MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Kamis (16/6) hari ini, Universitas Islam Malang (Unisma) menggelar wisuda Periode ke-70 Tahun 2023. Wisuda kali ini diikuti sebanyak 870 lulusan. Baik dari program Sarjana, Magister, Profesi dan Doktor. Mereka berasal dari sembilan fakultas dan program Pascasarjana.
Wakil Rektor 1 Unisma Prof. Drs. H. Junaidi, M.Pd., Ph.D mengatakan, wisuda kali ini sama dengan beberapa wisuda sebelumnya. Tidak lagi berbasis semester. Karena wisuda Unisma dilaksanakan tiga kali dalam satu tahun. “Sehingga setiap empat kali yudisium dilaksanakan wisuda. Supaya tidak terlalu banyak,” katanya.
Prof Junaidi menjelaskan bahwa kelulusan mahasiswa ditetapkan oleh SK Yudisium. SK ini diterbitkan setiap bulan. Baik untuk Program S1, S2 dan S3. Dan wisuda Periode 70 ini, merupakan lulusan yang ditetapkan kelulusannya pada Bulan Januari, Februari, Maret dan April 2023. “Mereka yang ditetapkan kelulusannya di Bulan Mei tidak dapat mengikuti wisuda periode ini. Tetapi mengikuti periode selanjutnya,” terang Prof Junaidi.
Adapun rincian wisuda per fakultas yaitu Fakultas Peternakan 56 lulusan, Fakultas Teknik 134 lulusan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan 86 lulusan, Fakultas Agama Islam 32 lulusan, Fakultas MIPA 11 lulusan, Fakultas Hukum 114 lulusan, Fakultas Ilmu Administrasi 66 lulusan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis 204 lulusan, Fakultas Pertanian 64 lulusan, Fakultas Kedokteran 31 lulusan dan Program Pascasarjana 72 orang.
Prof Junaidi menyampaikan, kegiatan wisuda periode ke-70 dilaksanakan satu gelombang dalam satu hari. Tidak seperti saat masa pandemi, yang harus dipecah dua sampai tiga gelombang. “Karena kondisi saat ini sudah aman, dan status pandemi sudah dihapus maka kita gelar satu gelombang saja,” ungkapnya.
Unisma sendiri berupaya agar mahasiswa lulus tepat waktu. Bidang akademik menekankan pada dua termin. Yakni dalam proses perkuliahan dan proses penyelesaian tugas akhir.
Wakil Rektor 1 Bidang Akademik juga menekankan pada dosen untuk membimbing mahasiswa secara optimal. Tidak lain agar mereka lulus tepat waktu. “Imbauan ini kami sampaikan melalui prodi maupun secara langsung pada semua dosen. Supaya mahasiswa kita bisa lulus tepat waktu,” terangnya.
Kepada para lulusan, Prof Junaidi berharap mereka dapat mengamalkan ilmu dan keterampilannya di masyarakat. Serta dapat menjaga nama baik Unisma.
“Di pundak mereka ada nama Unisma. Kemanapun mereka melangkah orang akan melihat almamaternya. Itu yang kami tekankan pada semua lulusan,” kata dia.
Namun Prof Junaidi yakin para lulusan Unisma akan mampu berbuat yang terbaik di tengah masyarakat. Karena mereka telah dibekali ilmu, keterampilan, keislaman serta karakter yang kuat. “Kami sudah bekali mereka dari sisi akademik, personaliti, kepribadian dan keterampilan yang cukup supaya dapat bermanfaat hidup di masyarakat,” tandasnya. (imm)
Raih Sukses Dengan Ikhlas dan Istiqomah
Niat ikhlas dan istiqomah, menjadi kekuatan M. Athoiful Fanan dalam menempuh masa studinya. Hingga kini dia telah mencapai gelar doktor, sebagai gelar akademik tertinggi. Yang membanggakan, Athoiful juga lulusan terbaik Program S3 Pascasarjana Unisma.
Kepada Malang Posco Media, Athoiful menyampaikan, selain ikhlas dan istiqomah, kekuatan dan kesuksesan seseorang juga tergantung pada ridha orang tua. Untuk mencapainya dengan jalan ketaatan. “Tidak lupa setelah salat mendoakan orang tua dan guru,” katanya.
Bagi Athoiful, Unisma seperti rumah sendiri. Bahkan gelarnya S2 pun di Unisma. Dia merasa para dosen seperti orang tua sendiri. Mereka membimbing dan mengayomi. Termasuk para staff layaknya saudara sendiri. Cepat, peduli dan penuh kasih.
“Unisma serasa sangat homey banget. I feel at home. Saya tidak ingin pindah ke lain hati. Karena merasa nyaman di kampus ini,” ujarnya.
Peraih IPK 3,88 ini telah melakukan penelitian untuk Disertasi. Judulnya Pendidikan Inklusif Sebagai Dasar Dalam Membentuk Karakter Santri.
Dia mengatakan, banyak pondok pesantren atau lembaga pendidikan keislaman yang cenderung eksklusif dengan pola pendidikan dan pembelajaran. Cenderung tertutup, dan hanya mengedepankan kelompoknya sendiri. “Saya sering menemui model pendidikan pondok pesantren seperti ini,” katanya.
Menurutnya, pendidikan inklusif juga cocok diterapkan di sekolah umum melihat heterogenitas SDM yang ada di lembaga pendidikan. Ada nilai nilai inklusivitas, seperti keterbukaan, toleransi, keragaman, anti kekerasan dan sebagainya. “Saya pikir kedepan pendidikan Indonesia akan lebih fokus pada penerapan pendidikan inklusif di sekolah umum,” katanya.
Menurutnya, pendidikan inklusif sangat efektif dalam memperkuat karakter santri atau siswa. Karena pendidikan inklusif berbasis pada pembentukan akhlak dan adab yang mengedepankan toleransi, keterbukaan, keragaman, dan anti kekerasan.
Sementara para santri yang akan menjadi generasi emas Indonesia di masa yang akan datang. Mereka akan memegang posisi penting. Oleh karena itu santri harus dibekali karakter inklusif sejak dini. “Pendidikan ini sangat efektif dalam membentuk karakter santri. Karena mereka diajarkan akhlak rahmatan lil alamin,” pungkasnya. (imm)
Bangga, Jadi Dokter Harapan Orang Tua
Orang tuanya ingin melihat dia menjadi dokter. Memberikan manfaat untuk keluarga dan orang banyak. Keinginan itu telah dicapai oleh Rindu Desita, yang kini telah menjadi seorang dokter. Dokter lulusan Universitas Islam Malang (Unisma).
Bahkan, Rindu, menjadi lulusan terbaik dari Fakultas Kedokteran Unisma tahun ini. Tentu menjadi kebanggan bagi dirinya, lebih-lebih untuk orang tuanya.
“Sebenarnya alasan masuk kedokteran adalah keinginan orang tua saya, yang ingin melihat anaknya menjadi dokter. Alhamdulillah saya bisa menjadi apa yang diinginkan orang tua,” ucapnya kepada Malang Posco Media.
Rindu juga bersyukur atas pencapaiannya itu. Kerja keras dan upaya yang selama ini dilakukannya telah membuahkan hasil yang memuaskan. Dan itu membuatnya semakin termotivasi.
“Alhamdulillah sangat bersyukur, kerja keras selama ini membuahkan hasil yang manis. Membuat saya lebih bersemangat untuk bisa lebih bekerja keras lagi dalam melakukan segala hal yang akan saya tekuni kedepannya,” kata dia.
Rindu mengatakan, Unisma dalam hal ini Fakultas Kedokteran telah membuatnya menjadi pribadi yang tangguh dan kompeten. Juga profesional sebagai seorang dokter.
Dan lebih dari itu, ciri khas dan nilai tambah kuliah di Unisma, telah menjadikannya sebagai dokter muslim. Yakni dibekali nilai-nilai keislaman yang kuat sebagai pondasi beribadah dan berakhlak mulia.
“FK Unisma sangat berdedikasi untuk membuat mahasiswanya menjadi dokter muslim, tentunya tidak hanya pandai dalam ilmu kedokteran tapi juga mendidik dan membekali kami ilmu agama. Agar memiliki attitude yang baik,” tutur lulusan dengan IPK 3,65 ini.
Sebagai lulusan terbaik, Rindu tentu memiliki prinsip. Ada motto hidup yang dipegang teguh untuk mencapai kesuksesan. Hal itu juga diungkapkannya kepada Malang Posco Media.
Menurutnya, untuk sukses berjuang merupakan keharusan. Berjuang yang tidak sekedarnya, tetapi harus maksimal. Dan, tidak mudah menyerah. “Berjuanglah sekuat tenaga, berusaha yang maksimal. Allah akan memberikan yang terbaik,” ujar putri dari Eddy Budiman dan Lisda Fahrina ini.
Ditanya dengan caranya belajar, Rindu mengaku biasa saja. Tidak ada cara khusus dirinya dalam belajar. Sama dengan mahasiswa kebanyakan.
Dia bahkan rajin belajar kelompok. Atau belajar bersama.
Hanya saja, Rindu rajin mengulang jika ada waktu kosong.
“Sebenarnya tidak banyak berbeda dari teman teman yang lain. Saya ikut belajar bersama. Cuma ada waktu, saya mengulang pelajaran yang sudah saya pelajari sebelumnya,” tambahnya. (imm)
Tekun, Pandai Memanage Waktu
Kesibukan mengajar tak membuat semangat Yuanita Widiastuti surut untuk belajar. Kini dia sudah menyelesaikan studinya di jenjang S2. Dan menjadi lulusan terbaik Program Magister Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Islam Malang (Unisma).
Yuanita merupakan guru Bahasa Indonesia di SMAN 1 Kraksaan. Di sela aktivitasnya sebagai pendidik dia juga menyempatkan diri untuk kuliah. Setiap Hari Jumat dia harus ke Malang untuk Studi S2. “Yang penting kita dapat memanage waktu pasti kita bisa,” katanya.
Peraih IPK 4.0 ini pun menyampaikan kiat-kiat suksesnya. Termasuk cara dia belajar sambil bekerja. Yuanita termasuk orang yang tidak suka menyia-nyiakan waktu. Setiap ada waktu kosong digunakannya untuk belajar. “Minimal satu hari saya dapat satu paragraf, untuk menulis artikel atau menyelesaikan tugas. Namun ternyata bisa lebih dari itu,” ujarnya.
Karena ketekunannya itu, Putri dari Achmad Sapari dan Sri Astutik ini sudah banyak artikel yang dihasilkan. Bahkan sudah banyak yang publish ke Shinta. “Saya juga sudah menghasilkan dua buku yang ber-ISBN,” katanya.
Menurutnya, dengan ketekunan semua tugas dapat diselesaikan. Karena setiap orang memiliki kemampuan. Tinggal keinginan untuk maju. “Memang tidak mudah menyelesaikan banyak pekerjaan di waktu yang sama. Maka ini pun menjadi tantangan bagi saya,” ungkapnya.
Yuanita bersyukur bisa kuliah di Unisma. Menurutnya, dosen-dosen sangat membantu. Ramah dan cepat respon. Tidak pernah mempersulit mahasiswa. “Sehingga kami pun mudah untuk lulus,” ujar Yuanita yang lulus di Semester 3 ini.
Dia menyusun Tesis dengan judul Preferensi Media Bacaan Sastra Siswa SMAN 1 Kraksaan Cetak atau Digital?. Penelitian yang dilakukannya menggali minat siswa dalam belajar Sastra. Lebih khusus pada media ajar atau media untuk membaca Sastra. Lebih memilih cetak atau digital.
Hasil penelitiannya nanti ada kaitannya dengan media pembelajaran. Guru pun dapat penggunaan media yang tepat sehingga berdampak pada prestasi belajar.
“Hasil penelitian saya diketahui bahwa media digital lebih menarik. Karena dianggap lebih praktis. Namun dari segi pemahaman untuk dipelajari siswa lebih memilih media cetak,” terangnya.
Sastra sendiri, kata dia, ada tiga genre. Puisi, prosa, dan drama. Semua dapat dibaca melalui media cetak atau digital. “Tinggal kita perlu memahami kesukaan dan kemudahan siswa dalam memilih jenis media bacanya,” tuturnya. (imm)
Aktif Organisasi, Lulus Dengan Pujian
Salah satu lulusan terbaik Unisma tahun ini dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Dia adalah Auva Mufaddol, S.M, dengan IPK 4.00 predikat Dengan Pujian.
Dia bersyukur menjadi lulusan terbaik serta bangga menjadi lulusan Unisma. Ia memilih Unisma karena telah mengetahui kualitas kampus ini. “Banyak yang menyarankan saya masuk Unisma. Karena kampus ini juga NU berhaluan Ahlussunnah wal jamaah,” katanya.
Sebagai mahasiswa yang dikenal rajin, Auva juga aktif di organisasi. Diantaranya aktif di text center. Dia juga pernah menjadi relawan pajak di Direktorat Jenderal Pajak selama dua periode. “Juga aktif di Hima Prodi Manajemen. Banyak yang bisa saya dapat dengan aktif di organisasi, menambah wawasan dan kecakapan saya,” terangnya.
Auva berbagai tips meraih sukses. Menurutnya untuk sukses harus fokus. Sekalipun hal-hal kecil. Serta berusaha untuk bertanggung jawab atas tugas dan kepercayaan yang diemban. “Harus punya catatan agenda dan target yang harus dicapai. Lalu disiplin untuk mencapainya,” kata dia.
Putra pasangan dari Abdullah Badi dan Elfin Nadliroh ini berharap Unisma semakin maju. Menjadi kampus yang unggul dengan internasionalisasi program yang semakin bagus. “Saya juga mengimbau pada adik-adik kelas supaya fokus pada bidang yang ditekuni dan melakukan yang terbaik untuk kampus kita,” ucapnya.
Auva menulis Skripsi tentang kekuatan branding. Dengan objek penelitian produk Merek Erigo. “Perusahaan besar tidak hanya bergantung pada kekuatan produk. Tetapi juga tergantung dari brand itu sendiri,” terangnya. (imm)