MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Gladian Pimpinan Regu (Dianpinru) yang digelar Kwarcab Pramuka Kota Malang selama dua hari di Pusdiklat Witarga, hingga Minggu (23/7) kemarin, menggembleng 150 peserta dengan materi kepemimpinan dan kepramukaan.
Ketua Kwarcab Pramuka Kota Malang Heri Sunarko menjelaskan, kegiatan ini untuk menaikkan kualitas attitude, keterampilan hingga kepramukaan mereka sebagai seorang pemimpin.
“Mereka kita latih, kita gladi di tempat ini agar jadi contoh dan teladan bagi anggota regu yang dia pimpin,” jelas Heri kepada Malang Posco Media.
Para peserta Dianpinru ini merupakan Pramuka penggalang yang berusia 11 tahun hingga 15 tahun, setingkat SD dan SMP. Hal ini sesuai dengan Pasal 12 dan 13 di UU No.12 tahun 2010.
Selama dua hari, mereka diberikan berbagai macam materi, mulai dari materi fundamental atau dasar kepramukaan, materi kepemimpinan, keterampilan life skill, teknik kepramukaan baik indoor maupun outdoor hingga survival dasar.
“Dan yang paling penting adalah bagaimana mereka mampu membina persaudaraan atau brotherhood, rasa empati, itu yang kita kuatkan disini. Nanti mereka juga dapat sertifikat, karena itu adik-adik benar kita drill disini,” tegasnya.
Melalui Dianpinru inilah, diharapkannya tiap regu di gugus depan bisa dipimpin oleh seorang pemimpin yang kompeten. Sebab tiap materi yang disampaikan selama dua hari kemarin juga direfleksi pada akhir kegiatan. Sehingga diketahui bersama nilai nilai apa saja yang didapatkan tiap materinya.
“Ini yang menjadi konsep program kwarcab mencetak pemimpin regu di tingkat itu,” ungkapnya.
Diakui Heri, di tingkat gugus depan sendiri terkadang juga ada beberapa hal yang perlu diluruskan. Maka para peserta Dianpinru ini nantinya juga berkewajiban untuk meluruskannya apabila memang ditemukan suatu hal yang kurang pas. Apalagi terkadang memang ada gugus depan yang asal menunjuk seorang pembina Pramuka di sekolah dan akibatnya munculah sesuatu yang kurang pas tersebut.
“Di kepengurusan saya, seluruh pembina pramuka wajib berijazah, minimal Kursus Mahir Dasar (KMD). Kalau tidak ijazah, saya minta sekolah menolak pembina seperti itu. Itu bahaya karena mereka tidak paham manajemen risiko, tata kelola manajemen organisasi, tata kelola kegiatan mereka tidak paham. Tapi kalau sudah punya ijazah, minimal mereka tahu,” jelasnya. (ian/aim)