MALANG POSCO MEDIA, MALANG –
Ada yang beda di halaman MTs Negeri 1 Kota Malang, Kamis (22/6) kemarin. Siswa-siswi kelas 7 tampak asik membatik. Didampingi oleh tim dari Batik Malangan Blimbing. Semua tampak antusias menggunakan canting untuk membatik kain yang sudah disediakan.
Kegiatan membatik ini merupakan agenda dari Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Profil Pelajar Rahmatan lil Alamin (P5 PPRA) di MTs Negeri 1 Kota Malang. Tema Projek kali ini adalah melukis Jejak Budaya, dengan pesona batik malangan sebagai implementasi kurikulum merdeka.
Kepala MTs Negeri 1 Kota Malang Dra. Erni Qomaria Rida, M.Pd mengatakan, kegiatan tersebut merupakan moment berharga bagi anak didiknya. Mereka dilatih untuk membuat batik. Sekaligus menjadi upaya untuk melestarikan budaya bangsa.
“Batik itu warisan leluhur bangsa Indonesia yang telah diakui dunia. Kita harus bangga dan wajib merasa memiliki. Karena orang luar negeri pun menyukai batik,” katanya, saat ditemui Malang Posco Media.
Erni menjelaskan, untuk dapat merasa memiliki harus ada rasa cinta. Dan untuk mencintai harus mengenal lebih dulu. “Maka hari ini kita kenalkan pada anak-anak dengan batik malangan,” ujarnya.
Menurutnya, batik merupakan warisan budaya yang memiliki nilai seni yang tinggi. Mulai dari jenis hingga coraknya.
Di dalam batik terdapat filosofi dan ide-ide kreatif pembuatnya. “Bahkan batik itu mencerminkan jiwa dan kepribadian seseorang,” ungkapnya.
Oleh karena itu, Erni menegaskan, motivasi besar dari kegiatan Project ini adalah semangat siswa Matsanewa (sebutan MTs Negeri 1 Kota Malang) untuk melestarikan budaya. “Sesuai tema melukis jejak budaya, maka melalui kegiatan ini kita bertekad melestarikan budaya bangsa,” tuturnya.
Menurutnya, Batik memiliki nilai filosofi yang tinggi. Dan ini merupakan warisan luhur dari wali songo. Syiar agama Islam di masa lalu tidak lepas strategi wali songo dengan menggunakan kearifan lokal.
Ajaran Islam untuk menutup aurat saat itu menjadi cikal bakal terciptanya batik. Kata batik sendiri berasal dari huruf Baa yang ada titiknya. Menjadi Batik. “Jadi ini tidak lepas dari unsur-unsur ajaran Islam yang disyiarkan oleh wali songo di masa lalu,” terangnya.
Waka Kurikulum MTs Negeri 1 Kota Malang, M. Kholish Widodo, M.Pd mengatakan, program projek kali ini bertema Pesona Batik Malangan sebagai implementasi Kurikulum Merdeka. Dan kegiatan ini sebagai langkah konkret MTs Negeri 1 Kota Malang yang berfokus pada kreativitas siswa.
“Sejak menerapkan Kurikulum Merdeka pendidikan bertransformasi menjadi lebih kreatif. Memberi peluang yang lebih luas pada siswa untuk lebih berekspresi dan kreatif,” katanya saat sambutan.
Dia berharap melalui projek ini siswa MTs Negeri 1 Kota Malang bisa menjaga budaya. Terlebih pada era globalisasi revolusi 4.0 dan society 5.0, pengaruh budaya luar semakin kuat.
Kholis menyampaikan terimakasih kepada tim Batik Malangan yang telah hadir untuk membina dan melatih anak didiknya. “Sehingga anak-anak mengerti sejarah batik malangan, proses membuat batik, hingga pemasarannya. Pengalaman ini menjadi inspirasi mereka di dunia entrepreneur,” tuturnya.
Dalam kegiatan ini juga dilakukan penilaian. Kriteria penilaiannya meliputi proses dan hasil. Antara lain kerapian, kebersihan dan kreativitas. Masing-masing siswa juga wajib mempresentasikan karyanya saat ditanyakan oleh tim juri.
Sementara itu, sebelum kegiatan membatik dimulai Owner Batik Blimbing Malang, Wiwik Niarti menyampaikan materinya. Dia mengatakan batik malangan mengangkat kearifan lokal. Terdapat beberapa jenis batik. Yakni batik tulis, batik cap, dan batik kombinasi.
Dia menambahkan, membuat batik membutuhkan proses yang panjang. Mulai membuat pola, mencanting, mewarna, dan merebus. “Itu proses pendek dari batik,” katanya.
Wiwik mengungkapkan, batik Indonesia lebih rumit dan memiliki filosofi. Batik tidak sekedar membuat baju. Karena prosesnya rumit dan sulit. “Karena itulah batik memiliki nilai jual yang tinggi,” pungkasnya. (sir/imm)