MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Tahun ajaran baru 2023-2024 akan segera bergulir. Terhitung tanggal 17 Juli 2023 semua sekolah sudah mulai masuk kembali. Setelah libur panjang semester genap, siswa back to school. Kembali ke sekolah.
Tentu dengan sekolah dan kelas yang berbeda. Bagi siswa kelas 6 SD tahun ajaran lalu, akan masuk sebagai siswa baru SMP Kelas 7. Demikian yang kelas 9 SMP tahun lalu, akan menjadi siswa kelas 10 SMA.
Di sisi lain, kurikulum merdeka juga berkembang satu tingkat. Jika tahun lalu diterapkan hanya untuk siswa kelas 1, 4, 7, dan 10, maka tahun ini bertambah kelas 2, 5, 8 dan 11. Maka implementasi kurikulum merdeka harus benar-benar disiapkan. Supaya guru menjadi lebih siap, dan IKM benar-benar sesuai dengan yang diharapkan.
SMAN Taruna Nala Jatim, bergerak cepat. Menjelang tahun ajaran baru, sekolah ini menggelar In House Training (IHT). Dalam rangka Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM).
Kepala SMAN Taruna Nala Jawa Timur Dr. Dra. Husnul Chotimah, M.Pd mengatakan IHT digelar untuk menyamakan persepsi guru tentang Kurikulum Merdeka. Supaya ada pemahaman yang sama terkait kurikulum ini. Mulai menyusun perencanaan pembelajaran, modul ajar, asesmen dan seterusnya. Termasuk menyusun modul dan melaksanakan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).
“Kegiatan ini diikuti semua guru, agar mendapat pemahaman yang sama sehingga saat pelaksanaan Kurikulum Merdeka dapat berjalan dengan baik,” katanya.
IHT dilaksanakan selama enam hari. Sebanyak 48 jam pembelajaran. 42 JP untuk materi terkait pembelajaran dan enam JP terkait ke BK-an. “Dan kami harus melaporkan di SIM PKB, apa yang sudah dilakukan dalam in house training ini,” imbuhnya.
Di SMAN Taruna Nala Jawa Timur IKM sudah dilaksanakan sejak tahun ajaran yang lalu. Diterapkan untuk siswa kelas 10. Sedangkan kelas 11 dan 12 masih menggunakan K-13. Tahun Ajaran yang akan datang IKM juga diterapkan untuk kelas 11. “Tahun lalu kami laksanakan IKM secara mandiri. Tahun depan ditambah kelas 10 dengan bantuan dana dari pemerintah” ungkapnya.
Menurut Husnul, antara Kurikulum K-13 dengan Merdeka Belajar terdapat beberapa perbedaan mendasar. IKM lebih sederhana, namun konsepnya lebih mendalam. Selain itu, IKM betul-betul memfasilitasi kebutuhan siswa sesuai kemampuan dan potensi mereka masing-masing.
“Sehingga pembelajaran yang kita terapkan harus berdeferensiasi dengan kemampuan siswa. Karena kemampuan mereka berbeda. Termasuk dalam menyusun asesmen,” tuturnya.
Perbedaan lainnya, ada pada program P5. Program ini sebagai kokurikuler. Bentuk projek yang dihasilkan siswa dapat berupa produk atau aksi nyata. Ada beberapa tema dalam P5. Diterapkan secara berkala dalam satu tahun ajaran.
Misalnya di SMAN Taruna Nala Jatim tahun lalu. Siswa diajak untuk berkunjung dan menyaksikan langsung kegiatan di kampung keramik dan rumah topeng lalu dipraktikkan di sekolah. “Ini arahnya pembuatan produk. Sedangkan yang wujudnya aksi, siswa kami ajak untuk berkebun,” terangnya.
Perlu diketahui, SMAN Taruna Nala Jawa Timur adalah salah satu dari dua SMAN di Kota Malang yang lolos menjadi Sekolah Penggerak. Sebagai sekolah penggerak SMAN Taruna Nala telah mendapat bimbingan teknis dari Kementerian Pendidikan.
Pertama yang dilakukan adalah membentuk Komite Pembelajaran. Anggotanya terdiri dari pengawas sekolah, kepala sekolah, dua orang guru salah satunya guru BK. Empat orang ini dilatih lebih dulu. Selanjutnya menjadi narasumber yang mensosialisasikan ke guru-guru yang lain.
“Harapan kami sebagai sekolah penggerak dapat mengimbas ke sekolah yang lain. Kita bisa berbagi ilmu dengan sekolah yang lain. Karena IKM harus segera dilaksanakan oleh semua sekolah,” jelas Husnul. (imm)