MALANG POSCO MEDIA – Hj Suprihatin merupakan putri dari pendiri Rawon Rampal, Syariah. Ia sejak kecil membantu orang tuanya itu merintis dan membesarkan Rawon Rampal hingga seperti saat ini.
Hj Suprihatin sebenarnya baru diketahui menderita stroke sesaat setelah sampai di Tanah Air dari Malaysia. Sempat pusing kemudian pingsan lalu dilarikan ke rumah sakit dr Saiful Anwar (RSSA) Malang.
Namun sayangnya, generasi kedua pemilik resep Rawon Rampal itu tiada dan menghembuskan nafas terakhirnya. Hal ini sungguh menyesakkan hati banyak orang, terutama keluarganya.
“Karena perjuangannya ibu membesarkan (Rawon Rampal) ini tidak mudah sejak dari mbah dulu. Dari kecil sampai besar seperti ini butuh perjuangan yang gigih. Lalu karena orangnya itu memang gigih, ulet, semua orang tahu beliau orangnya baik,” sebut Ninik Wahyuni, anak kedua dari Hj Suprihatin.
Awal didirikan, sebenarnya yang pertama dijual bukan rawon. Melainkan jajanan seperti cenil hingga tetel. Selain itu ada juga soto. Malahan, saat itu yang terkenal adalah soto. Sehingga dulunya sempat terkenal sebagai Warung Soto Rampal.
Berjalannya waktu, bertambahlah menu rawon. Tidak disangka, menu berbahan baku khas daging dengan kluwek itu justru makin diminati oleh masyarakat luas. Hingga akhirnya menu rawon jadi andalannya dan menu soto hanya dimasak dengan porsi tidak banyak. Jadilah Warung Soto Rampal ketika itu perlahan lebih dikenal menjadi Rawon Rampal.
Terlepas dari itu, Hj Suprihatin sendiri dikenal banyak orang sebagai sosok yang humble. Sangat ramah kepada tiap pelanggannya. Memang agak sedikit berbeda dengan generasi pertama yang dikenal lebih kaku dan disiplin ketika mendirikan Rawon Rampal pada tahun 1957. Hj Suprihatin mulai mengelola Rawon Rampal secara mandiri sejak sekitar tahun 1968.
“Kalau mbah itu, kan tipe orangnya agak kolot. Misal ada yang beli tanpa kecambahnya, itu kadang mbah tidak mau, ya harus sesuai standarnya rawon ya ada kecambahnya. Maksudnya bagus, untuk menjaga khasnya masakan rawon,” ungkap Ninik.
“Sedangkan ibu lebih menyesuaikan selera pembeli, humble dan akrab dengan pelanggan. Sampai ada yang 30 tahun jadi pelanggan setia di sini,” sebutnya.
Setiap hari, Hj Suprihati sendiri turun tangan memilih bahan bahan yang akan dimasak di Rawon Rampal. Kemudian tiap pagi, mencoba satu per satu hasil masakan yang diolah oleh anak-anaknya. Tidak terlewatkan satu pun, bahkan termasuk gorengan-gorengan. Siangnya, Hj Suprihatin memastikan stok masakan masih tersedia atau tidak. Lalu sore harinya mulai memasak lagi untuk persiapan keesokan harinya.
Hj Suprihatin juga dikenal begitu ‘rewel’ dalam pemilahan bahan bakunya. Untuk memastikannya, ia bahkan selalu belanja sendiri ke pasar. Setiap bahan masakan, selalu diperiksa teliti dan dipastikan bahan yang paling baik.
“Cari bahan harus yang paling bagus. Kalau jelek tidak mau. Daging pun begitu, kalau ada dagingnya difrozen itu tidak mau. Semangatnya buat berjuang gigih banget. Sampai betul-betul tercapai apa yang diinginkan. Tetap dikejar,” sebut Ninik
Pasca berpulangnya Hj Suprihatin, otomatis Ninik yang akan melanjutkan tugas dan keseharian tersebut. Tidak memungkiri dirinya pun juga sudah menyiapkan seorang putrinya sebagai generasi penerusnya.
Menurut Ninik, ada satu pesan berharga yang sempat disampaikan padanya. Pesan ini dipastikan Ninik akan terus dijaga dan diupayakan untuk terlaksana.
“Beliau sempat berpesan (Rawon Rampal) tetap diteruskan, harus berkembang lagi. Kalau bisa malah buka cabang. Insya Allah anak cucu saja yang mewujudkan. Terus minta guyub saja sama semua saudara,” katanya. (ian/van)