Asisi Suhariyanto, YouTuber Edukasi Sejarah
Proses edukasi bisa dilakukan dengan beragam cara. Selain secara konvensional, juga dapat dikreasikan menjadi konten yang menarik. Itulah yang dilakukan Asisi Suhariyanto, salah seorang konten kreator atau YouTuber dari Kota Malang.
=======
Melalui kanal YouTube bernama Asisi Channel, Asisi Suhariyanto membuat edukasi sejarah kian menarik. Bahkan dengan animasi, audio dan video yang dikemas dramatis. Sehingga bisa membawa penonton seolah ikut erbawa dalam dimensi masa lalu sesuai cerita yang disuguhkan.
Misalnya seperti kejayaan masa Kerajaan Majapahit, Singasari, Pajajaran, Sriwijaya dan seterusnya. Lengkap dengan animasi yang mengilustrasikan sosok raja zaman dahulu yang memakai mahkota dan kerisnya. Juga ada tokoh agama dengan pakaian khasnya hingga rakyat jelata yang didesain menarik seperti kartun.
Antok, sapaan akrab Asisi Suhariyanto mulai menciptakan konten edukasi sejarah ketika masa pandemi Covid-19. Sekitar akhir tahun 2020. Ketika banyak pembatasan itulah ia membuat konten yang sesuai dengan kegemarannya. Yakni tentang sejarah, terutama di periode klasik sebelum masa penjajahan.
“Generasi sekarang lebih suka dengan video. Maka yang terpikir ya sudah bikin kanal, bernama Asisi Channel. Ini bentuk kepedulian ku pada bangsa. Di samping itu juga sebagai caraku untuk ‘uri-uri’ (melestarikan) budaya,” sebut Antok.
Sebelum menciptakan kanal YouTube, Antok sudah berkeliling ke berbagai negara untuk mempelajari budaya dan sejarah tiap negara. Dari perjalanannya itu, ia mendapat pelajaran bahwa banyak negara yang pecah karena konflik. Sementara Indonesia, juga punya potensi yang sangat besar untuk pecah.
Maka dari itu, bagi Antok, untuk menjaga kesatuan bangsa ini salah satu yang penting menjadi pemersatu adalah kekayaan budayanya. Hal inilah yang lantas menguatkan keinginannya membuat konten sejarah.
“Videografi itu saya memang belajar, istilahnya otodidak tapi sudah dimulai satu tahun sebelumnya sudah berproses melalui kanal milik istri saya,” katanya.
Namun membuat konten video yang menarik, juga tidak semudah yang awal dibayangkannya. Tidak cukup hanya dijelaskan dan diperagakan di lokasi bersejarah namun juga harus digambarkan. Akhirnya ia pun membuat sebuah animasi yang mengilustrasikan bagaimana keadaan masa lalu itu. “Masalah animasi ini menarik juga karena saya itu bingung memvisualkannya bagaimana. Akhirnya cara memunculkan adegan itu dengan animasi, ternyata banyak yang suka. (animasi) Saya mengangkat gaya tahun 1812memakai celana pendek, ikat pinggang, jarik dan sebagainya,” kata suami dari Selviya Hanna ini.
Awalnya Antok bersama istrinya berkeliling di situs-situs kerajaan yang bersejarah yang ada di seputaran Malang. Berjalannya waktu, ia memutuskan memperlebar jangkauannya. Berdua bersama istrinya, Antok mengunjungi satu per satu situs peninggalan. Seperti candi hingga prasasti yang ada di berbagai daerah terutama di Pulau Jawa.
“Dia (istri) yang ambil gambar, aku yang bergerak. Setelah itu kami garap, aku yang videografi lalu dia yang menghaluskan narasi sama musik dan finishing akhir,” beber Antok.
Tidak disangka, konten edukasi sejarah yang dikemas sedemikian rupa itu menarik antusiasme warganet yang begitu besar. Subscriber atau pengikut kanal YouTube-nya pun meningkat drastis dalam waktu tiga tahun. Sejak dibuat pada akhir tahun 2020 lalu, kini total subscriber Asisi Channel mencapai setengah juta subs atau tepatnya 511 ribu subscriber pada pertengahan Juli 2023 ini.
Dengan menjadi kreator video seperti ini, Antok pernah merasakan banyak pengalaman berkesan. Salah satunya ketika Situs Gedog di Blitar. Saat itu dia datang wakru maghrib dan sempat muncul perasaan tidak enak hingga membuatnya terucap kata permisi pada penunggu situs tersebut. Baru kemudian ia tahu ketika sampai di hotel bahwa situs tersebut memang angker.
Namun bukan petaka atau kejadian yang tidak mengenakkan yang dirasakan. Justru setelah itu ditayangkan, jumlah pengikut kanalnya makin bertambah secara signifikan.
“Lalu aku mikir apa ini ada hubungannya dengan itu tadi ya. Tapi itu hanya untuk menghibur saya saja lah,” selorohnya.
Saking banyaknya subscriber, akhirnya banyak juga yang menghubungi Antok. Ada yang membagikan pengalamannya, ada yang menanyakan tentang sejarah. Bahkan ada yang mengungkapkan benda-benda peninggalan yang bernilai sejarah tinggi. Akhirnya dari situ, Antok pun meresponnya dan meneruskannya kepada pihak terkait, dalam hal ini Balai Pemerhati Cagar Budaya untuk menindaklanjutinya.
“Aku sendiri sebagai orang yang pertama dilapori malah belum meliput, belum dijadikan konten. Ya tidak apa-apa. Dari situ aku menarik kesimpulan orang itu bingung ketika menemukan benda bersejarah. Ini makin menambah semangat untuk mengedukasi mereka,” tuturnya.
Pengaruh dari konten edukasi seperti ini ternyata juga sangat besar. Bahkan terbaru, Antok diundang staf khusus kepresidenan di istana untuk diskusi atau FGD. Ia menjadi salah satu narasumber bersama Sejarawan Senior Dr Rusdhy Hoesein M.Hum dan sejarawan Kaltim Muhammad Sarip. Diskusi itu untuk menggali kaitan narasi antara sejarah peradaban Kutai dan Ibu Kota Negara (IKN).
Ini merupakan sebuah pengalaman yang tidak biasa baginya. Sebab itu berarti hasil karyanya membuat konten sejarah sukses menarik perhatian pemerintah pusat. Tidak berpuas diri, Antok mengaku akan terus mengembangkan kanalnya itu. Antok mengaku masih banyak situs situs bersejarah yang sangat ingin dikunjunginya.
Salah satunya situs Gunung Padang yang belakangan ini menarik perhatian dunia. Situs yang berada di Jawa Barat itu bahkan dirumorkan menjadi Piramida terbesar mengalahkan Piramida Giza di Mesir.
“Tapi kedatangan saya ke sana nanti lebih ke membantah pandangan teman-teman yang menganggap bahwa ini peradaban yang lebih tua, lebih besar dan sebagainya. Sekilas dari media saya langsung tahu itu apa tapi belum mau saya jelaskan,” ungkapnya.
Melalui kanal Asisi Channel ia berharap makin banyak masyarakat yang lebih memahami tentang budaya dan sejarah bangsa. Selain itu, ia juga berharap toleransi antar umat beragama di Indonesia juga makin terbentuk dengan harmonis. Ia menyabut sejak dulu, leluhur bangsa ini pun sudah mencontohkan toleransi yang indah antar umat beragama.
“Misalnya seperti di Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Itu jaraknya dekat, padahal satunya adalah candi Buddha, sementara satunya adalah candi Hindu. Di Jawa Timur lebih ‘gila’ lagi, satu candi malah digunakan bareng bareng seperti di Candi Singosari atau Candi Jawi. Itu bagimana digunakan bareng-bareng kalau tidak ada toleransi,” bebernya.
Menurut Antok toleransi inilah yang menyatukan bangsa. Yang tertua tentulah di Candi Singosari di Malang. Dengan kata lain, Malang harusnya juga menjadi monumen toleransi. Ia pun berharap Malang bisa menjadi tempat toleransi yang paling indah.
“Itu jati diri kita. Makanya saya membuat kanal itu untuk generasi yang akan datang, kita tanamkan ke anak anak kecil,” pungkas Antok yang juga pernah menjadi jurnalis ini. (ian/van)