gunung Arjuno dan Panderman. Mengingat ketika musim kemarau, dua area tersebut rawan terjadi karhutla.
Apalagi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi sebagian besar wilayah Indonesia akan mengalami puncak musim kemarau bulan Juli – Agustus mendatang, termasuk di Kota Batu.
Kepala BPBD Kota Batu Agung Sedayu mengatakan saat musim kemarau di Kota Batu berpotensi terjadi bencana karhutla. Untuk itu pihaknya telah melakukan mitigasi bencana karhutla di awal musim kemarau yang jatuh pada April – Juni mendatang.
“Untuk mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan kami telah melakukan mitigasi. Mulai dari pemetaan daerah rawan karhutla dan juga berkoordinasi dengan Perhutani. Dengan begitu, ketika ada laporan timbulnya titik api, kami sudah siap melakukan penanganan,” jelas Agung kepada Malang Posco Media.
Ia menyampaikan titik lokasi yang dianggap memiliki indeks risiko tinggi terjadinya karhutla adalah kawasan Gunung Panderman dan Arjuno. Hal itu mengacu dari bencana karhutla yang pernah terjadi di Kota Batu.
Oleh karena itu pihaknya bersama Perhutani telah menyiapkan dua posko pemantauan. Yakni di lereng gunung Gunung Panderman tepatnya di atas jalibar dan Gunung Arjuno melalui jalur Cangar.
“Sedangkan untuk penyebabnya bisa terjadi karhutla karena beberapa faktor. Mulai dari faktor manusia yang melakukan pembakaran lahan untuk pertanian atau oknum yang membuat api di hutan kemudian lupa mematikan,” bebernya.
Sementara faktor alam seperti keadaan di hutan yang sangat kering. Sehingga ketika terdapat angin kencang bisa menyebabkan gesekan antara ranting dengan dedaunan kering yang diyakini dapat menimbulkan percikan api.
Meski begitu, lanjut Agung, lebih banyak penyebab utama kebakaran mengarah pada faktor manusia. Seperti contohnya oknum yang tak mematikan api unggun secara sempurna dan yang membuang puntung rokok sembarangan.
“Karena itu kami mengimbau agar masyarakat hutan dan pendaki gunung untuk benar-benar menjaga lingkungan dengan tidak sembarangan membuang puntung rokok. Begitu juga ketika membuat api unggun atau pembukaan lahan baru jangan dengan membakar demi meminimalisir adanya karhutla,” imbaunya.
Hasil pemantauan yang dilakukan Stasiun Klimatologi Kelas II Jawa Timur BMKG Juanda (Stasiun Klimatologi Karangploso), diperkirakan puncak musim kemarau terjadi di Bulan Agustus 2023 mendatang.
Kepala Stasiun Klimatologi Kelas II Jawa Timur BMKG Juanda, Anung Suprayitno mengatakan, wilayah Jawa Timur memasuki musim kemarau. Untuk daerah yang mulai memasuki musim kemarau ini dari wilayah pertengahan Tuban hingga Malang dan Barat Daya Lumajang.
“Dari wilayah yang mengalami musim kemarau, 60,8 persen mengalami intensitas hujan rendah, 35,1 persen mengalami intensitas hujan normal dan 4,1 persen mengalami hujan di atas normal,” jelasnya.
Sementara itu, musim kemarau di seluruh wilayah Kota Malang patut diwaspadai terjadinya kebakaran. Kendati didominasi oleh kawasan padat penduduk dan bangunan, namun untuk titik rawan kejadian kebakaran di musim kemarau merata di lima kecamatan.
Hal itu diungkapkan Kepala UPT Pemadam Kebakaran (PMK) Kota Malang Agoes Soebekti. Ia mengatakan kebakaran di Kota Malang tidak terikat dengan musim dan cuaca.
Namun dengan memasuki musim kemarau, memang ada beberapa titik yang dapat mengalami kebakaran. Seperti lahan kosong, maupun sepeti bangunan yang bisa menyerap panas.
“Kenaikan suhu di dalam bangunan bisa menjadi pemicu, terjadinya percikan api dan kebakaran. Saya rasa di Kota Malang ini belum ada daerah yang menonjol,” ujarnya.
Agoes mengaku pihaknya sudah menyiapkan segala upaya terbaik. Sehingga kapanpun dan di manapun terjadinya kebakaran, pihaknya telah siap bertempur berjibaku menjinakkan api.
“Saat ini persiapan pemeliharaan alat dan kesiapan pasukan saja. Tentunya apabila terjadi hal yang tidak diinginkan, kamis sudah siap untuk diterjunkan,” tandasnya. (ira/eri/rex/van)