MALANG POSCO MEDIA – Pengalaman adalah guru terbaik. Ya pengalaman tingkat dunia inilah yang sudah dirasakan secara langsung oleh Timnas Indonesia dan masyarakat Indonesia pasca gelaran Timnas Indonesia vs Argentina di Stadion Gelora Bung Karno, Senin (19/6) malam. Mesti tak diperkuat Lionel Messi, Angel Di Maria dan Nicolas Otamendi, namun sang juara Dunia 2022 itu sudah memberikan pengalaman hebat dan terbaik sepanjang masa bagi Timnas Indonesia dan Rakyat Indonesia.
Permainan kelas wahid dan menghibur benar-benar disuguhkan di hadapan 56 ribu penonton yang memadati GBK dan jutaan masyarakat Indonesia yang menonton siaran langsung melalui TV. Orkestra tiki taka sebagai ciri khas permainan Argentina benar-benar membuat Timnas Indonesia di babak pertama tak mampu menyentuh bola hingga kebobolan satu gol lewat tendangan keras Paredes di menit 38.
Namun Elkan Bagot dkk tak menyerah. Meski kesulitan namun semangat dan kerja keras mereka juga mampu mengimbangi permainan para Timnas Tango. Bahkan beberapa peluang nyaris menjadi gol mampu diciptakan Dimas Drajad dkk. Argentina pun sempat dibuat kerepotan untuk menembus benteng pertahanan di babak pertama, dan harus kerja keras lagi di babak kedua.
Kekalahan 2-0 adalah hasil yang adil. Adil bagi Indonesia dan adil bagi Argentina. Bisa dibayangkan andai sampai menit akhir Argentina tak mampu membuat gol. Betapa sangat malu dan beban berat bagi Timnas Argentina. Apalagi kalau kemudian yang terjadi sebaliknya, Timnas Indonesia yang berhasil mencetak gol, meskipun hanya satu gol. Sekelas juara dunia dikalahkan oleh Indonesia yang secara peringkat sangat sangat jauh, 149. Sedangkan Argentina di peringkat 1.
Fakta ini juga yang pada akhirnya menjadi jawaban logis mengapa Lionel Messi juga tak ikut ke Indonesia. Kehadiran Messi memang sebuah kesempatan emas yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat Indonesia, khususnya fans Argentina di Indonesia yang sudah jauh-jauh hari merogok kocek dalam-dalam untuk membeli tiket pertandingan Indonesia vs Argentina. Mereka ingin melihat secara langsung di depan mata sendiri permainan cantik La Pulga (si Kutu). Tidak hanya menonton TV yang selama ini bisa dilakukan.
Namun andai Messi datang dan ikut bermain, bisa dibayangkan juga beban berat di pundak Messi dan Timnas Indonesia. Kalau Messi tak bisa membuat gol, pasti Messi akan malu dan fans akan kecewa. Timnas Argentina pasti juga kecewa, terutama Lionel Scaloni sang pelatih.
Tapi kalau yang terjadi sebaliknya, Messi justru menggila dan membabi buta dengan permainan super ciamiknya, menjadikan gawang Timnas Indonesia menjadi lumbung gol, juga akan sangat tidak baik bagi pertandingan yang terjadi malam itu. Bisa bisa penonton malah ‘menertawakan’ permainan Timnas Indonesia dan suasana jadi tidak asyik karena pertandingan kelihatan tidak imbang.
Terlepas dari spekulasi-spekulasi di atas, Indonesia harus berterima kasih kepada Timnas Argentina dan terkhusus kepada Erick Tohir, Ketua Umum PSSI yang sukses mendatangkan Timnas Argentina dengan segala daya upayanya. Bahkan Presiden Jokowi juga mengakui kesuksesan gelaran Indonesia vs Argentina adalah kerja keras Erick Tohir.
Kehadiran Timnas Argentina yang juga diikuti Julian Alfarez ini juga menjadi pengalaman berharga bahwa juara dunia 2022 ini tidak gengsi dan malu datang ke Indonesia dan mau bermain dengan Timnas Indonesia. Ini juga jadi pelajaran berharga bahwa prestasi setinggi langit pun tidak boleh sombong, tidak boleh meremehkan negara dan timnas lain, yang levelnya jauh di bawahnya.
Argentina sudah memberikan pelajaran sangat berharga bahwa sepakbola adalah olahraga yang fair play. Ketika di lapangan, tidak ada lagi prestasi dan embel-embel apapun. Mau juara dunia, mau juara Liga Champions, ketika sudah berlaga di lapangan, yang adalah pertandingan. Adu strategi, adu teknik, dan adu skill. Bukan adu bintang dan nama besar.
Lihat saja, meski tanpa Messi dkk, Romero dkk tetap menunjukkan semangat menyerang dan mengurung pertahanan Indonesia dengan luar biasa. Lihat saja ketika Paredes yang mampu mencetak gol ke gawang pun melakukan selebrasi dengan meloncat dan mengepalkan tangan ke udara. Inilah olahraga sepakbola yang sesungguhnya.
Mesti laga ini bukan kompetisi liga, apalagi laga Piala Dunia, Timnas Argentina tetap bermain sungguh-sungguh. Tak terlihat main-main, apalagi mempermainkan. Justru yang nyata adalah Timnas Argentina mengajarkan bagaimana bermain bola yang baik, menyerang dengan tenang dan tak lelah menciptakan peluang hingga menjadi gol.
Yang pasti, pengalaman kelas dunia ini menjadi sejarah bagi bangsa Indonesia bahwa pertandingan Indonesia vs Argentina tercatat di dalam Agenda FIFA Matchday. Foto-foto pertandingan Timnas Indonesia vs Argentina juga akan menjadi bukti yang akan bermanfaat bagi masa depan sepakbola Indonesia.
Maka sangat tepat, Presiden Jokowi menyampaikan terima kasih kepada Timnas Indonesia yang sudah berjuang keras dan mampu meladeni permainan Timnas Argentina. Jokowi juga menegaskan semoga pengalaman berharga ini menjadi awal kebangkitan persepakbolaan di Indonesia sehingga mampu berlaga-laga di level level tertinggi dunia.
Pengalaman memang guru terbaik. Pengalaman kelas dunia juga yang mengantarkan Putri Ariani periah Golden Buzzer American’s Got Talent dipanggil Jokowi ke Istana Presiden dan didapuk menyanyikan lagu Rayuan Pulau Kelapa saat pembukaan laga Indonesia vs Argentina. Pengalaman ini juga yang bisa menginspirasi siapa pun untuk bisa sukses meraih prestasi dunia meski punya keterbatasan.
Pengalaman-pengalaman hebat kelas dunia ini juga yang digelorakan Direksi Malang Posco Media. Komisaris Utama Juniarno Djoko Purwanto dan Dirut Sudarno Seman terus mendorong wartawan Malang Posco Media untuk bisa meliput event-event kelas dunia. Mulai MotoGP, Liga Asia, KTT ASEAN, bahkan Piala Dunia di masa mendatang. Semangat inilah yang memang patut terus digelorakan agar negara, perusahan dan lembaga-lembaga punya reputasi internasional yang membanggakan Indonesia. Koran boleh lokal tapi liputan mendunia.
Sayangnya, di Kota Malang, ada pengalaman yang sudah terjadi tidak dijadikan ‘guru terbaik.’ Sudah berulang kali kasus pendirian perumahan, apartemen, restoran, rumah makan, bahkan RS yang belum tuntas izinnya, nekat dibangun. Ujung-ujungnya bermasalah dengan warga dan dihentikan Satpol PP. Tapi kasus ini seolah terulang atau justru sengaja diulang ulang lagi.
Yang terbaru Mie Gacoan Sawojajar yang akhirnya berurusan dengan Pemkot Malang dan Satpol PP terpaksa meminta diturunkannya banner karena mau nekat menggelar Grand Opening pada, Jumat (23/6). Kasus belum tuntas dan belum lengkapnya perizinan untuk beroperasinya usaha ini juga harusnya menjadi pengalaman terbaik semua pihak. Baik itu pengusaha, pemkot, dan masyarakat.
Tak perlu menyalahkan salah satu pihak. Yang justru harus menjadi pengalaman terbaiknya adalah, masing-masing pihak mengakui keterbatasan dan kekurangannya masing-masing. Kemudian sama-sama melakukan perbaikan ke depannya. Pengalaman adalah guru terbaik agar kita semua menjadi lebih baik, lebih maju, lebih profesional, lebih disiplin dan Lebih Hebat.! (*)