Malang Posco Media-Adi Sih Pirno, Koordinator Pantai Selatan Rescue (PSR) tengah beristirahat pasca melakukan penyisiran laut Pantai Jembatan Panjang Tanjung Sirap dalam pencarian korban terseret ombak pada Sabtu (8/7) lalu.( MPM-M. Prasetyo Lanang)
MALANG POSCO MEDIA, MALANG-Mengenakan celana pendek dan kaus bertanda Pantai Selatan Rescue (PSR) Adi Sih Pirno mengistirahatkan badannya. Ia menarik napas panjang usai terlibat penyisiran laut dengan Jukung untuk mencari keberadaan dua korban keganasan ombak Pantai Jembatan Panjang Tanjung Sirap yang tersisa. Bagi Pirno, begitu ia disapa, asa itu masih ada.
Ia yang sudah berpengalaman bertahun-tahun dalam tim SAR, selalu memikirkan potensi keberadaan para korban. Sekitar 90-100 orang yang dilibatkan dalam pencarian masih konsisten dan menunjukkan sikap pantang menyerah dalam Opera SAR. Mereka datang dari berbagai latar belakang.
Mereka datang dari berbagai daerah dan berbagai latar belakang. Merelakan waktu dan tenaga untuk turut mempertaruhkan nyawa mencari pata korban di tengah deburan ombak dan sepanjang bibir pantai. Sebagian relawan Malang Raya juga menangani beberapa pencarian peristiwa laka air dan kebencanaan di beberapa titik.
“SDM kita di tim dan seluruh Potensi SAR harus berbagi tenaga. Baik yang mencari korban Laka Laut Pantai Jembatan Panjang Tanjung Sirap maupun Laka air lain di Karangkates dan kebenaran juga di Malang Selatan,” ucap Pirno.
Pirno merupakan Koordinator Pantai Selatan Rescue dengan wilayah kerja Lumajang sampai Pacitan. Belasan tahun ia telah mengabdikan diri di tim SAR dengan berbagai a sertifikasi. Pirno mengakui masa-masa dimana berbagai tragedi terjadi memaksa setiap titiknya untuk pencarian korban dan penanganan kebencanaan harus betul-betul dimanajemen dengan baik.
“Kita fokuskan pencarian di JPTS kita bagi persentasi 60 persen banding 40 persen. 40 persen tugasnya di laka air yang lain,” katanya.
Apalagi, pencarian korban laka laut bukan hal yang mudah. Segala kemungkinan diakuinya bisa terjadi pada temuan korban. Terbukti, korban bernama I Made Indraprasha diketahui kemunculannya di Pantai Popoh wilayah Kabupaten Tulungagung dalam kondisi meninggal dunia. Made adalah korban ketiga yang dievakuasi usai Ana WNA asal Spanyol, dan Ruspandi yang merupakan anggota tim Ciliwung Camp.
Perjuangan tim gabungan dan para relawan sempat menemukan titik terang. Bau-bau menyengat, menjadikan harapan mereka membuncah. Namun, harapan itu kembali kuncup setelah tim hanya menemukan sebuah papan seluncur Paddle Board yang digunakan Ana dan Jana di Pantai Bantol pada hari keempat. Meski demikian, temuan itu menjadi petunjuk baru yang mempengaruhi kelanjutan pencarian nantinya.
“Area yang kita sisir memang ekstrem. Harus saling kerja sama untuk mencapai titik lokasi. Dan tetap, keselamatan tim adalah hal penting,” tegasnya.
Para relawan di tim gabungan sempat mengalami kendala yang cukup menyulitkan. Mulai dari gelonbang tinggi, cuaca mendung, dan terutama angin yang kencang. Pirno menceritakan, tim juga memunculkan prediksi yang tadinya memperkirakan angin sampai pukul 12.00 siang mengarah timur, dan 12.00 siang sampai pukul 17.00 ke barat saat sore hari. Tetapi kenyataannya berkata lain dinlapangan dengan angin pada pukul 06.00-12.00 mengarah ke barat, dan tepian.
“Dari pantai 4 mill angin ke barat semua. Sehingga prediksi SAR Map yang kita buat acuan agak meleset,” keluhnya.
Setiap gejala menjadi pertanda awal harapan muncul di benak pirno dam tim SAR. Tak jarang, apa yang ditemukan di lautan tak sepadan dengan ekspektasi mereka. Tak terkecuali menemukan tanda tanda korban yang mengapung, namun kembali tergulung ombak dan hilang. “Tanda tanda yang ditemui belum bisa jadi A1 (istilah untuk kepastian keberadaan korban yang dicari),” sebutnya.
Pirno terus menyemangati relawan untuk tetap berjuang mencari survivor. Meski dia dan rekannya harus berada berada di titik arus yang deras. Pengamatan tak boleh terlewat demi menemukan korban. Meskipun, kondisi kesehatan Pirno juga dipertaruhkan dia tetap setia dengan kerja kemanusiaan.
“Potensi SAR tetap eksis demi tugas kemanusiaan. Bukan sekadar harapan, teman-teman sangat semangat sampai hari ketujuh opsar,” imbuh Pirno.
(tyo/jon)