Cantik Saja Tak Cukup
Perempuan cantik tak sekadar fisik. Idealnya harus diimbangi dengan kepribadian yang cantik pula. Kembangkan diri, terutama potensi yang dimiliki.
MALANG POSCO MEDIA- Cantik saja tak cukup. Anastasya Renata Amalia membekali diri dengan keterampilan. Tujuannya agar bermanfaat bagi sesama.
Renata pun berani mengambil langkah besar. Yakni belajar kerja di Deputi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Sekretariat Kabinet RI.
Mahasiswi Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya (FIA UB) ini pun telah menemukan jalan untuk mengelola anugerah kecantikannya. Selain cantik, ia didapuk sebagai Putri Brawijaya 2022.
Bergelut di dunia pageant (kontes kecantikan), membuatnya semakin terbuka terhadap realita. Dari yang berawal hanya sebagai penonton, mulai dari Miss Indonesia dan Putra Putri Brawijaya, kini berkecimpung di dunia tersebut
Renata mulanya nihil pengalaman dan tidak banyak tahu tentang dunia pageant. “Saya harus berusaha ekstra dibandingkan teman-teman lainnya yang memang sudah lama terjun ke dunia pageant,” ujarnya.
Hal-hal dasar ia pelajari tak kenal waktu. Mulai dari mengaplikasikan berbagai macam jenis make up di wajah, menata rambut dengan style pageant, dan manner (aturan) di dalam dunia pageant. Salah satu yang cukup menjadi tantangan adalah, belajar menggunakan heels setinggi 15 centimeter selama beberapa jam.
“Seringkali saat saya belajar dan mengikuti rangkaian pageant, bertabrakan dengan aktivitas kuliah. Padahal ini tetap menjadi tanggung jawab, yang tidak bisa ditinggalkan begitu saja,” sebut perempuan berusia 22 tahun itu.
Seiring berjalannya waktu, dengan tips untuk bisa membagi skala prioritas, membuatnya dapat beradaptasi. Sebagai seorang yang dituntut untuk bisa multitasking (tugas ganda), harus bisa menempatkan mana hal yang terpenting yang harus didahulukan.
Setelah menjuarai kontestasi itu, beban besar disematkan di pundaknya. Sebagai salah satu wajah kampusnya, Renata harus selalu mengasah diri dan pengalamannya.
“Kini saya berusaha memberi dampak pada lingkungan sekitar, secara terus menerus ke arah yang lebih baik. Seperti memberikan edukasi, pembelajaran, dan banyak kegiatan lain yang saya kerjakan melalui kegiatan kampus atau di luar,” jelasnya.
Renata yang mendapatkan mandat berat, sebagai jawara pageant ini ternyata tidak pernah terpikir sebelumnya. Dara cantik kelahiran Bandung tahun 2001 itu yakin bahwa raihan ini ada doa ibunya yang sangat kuat.
“Sejak SMP itu, ibu saya selalu bilang bahwa kelak nanti saya akan jadi duta. Namun saya juga tidak berani, untuk melangkah ke hal tersebut. Tapi benar kata orang, bahwa omongan adalah doa. Akhirnya, kemantapan hati dan doa dari ibu, mengantarkan saya bisa melangkah ke panggung kompetisi,” jelasnya.
Dari kompetisi pageant, kemudian ia terus mengembangkan sayap. Mendalami ilmu public speaking dan time management. “Kalau saya untuk mengatasi hal ini, yaitu dengan learning by doing dan learning by accident. Setiap proses yang saya jalani, dari kesalahan-kesalahan yang saya lakukan, saya dapat memperbaikinya ke arah yang lebih baik,” ceritanya.
Dari sanalah, ia melihat peluang untuk menjadi lebih bermanfaat. Berbekal dari dunia pageant, dirinya ingin mengepakkan sayap manfaat lebih luas. Mendalami ilmu di ranah pemerintahan dan masyarakat.
Tugasnya, memberikan pendapat serta solusi, dari isu yang terjadi di bidang budaya. Selain itu, membuat kajian dari isu-isu yang ada, untuk nantinya akan dipresentasikan kepada pihak-pihak yang terlibat.
“Untuk saat ini, prioritas yang saya kerjakan adalah menggali ilmu serta pengalaman yang lebih dalam lagi. Khsusus di dunia pemerintahan dan masyarakat luas,” tandasnya. (rex/van)